Satu minggu telah berlalu. Mereka berdua -Elan dan Asya- telah menjalani masa pendekatan mereka selama seminggu. Selama seminggu juga mereka dilarang sekolah.
Dan sekarang adalah hari yang paling ditunggu-tunggu oleh para orang tua mereka.
Selama ini keduanya hanya mengikuti perintah orang tua mereka untuk Pendekatan, untuk masalah acara serta undangan yang menyebar itu dilakukan oleh orang tua mereka.
Bahkan cincin pertunangan pun para orang tua yang memilihkan. Ketika mereka bertanya 'kalian suka yang ini?' Elan dan Asya hanya mengangguk tanpa complain.
"Wih, gak nyangka gue lo bakal ngikat si Asya." Ucap Gabriel yang saat ini sedang bersama Elan diruang riasnya.
"Emang gue nyulik dia?" tanya Elan polos.
Plak
"Ya gak gitu konsepnya," Gabriel mengusap wajahnya dengan kasar. Sejak kapan wakil BE menjadi polos seperti ini? "Maksud gue, pertunangan kan sama aja kayak lo ngikat anak orang,buat jadi milik lo. Terus... ah gimana sih anjing." lanjutnya. Wajah Gabriel terlihat frustasi.
Elan terkekeh sambil mengusap lengannya yang terkena tabokan Gabriel. "By the way, yang lain kemana?" tanya Elan mengalihkan pembicaraan.
"Gibran keknya lagi kerumah Elisha, mau jemput pacar, katanya. Jordan lagi didepan sama pacar barunya. Silvi sama Sinta lagi diruang rias bareng Asya." Jelas Gabriel menyebutkan kegiatan para sahabatnya.
"Terus lo kenapa nyasar kesini?" tanya Elan menaikkan alis kanannya.
Gabriel mendelik, "Dih, dikira gue bocil apa pake nyasar segala." dumelnya. "Gue kesini karna gabut aja di depan, gak ada temen." lanjutnya.
"Emang disini lo punya temen?"
"Y-ya... Tau ah bangsat, mending keluar aja lah. Nyebelin lo!" seru Gabriel kesal, lalu keluar dari ruangan itu dengan perasaan dongkol.
Elan hanya dapat menggelengkan kepala. Ia kembali menatap pantulan dirinya dicermin. Saat ini ia memakai kemeja putih dibaluti tuxedo hitam. Wajahnya juga dipoleskan bedak sedikit agar terlihat fresh. Rambut yang biasanya acak-acakan kini terlihat lebih rapi.
Hanya para sahabatnya yang tahu jika ia akan bertunangan, anggota BE tidak ada yang tahu. Tamu lainnya hanya ada para client Satya dan Bram, juga para teman-temannya Diana.
Cklek
Elan menoleh ketika telinganya mendengar suara pintu terbuka. Disana sudah ada Ayahnya, Satya, yang berdiri sambil menatapnya. Ayahnya memakai kemeja biru muda dibaluti jas berwarna hitam.
"Ada apa?" tanya nya datar.
Satya tersenyum lebar, "Yuk turun, kamu udah ditunggu." Ucapnya masih mempertahankan senyum lebarnya.
"Hm." Elan berjalan terlebih dahulu mendahului Satya.
Hal itu membuat senyum Satya sedikit luntur. Tak lama kemudian bibirnya kembali menyungging senyum lebar. Ia segera berjalan menyusul langkah besar Elan.
"Kamu jangan gugup ya, gak bakal ada yang gigit kok." Ucap Satya tertawa kecil. Berusaha mencairkan suasana kaku diantara mereka berdua.
Elan melirik sekilas Ayahnya yang berjalan di sampingnya, "Gak ada yang gugup." cetusnya datar. Matanya kembali menatap lurus kedepan.
Satya hanya diam. Memilih tak membalas lagi.
***
Asya saat ini sedang berada di lantai dasar dengan Silvi dan Sinta disebelah kanan dan kirinya. Asya menatap sekelilingnya dimana banyaknya para tamu yang memakai baju formal.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELANASYA [END]
Teen FictionSi wakil ketua geng Black Eagle yang hidup bersama Ayahnya setelah ditinggal pergi oleh Bunda dan keluarga besarnya. Si Badboy yang cuek terhadap sekitar dan dingin secara bersamaan. Namun, bagaimana jika Elandra Prabumi si anak piatu yang hidup ta...