EMPAT PULUH LIMA

5.4K 363 19
                                    

Maaf baru bisa update lagi, udah semester tua jadi banyak kegiatan. Mohon maaf sudah menunggu lamaa.

*****

Hari ini, Leta dan Tina memutuskan untuk datang menemui Risa. Setelah kemarin mengetahui fakta mengejutkan mengenai sahabatnya itu, Leta dan Tina tidak bisa tenang memikirkan Risa. Pasti gadis itu dalam keadaan terpuruk persis seperti tiga tahun yang lalu. Leta dan Tina tidak bisa membayangkan bagaimana hancurnya perasaan Risa dan juga Kinan karena harus mengalami hal pahit ini untuk yang kedua kalinya.

Tepat setelah bel pulang sekolah berbunyi, Leta dan Tina langsung pergi menuju rumah Risa. Kedua gadis itu kini tengah mengetuk pintu rumah sahabatnya dan memanggil nama Risa beberapa kali.

"Assalamu'alaikum! Risa? Lo ada di dalam gak? Kita datang bawa es krim, nih!" Seru Leta sedari tadi.

"Haduh, kok dijawab-jawab, ya? Lo udah coba telepon, kan?" Tanya Leta pada Tina yang fokus pada ponselnya.

"Udah, tapi gak aktif."

Leta berdecak frustasi. Kedua gadis itu sangat khawatir karena Risa tidak merespon sama sekali.

"Apa kita telepon Tante Kinan aja?" Usul Leta.

"Ganggu gak ya? Tante Kinan pasti lagi kerja gak sih jam segini?"

"Tapi mau gimana lagi? Gue takut Risa kenapa-kenapa di dalam. Gak mungkin juga Tante Kinan ninggalin Risa sendiri kalo kondisi Risa gak baik-baik aja, pasti ada sesuatu yang terjadi waktu Tante Kinan udah pergi."

Tina mengembuskan napas berat, "Yaudah, gue telepon Tante Kinan, lo terus aja panggil dia, siapa tau dia ketiduran."

Leta mengangguk dan kembali memanggil Risa. Tina yang tegang menunggu Kinan mengangkat teleponnya terkejut, ia langsung menepuk Leta membuat sahabatnya itu menoleh.

"Halo! Tante Kinan?" Sapa Tina.

"Iya, Tina. Ada apa?"

Tina menelan salivanya susah payah, ia berusaha menahan ketegangan yang dirasa. "Tante lagi sibuk gak?"

"Gak begitu, ada apa?"

"Aku sama Leta ada di depan rumah Tante, kita manggil-manggil Risa dan udah ditelepon juga, tapi Risa gak respon sama sekali, udah 15 menit kita nunggu. Kira-kira Risanya ada di rumah gak ya Tante?"

"Risa ada di rumah, kok. Tadi pagi juga gak kenapa-kenapa, beneran gak respon sama sekali?"

"Iya, maaf ya Tante kita jadi bikin Tante khawatir," ucap Tina tidak enak pada Kinan.

"Gak apa-apa, makasih udah berkabar. Tante sekarang ke situ. Khawatir juga takut Risa kenapa-kenapa."

"Oke Tante, sekali lagi kami mohon maaf."

"Gak apa-apa, yasudah, Tante tutup, ya?"

"Iya."

Sambungan telepon pun terputus. Leta menatap Tina meminta penjelasan.

"Tante Kinan mau langsung ke sini, kayaknya beliau juga kaget Risa begini, katanya tadi pagi gak kenapa-kenapa."

"Tuh'kan, apa gue bilang!" Seru Leta.

"Apa dia sempet keluar rumah, ya? Terus denger tetangganya ngomongin dia?" Curiga Tina.

"Bisa jadi, mulut ibu-ibu kan pedes semua, apalagi kalo soal ngomongin orang, beuh tiada tanding."

"Kalo Risa makin trauma gimana?"

Leta termenung mendengar ucapan Tina. Sudah bisa dipastikan Risa akan trauma berat. Dulu Risa pernah dilecehkan, tidak sampai separah sekarang, dan trauma yang dialami gadis itu bukan main-main. Risa sampai takut dengan laki-laki dan tidak bisa berinteraksi sama sekali dengan lawan jenis. Sekarang, Risa mengalaminya lagi bahkan lebih parah dibanding dulu. Trauma dan luka masa lalu kembali terbuka, ditambah luka baru yang diciptakan Alvan. Risa pasti tidak baik-baik saja.

I'M A VICTIM!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang