Pagi cerah belum mampu menenangkan seorang gadis yang menggenggam ponselnya saat ini. Leta terus menghubungi sahabatnya yang hari ini belum juga muncul padahal bel masuk sebentar lagi akan berbunyi.
"Gak diangkat lagi?" Tatapan penuh khawatir itu terpancar dari Tina. Dirinya sama gelisahnya dengan Leta karena Risa tidak bisa dihubungi sama sekali.
"Bukan gak diangkat lagi, tapi gak aktif."
"Duh, gimana dong? Mana dia sendirian di rumah."
Leta mengembuskan napas berat, "Pulang sekolah kita susulin ke rumahnya. Gak tenang gue."
"Coba lo tanya Alvan, bukannya kemarin Risa pulang sama Alvan?"
Leta mengernyit mendengar seruan Gilang. "Risa pulang bareng Alvan? Gak mungkin sih, paling mereka ke taman buat belajar bareng. Lagian Risa mana mau bawa cowok ke rumah."
"Ya mana gue tau, gue cuma lihat mereka bareng aja pas pulang sekolah."
Leta dan Tina melirik ke arah meja Alvan yang belum didatangi pemiliknya. Tanpa aba-aba, kedua gadis ini saling bertukar pandang seolah pikiran mereka mengarah pada hal yang sama. Kemudian, keduanya refleks berkata. "Gak mungkin!"
"Tapi, dia juga belum datang, Ta. Mereka sama-sama gak ada pagi ini."
"Tapi Alvan gak mungkin ngapa-ngapain Risa. Bocah kayak dia ... masa, sih?" Ucap Leta tidak percaya.
"Ya walaupun Alvan keliatan polos, dia masih cowok! Mana badannya gede tinggi gitu, kalo dia macem-macem sama Risa, ya Risa gak bakalan bisa ngelawan."
Leta menutup matanya karena merasa pusing. Jika benar ada sesuatu yang terjadi pada Risa dan penyebabnya adalah Alvan, maka tamatlah riwayat laki-laki itu.
"Gue coba telepon Alvan deh," ujar Leta.
Tina menautkan kedua alisnya karena bingung, "Emang lo punya nomornya?"
"Kan ada di grup."
"Oh iya!"
Belum sempat Leta menghubungi Alvan, laki-laki itu sudah lebih dulu masuk ke dalam kelas. Tentu Leta dan Tina langsung menghampiri Alvan yang kini sudah duduk di tempatnya.
"Kemarin lo bareng sama Risa, kan?" Tanpa basa-basi, Leta langsung bertanya pada Alvan.
"Iya."
"Terus sekarang Risa di mana?"
"Di rumahnya."
Benar juga. Mengapa Leta menanyakan hal seperti itu?
"Kemarin lo ngapain aja sama Risa?" Sekarang giliran Tina yang mengintrogasi Alvan.
"Belajar."
Leta dan Tina refleks memutar bola mata mereka. Sepertinya pertanyaan mereka kurang spesifik hingga jawaban Alvan terlalu umum dan biasanya juga Alvan dan Risa melakukan hal itu setiap hari.
"Maksud gue setelah belajar kalian ngapain? Risa gak bisa dihubungin sama sekali. Telepon gue gak diangkat, terus tiba-tiba hp-nya gak aktif. Makanya gue tanya sama lo, apa ada sesuatu yang terjadi sama Risa?"
Tanpa ekspresi Alvan menjawab, "Gak ada."
"Dia langsung pulang setelah belajar bareng lo?"
Alvan terdiam beberapa saat sebelum menganggukkan kepalanya.
"Ada gelagat aneh gak? Apa dia sakit atau gimana? Atau mungkin lo anterin dia balik?"
Lagi, Alvan hanya menjawab dengan gelengan kepala.
"Ck! Percuma nanya lo," ucap Tina pasrah. Leta dan Tina kembali ke mejanya masing-maisng. Tugas mereka mencari informasi mengenai Risa pada Alvan sudah selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M A VICTIM!
Teen FictionAku korban tapi kenapa aku juga yang disalahkan? Risa menjadi korban pelecehan seksual oleh teman sekelasnya. Laki-laki penyendiri yang ia percayai tidak akan pernah macam-macam, malah menciptakan trauma yang lebih parah. Akibat trauma yang dialami...