Pagi ini, jantung Risa berdegub sangat kencang. Gadis itu tidak bisa tenang, bahkan tangannya sudah berkeringat dingin. Risa melihat ke sekelilingnya takut. Berkali-kali ia mengembuskan napas agar tenang tapi tetap saja tidak mempan.
Pasalnya, dirinya dan Alvan berada di rumah sakit, duduk dalam antrian menuju dokter kandungan. Laki-laki itu tiba-tiba datang ke rumahnya dan mengajak Risa untuk mengecek kandungannya. Entah bagaimana, Risa menyetujui meski sekarang ia sangat ketakutan.
Alvan menggenggam tangan Risa yang gemetar. Dingin. Tangan gadis itu sangat dingin.
"Gak apa-apa, ada aku," ucap Alvan menenangkan Risa.
"Nanti kalo dipanggil, umurnya disebut juga gak?" Risa bertanya pada Alvan dengan khawatir. Gadis itu takut, jika umurnya juga disebutkan dengan usianya yang masih 17 tahun dan masuk ke dalam ruangan dokter kandungan, orang-orang pasti akan menggunjingnya.
"Kayaknya enggak."
Risa mengeratkan genggaman tangan Alvan. "Aku takut."
"Mau minum? Biar sedikit tenang," tawar Alvan dan Risa mengangguk mengiyakan.
Risa minum dengan tangan yang gemetar. Matanya tidak henti mengamati sekitar dengan panik.
"Atas nama Clarisa Putri Ayuningtyas?"
Risa tercekat, namanya sudah dipanggil.
"Ayo!"
Alvan meraih tangan Risa, menggenggamnya untuk membuat gadis itu tenang. Sedangkan Risa mencoba menahan kegelisahannya. Berkali-kali ia meyakinkan diri di dalam hati bahwa semuanya berjalan akan dengan lancar, tidak akan ada yang menghakiminya di sini.
Tepat di dalam ruangan, Risa dan Alvan duduk di depan meja yang berhadapan langsung dengan dokter.
"Halo Bu Clarisa, boleh saya tau biasa dipanggil apa?" Tanya dokter perempuan itu sembari tersenyum ramah.
"Risa, Dok," jawab Risa pelan.
Dinda Puspitasari, itu yang Risa lihat di papan nama yang berada di atas meja.
"Ohh usianya masih tujuh belas tahun, kalau hari pertama terakhir menstruasi kapan?"
"Tanggal 10 Januari."
"Biasanya siklus mentsruasinya bagaimana?"
"Biasanya 28 hari, Dok."
"Baik, jika dilihat dari HPHTnya, usia kandungannya sudah 6 minggu. Berdasarkan rumus HPHT parikh, berhubung siklus menstruasinya 28 hari, perkiraan lahirnya 23 Oktober, bisa lebih cepat atau lebih lambat. Karena usia kandungan sudah 6 minggu, mau coba USG? Siapa tau sudah terlihat."
"Boleh, Dok."
Bukan Risa yang menjawab, melainkan Alvan.
Dokter Dinda tersenyum lalu menyuruh Risa untuk tidur di atas kasur yang sudah disediakan. Dokter Dinda menyiapkan alatnya, mengangkat baju Risa lalu memberi gel di sekitar perut Risa sampai agak bawah. Risa merasakan dingin ketika alat itu mengenai kulitnya.
Kedua remaja itu menatap layar, melihat dengan seksama apa yang berada di dalam rahim Risa.
"Janinnya masih belum terlihat, tapi gak usah khawatir, hal ini normal. Saya sarankan dua minggu ke depan datang lagi untuk pemeriksaan lebih lanjut. Adek boleh turun dulu," Dokter perempuan itu mempersilakan Risa untuk kembali duduk.
"Karena ibunya masih muda, jadi kehamilan ini cukup beresiko. Saya sarankan makan-makanan yang bergizi dan nutrisinya baik untuk ibu hamil, jangan stress, jangan kecapekan, yang rajin minum tablet penambah darahnya. Saya sarankan minum tablet penambah darahnya saat malam hari. Untuk saat ini, saya kasih vitamin dulu. Dijaga ya Mas, istrinya, jangan sampe stress, mikir yang bikin bahagia aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M A VICTIM!
Fiksi RemajaAku korban tapi kenapa aku juga yang disalahkan? Risa menjadi korban pelecehan seksual oleh teman sekelasnya. Laki-laki penyendiri yang ia percayai tidak akan pernah macam-macam, malah menciptakan trauma yang lebih parah. Akibat trauma yang dialami...