Chapter 19

7.5K 307 1
                                    

Sepulang dari sekolah, kini inti Black Eagle telah berada di sebuah panti asuhan.

"ABANG, KAKAK!!" Teriak anak-anak ketika melihat mereka turun dari motor masing-masing.

"Halo adek abang yang ganteng dan cantik," sapa Gabriel sambil menggendong anak yang paling pendek disana.

"Abang Riel, mau gendong jugaa..." tiba-tiba datang seorang anak lelaki merentangkan tangan meminta gendong sama Gabriel.

"Uh, Cio-nya abang makin imut aja." Ujar Gabriel menggendong anak itu. Jadi Gabriel menggendong dua anak sekaligus. Sebelah kiri anak perempuan bernama Bella, sebelah kanan anak lelaki bernama Cio.

"Ih Abang, Cio itu ganteng tau, bukan imut." Cio mengerucutkan bibir kesal.

Gabriel tertawa melihat wajah kesal Cio. "Iya-iya, ganteng. Tapi lebih gantengan abang dong." puji nya kepada diri sendiri.

"Lebih ganteng Cio dong." Balas Cio bangga sambil meletakkan jempol dan telunjuk dibawah dagu membetuk ceklis seraya menarik turunkan alisnya.

Paham ga?

"Iya deh, abang ngalah."

"Iya dong, abang harus ngalah sama adeknya."

Gabriel menatap Bella yang hanya diam memperhatikan interaksinya dengan Cio. "Bella kenapa diem aja, hm? Bella sakit?" tanyanya lembut.

"Nda kok, Bella cehat. Abang El apa kabal?" tanya Bella balik.

"Alhamdulillah Abang baik. Yaudah kalian turun dulu ya, abang mau ketemu Bunda, nanti kita belajar nama hari dalam bahasa Inggris,okay?" Ujar Gabriel seraya menurunkan mereka dari gendongannya.

"Okee!!" Balas keduanya semangat lalu berlari menghampiri teman-teman mereka.

Gabriel berjalan menyusul temannya yang sudah masuk duluan. "Assalamu'alaikum Bunda." salamnya, lalu berjalan menghampiri ibu panti dan menyaliminya.

"Wa'alaikumsalam Nak Gabriel." Jawab Ibu Riska.

"Kalian kemana saja? Udah sebulan kalian tidak kesini, Anak-anak terus nanyain kalian." ujar Bu Riska menceritakan anak-anak yang mengadu padanya jika mereka merindukan abang dan kakaknya.

Mereka rindu dengan jahilnya Jordan, rindu dengan sikap lembutnya Gabriel, rindu muka kesal Silvi yang dijahili anak-anak, rindu dengan permen karet pemberian Sinta, rindu dengan muka dingin Gibran, rindu dengan rencana mencairkan sosok Elan.

Oh

Semuanya Ibu Panti ceritakan membuat mereka tertawa.

"Eh, yang ini siapa?" tanya Ibu Riska melihat Asya yang sedari tadi hanya diam dan sesekali tertawa.

"Nama dia Asya Bun, tunangan Elan." Ujar Elan.

"Wahh, kamu sudah tunangan? Cantik ya tunangan kamu." Ujar Bu Riska antusias.

"Makasih Tante." Ucap Asya kikuk.

"Jangan panggil tante dong, panggil Bunda aja."

"Iya Bunda."

Elan berjalan menuju Bu Riska, lalu menyerahkan satu amplop kuning tebal, "Ini Bun, sedikit rezeki dari kami."

"Makasih ya Nak. Ohya,kalian langsung pulang?" tanya Bu Riska.

"Gak dulu Bun, kita mau ngajar adik-adik dulu." Sahut Gabriel.

"Yasudah, Bunda mau masak dulu. Nanti kita makan sama-sama ya."

"Iya Bun." Balas semuanya.

Kemudian mereka semua keluar dari sana menuju tempat anak-anak bermain.

"ADEK-ADEK, BELAJAR DULU YUK. NANTI LANJUT MAINNYA!!" Teriak Jordan.

ELANASYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang