"Ngapain kamu disini?" tanya Asya dengan nada ketus. Ia masih kesal karena tadi tidak sempat jalan-jalan. Lihatlah sekarang, Elan sudah duduk anteng disofa rumahnya tanpa rasa bersalah.
Elan mengangkat alis, merasa heran mendengar nada ketus Asya "Salah?"
"Salah dong, ini kan rumah aku." Ucap Asya memalingkan wajah sembari bersedekap dada.
"Ini rumah Mama Diana, bukan rumah lo." Elan berdiri dan ikut memalingkan wajah. "Mau ikut gak?" lanjutnya bertanya.
"Kemana? Bukannya kamu ada masalah di markas?"
Elan menggeleng pelan, sekarang sifat Asya telah kembali seperti semula. Tadi nada suaranya ketus, sekarang ngalus lagi. Kenapa calon tunangannya itu moody-an sekali?
"Udah selesai." Balas Elan seadanya.
"Yaudah yuk, mau kemana?" Asya menatap Elan berbinar dan menggandeng tangan cowok itu.
"Pantai?"
"Wahh boleh-boleh, aku mau liat sunset!" Asya berseru semangat, ia menarik-narik tangan Elan.
"Gak ganti baju?" tanya Elan menghentikan langkahnya.
Asya ikut berhenti "Gak usah, aku tetep cantik kok pake baju ini." Balasnya dengan percaya diri.
Elan mendengus geli melihat kePDan Asya. Ia memandang Asya dari atas sampai bawah. Asya memang cantik dengan kaos putih polos lengan pendek, dan celana jeans sampai tumit. Rambut sepunggung yang dibiarkan tergerai.
"Masuk, pake jaket! Angin laut gak baik buat lo." Titah Elan dan langsung menarik Asya masuk rumah kembali.
"Aku gak bakal kenapa-kenapa Elan, gak usah khawatir gitu deh." Balas Asya seraya tersenyum geli.
"Gue gak khawatir." Ujar Elan seraya mendengus dan duduk disofa kembali, membiarkan Asya berdiri dengan wajah kesal.
Asya menghentakkan kaki kesal dan segera menaiki tangga menuju kamarnya. Mulutnya tidak berhenti terus menggerutu, menyumpah serapahi Elan dengan berbagai nama binatang.
Selagi menunggu Asya, Elan memilih memainkan ponselnya. Lima menit kemudian ia mendengar langkah kaki yang sepertinya dihentak-hentakkan. Ia mendongak menemukan Asya yang berdiri dengan wajah cemberutnya. Tidak ada yang beda dari Asya, hanya saja kaos yang dipakai Asya tadi sudah dilapisi oleh hoodie pink polos.
"Udah?"
"Belom!" jawab Asya ketus.
Elan terkekeh. Ia berdiri dan menggandeng tangan Asya. Asya yang masih lola hanya mengikuti saja, ia masih teringat wajah Elan tadi saat tertawa. Manis sekalii...
"Naik, Asya!" Titah Elan yang ketiga kalinya. Mereka sudah sampai disamping motor Elan, namun Asya hanya diam saat disuruh naik keatas motor. Elan yang tidak sabar pun langsung menggendong Asya dan meletakkan diatas jok motor.
"Eh? Kok aku ada diatas motor?" Asya berujar linglung.
"Ya karna udah naik." Jawab Elan lalu segera menaiki motornya. Tanpa aba-aba ia langsung meng-gas motornya. Tapi reaksi Asya hanya biasa saja tanpa terkejut atau takut, sudah biasa Asya mah.
Elan berdecak kesal dibalik helm full face - nya. Awalnya Elan ingin sedikit modus dengan cara membuat Asya terkejut dan refleks memeluknya. Namun kenyataan tidak sesuai harapannya.
Butuh waktu satu jam untuk sampai dipantai karena jaraknya yang jauh dan juga Elan melaju motor dengan kecepatan sedang.
"Rame banget ya," gumam Asya melihat sekelilingnya yang banyak orang. Ada yang main air, kejar-kejaran ada juga yang lagi bersantai ria sambil minum air bahkan ada yang mesra-mesraan, suap-suapan,pelukan. Asya iri dan ia mengakui itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELANASYA [END]
Novela JuvenilSi wakil ketua geng Black Eagle yang hidup bersama Ayahnya setelah ditinggal pergi oleh Bunda dan keluarga besarnya. Si Badboy yang cuek terhadap sekitar dan dingin secara bersamaan. Namun, bagaimana jika Elandra Prabumi si anak piatu yang hidup ta...