Tidur Risa terusik karena mendengar suara seseorang berbicara. Gadis itu membuka mata, rasa pusing langsung menyergap kepalanya. Risa bangun dan duduk di atas kasur. Matanya melihat Alvan yang sedang duduk memunggunginya tanpa memakai pakaian bagian atas. Laki-laki itu sedang berbicara dengan seseorang di ponselnya.
Risa tidak mendengar apa yang laki-laki itu bicarakan. Gadis itu malah melihat penampilannya yang saat ini berantakan. Seragamnya berada di lantai. Ia hanya mengenakan pakaian dalam bagian atas dan rok sekolahnya.
Dengan cepat Risa menyelimuti tubuhnya. Mengapa bisa mereka berada di kamar, ditambah pakaian Risa sudah terbuka. Alvan memang brengsek. Apa laki-laki itu nekat melecehkannya saat tidur?
"Udah bangun?"
Risa menoleh kala Alvan bersuara kepadanya.
Laki-laki itu menatap Risa. Sedangkan, yang ditanya tidak menjawab. Lagipula pertanyaan retoris macam apa yang dilontarkannya itu.
"Aku udah pesen makan, bentar lagi nyampe." Setelah mengatakan itu, Alvan melenggang pergi menuju kamar mandi Risa, hendak membersihkan tubuhnya di sana.
Risa melengos melihat kelakuan Alvan. Ia ingin memarahi laki-laki itu dan bertanya mengapa mereka bisa di kamar seperti ini. Namun Risa sadar diri, ia tidak mau kejadian dua hari yang lalu terulang kembali di mana laki-laki itu hampir memperkosanya lagi.
Gadis itu bangkit dan menuju cermin riasnya. Mengecek bagian leher dan dada, takut jikalau Alvan memberikan tanda di sana. Risa mengembuskan napas lega saat melihat leher dan dadanya bersih. Semoga saja ini tanda bahwa Alvan tidak melakukan apapun pada tubuhnya saat tidur tadi.
Risa mengambil baju yang ada di dalam lemari dan memakainya. Gadis itu ke luar kamar untuk berjaga-jaga jika makanannya sudah datang.
Benar saja, tidak lama gadis itu keluar kamar, ojek online yang mengantarkan makanannya mengetuk pintu.
"Jadi berapa?" Tanya Risa setelah menerima makanan yang cukup banyak itu.
"Udah dibayar, Kak."
"Oh iya, makasih Mas."
Setelah menutup pintu rumahnya, Risa duduk di meja makan dan membuka makanan yang sudah dibeli oleh Alvan. Risa menganga melihat banyaknya makanan yang dibeli laki-laki itu. Ada makanan berat, cemilan, hingga dessert. Risa tidak yakin mereka berdua bisa menghabiskannya.
"Makanannya jangan lupa diabisin, aku pergi dulu."
Risa menoleh karena tersadar Alvan sudah ada dengan penampilan yang lebih rapi.
"Kamu gak ikut makan?"
Alvan menggeleng tanpa menoleh pada Risa yang bertanya kepadanya. Ia sibuk merapikan buku dan barang-barangnya yang ada di meja.
"Tapi makanannya kebanyakan."
"Masukin aja ke kulkas, nanti angetin lagi kalo mau dimakan."
Risa mematung saat Alvan tiba-tiba mencium keningnya.
"Aku pergi les dulu, ya." Setelah itu, Alvan menghilang di balik pintu.
Risa hanya menghela napas berat. Kapan sekiranya hal ini berhenti terjadi padanya? Ia tidak mau berurusan lagi dengan Alvan meskipun laki-laki itu berbuat baik padanya. Risa terus merasa ketakutan saat bersama laki-laki itu, padahal Alvan tidak melakukan apa-apa. Apalagi jika laki-laki itu mulai menyentuhnya. Tubuh Rusa seketika lemas karena ketakutan.
Ia juga tidak mau disentuh Alvan terus menerus. Dirinya merasa berdosa. Apakah ayahnya akan tersiksa di alam kubur sana melihat anak gadisnya disentuh laki-laki lain?
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M A VICTIM!
Teen FictionAku korban tapi kenapa aku juga yang disalahkan? Risa menjadi korban pelecehan seksual oleh teman sekelasnya. Laki-laki penyendiri yang ia percayai tidak akan pernah macam-macam, malah menciptakan trauma yang lebih parah. Akibat trauma yang dialami...