Arya menatap tajam Nadine yang baru saja tiba di rumah. Wanita itu mengambil air minum di kulkas seolah tidak terganggu dengan tatapan tajam dari suaminya.
"Dari mana aja kamu? Alvan juga ada di mana?"
Nadine tampak tak acuh dengan pertanyaan Arya. Ia malah mengeluarkan map dari tasnya dan menaruh di atas meja.
"Nih, tanda tangan."
Arya tidak menggubris permintaan Nadine dan memilih menghampiri istrinya. "Aku tanya kamu abis dari mana dan di mana Alvan?!"
Arya kesal dan marah melihat tingkah Nadine sekarang. Apa istrinya itu berniat untuk memberontak? Apalagi Arya tidak menemukan Alvan di kamar putranya. Arya yakin Nadine membawa ke luar Alvan dan menyembunyikannya dari Arya.
"Aku mau cerai, jadi tanda tangan surat itu," ucap Nadine cuek.
Arya menganga tidak percaya dengan apa yang baru saja diucapkan Nadine. Laki-laki itu mengambil map yang ada di atas meja dan mengeluarkan isinya. Ternyata benar, itu adalah surat dari pengadilan agama. Tanpa ragu, Arya merobek surat itu membuat Nadine membelalakan matanya.
"Kamu apa-apaan, sih?! Kenapa dirobek?!"
"Aku gak mau cerai!" Teriak Arya.
"Tapi aku mau!" Balas Nadine.
Arya menghela napas berat, bingung kenapa istrinya menginginkan untuk bercerai. "Kenapa?"
Nadine menatap nyalang Arya. "Karena kamu egois! Aku gak mau Alvan jadi boneka kamu seumur hidup. Jadi, lebih baik kita cerai dan aku hidup berdua sama Alvan."
Arya menggelengkan kepalanya tidak setuju. "Yang aku lakukan selama ini semuanya demi kebaikan Alvan. Aku udah rencanain semua yang terbaik agar di masa depan Alvan jadi orang yang sukses!"
"Tapi cara kamu salah!" Nadine berteriak marah.
"Kamu sadar gak sih kalo semua masalah yang terjadi karena kita penyebabnya? Karena keegoisan kita akhirnya Alvan menjadi korban. Bukan cuma Alvan, ada orang lain juga yang hidupnya hancur gara-gara kita, Mas!" Lanjutnya.
Arya mengusap wajahnya gusar. "Aku gak tau kenapa kamu jadi begini, tapi untuk bercerai bukan keputusan yang baik."
"Terus keputusan terbaik menurut kamu apa? Alvan tidak bertanggung jawab dan melarikan diri ke Australia, menjadi boneka kamu seumur hidupnya dan terbayangi rasa bersalah, terus hidup Risa hancur, lalu aku akan hidup dibayangi rasa bersalah juga. Itu maksud kamu?"
"Kita juga bertanggung kawab sama perempuan itu Nadine, hidup dia dan bayinya kita yang menanggung, apa itu gak cukup?"
Nadine menatap Arya heran, kepalanya menggeleng tidak percaya dengan suaminya itu. "Kamu punya hati gak, sih?"
Arya terdiam mendengar pertanyaan Nadine.
"Aku gak nyangka kamu sejahat itu, Mas. Padahal udah jelas kalo kita sekeluarga yang salah, tapi tetep aja kamu merasa diri kamu benar dan gak bersalah."
"Nadine."
"Ini alasan aku ingin bercerai sama kamu! Aku gak mau selama sisa hidupku selalu dibayangi perasaan bersalah. Kamu bayangin, gimana kalo posisinya ditukar. Adil gak kira-kira?"
Nadine mengambil napas sebanyak mungkin setelah ia mencurahkan hatinya secara menggebu-gebu. "Aku gak mau Alvan jadi seperti kamu, Mas, menjadi manusia yang gak punya hati!"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M A VICTIM!
Fiksi RemajaAku korban tapi kenapa aku juga yang disalahkan? Risa menjadi korban pelecehan seksual oleh teman sekelasnya. Laki-laki penyendiri yang ia percayai tidak akan pernah macam-macam, malah menciptakan trauma yang lebih parah. Akibat trauma yang dialami...