Chapter 14

8K 345 2
                                    

Kring kring kring

Bel berbunyi tiga kali pertanda jam pelajaran hari ini telah selesai. Siswa-siswi berbondong-bondong keluar kelas agar segera sampai dirumah dan rebahan santai diatas kasur tercinta.

Berbeda dengan siswa-siswi lain yang pulang langsung tidur, anggota BE harus mampir ke markas terlebih dahulu.

Kini semua anggota BE yang bersekolah di SMA yang sama dengan anggota inti sedang berkumpul diparkiran, jika dilihat anggota BE yang bersekolah disana lebih dari 70 orang.

"Gib, anggota BE yang di jakarta utara gimana?" tanya salah satu anggota BE yang memakai kaos hitam dibaluti jaket kebanggaan Black Eagle. Sepertinya seragamnya telah diganti.

"Kali ini gak usah libatin mereka karna ini gak ada sangkut pautnya sama mereka. Biarin mereka istirahat,markas mereka juga habis diserang kemarin kan?" Ujar Gabriel mewakili kembarannya yang malas bicara.

Jadi anggota BE ada dimana-mana dan pemimpinnya berbeda-beda. Dibagian Jakarta Selatan dipimpin oleh Gibran, dibagian Jakarta Utara dipimpin oleh lelaki bernama Nino, Jakarta Timur dipimpin oleh lelaki bernama Alex.

Semuanya mengangguk paham. Lalu menaiki motor masing-masing, ada juga yang menebeng.

Silvi menebeng dimotor kekasihnya yang tak lain adalah Jordan. Sinta menebeng dimotor Gabriel, Elisha bersama Gibran. Sedangkan Elan sendiri,karena ia melarang Asya untuk ikut karena masalah di rooftop tadi pagi.

Mereka melajukan motor dengan kecepatan standar dengan Gibran memimpin didepan.

***

Saat ini Asya sedang berada di rumahnya sambil berguling-guling tidak jelas di kasurnya. Ia merasa bosan apalagi dirumah tidak ada siapa-siapa. Papanya pergi ke acara kantor ditemani Mamanya, sedangkan Rafa sudah pergi berkumpul bersama teman-temannya.

"Gabut bangett!" rengeknya sambil terus berguling diatas kasur.

"Ke markas aja gimana? Eh tapi kan dilarang sama Elan. Bodo ah, yang penting Aku gak bosen lagi. Daripada mati kebosenan." Asya cekikikan

Ia mengambil ponsel-nya dan memilih kontak Elan. Ia hanya ingin mengabari, walaupun Elan tak membalasnya. Ia hanya mengirim pesan sebagai bukti agar ia bisa mengelak ketika dimarahi Elan nanti.

Setelah mengirim pesan singkat Asya langsung berjalan keluar dari kamar tanpa mengganti baju terlebih dahulu. Asya berjalan menuju garasi, ia mengambil motor scoopy warna merah miliknya.

Sebenarnya Asya bisa mengendarai motor, namun ia malas jika harus mengendarainya menuju sekolah. Jadi, ia memilih diantarkan oleh Bram saja dan juga sekarang sudah ada Elan jadi ia bisa diantar jemput oleh Elan.

"Udah lama gak bawa ni motor, moga aja sampe dengan selamat." Gumam Asya, lalu mengeluarkan motor dari garasi.

Asya menghentikan motor didepan satpam yang menjaga gerbang rumahnya. "Pak, nanti kalau mama nanya bilang aja aku ke rumah Elan ya."

Pak Satpam mengangguk, "Iya non, hati-hati di jalan." Balasnya.

"Siap Pak, yaudah aku pergi dulu ya. Dadahh..." Asya melambaikan tangan lalu kembali melajukan motor keluar dari gerbang rumahnya.

Satu jam perjalanan Asya telah sampai dimarkas Black Eagle. Ia memarkirkan motornya diantara motor besar anggota BE.

"Jadi, Zacky sia--"

"HALO SEMUANYA, ASYA YANG CANTIK DAN IMUT TELAT TIBAA!! CARPET MERAHNYA MANA?!" Asya berteriak keras sehingga memotong pertanyaan yang akan dilontarkan oleh salah satu anggota BE.

ELANASYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang