Chapter 9

10.4K 396 0
                                    

Saat ini Elan sedang berada dimarkas bersama anggota BE lainnya. Mereka sedang membahas tentang anggota mereka yang berkhianat.

"Berapa orang?" tanya Gibran dengan nada rendah dan dinginnya.

"Dua orang Gib. Mereka sekarang udah ada di gudang."

Gibran mengangguk paham.

"Ternyata selama ini mereka selalu laporin tentang kegiatan kita kepada ketua mereka, mereka juga mengambil banyak uang kas di markas." Jelasnya lagi.

"Siapa ketuanya? Bukannya mereka juga punya geng sendiri, buat apa nyuri uang kas kita?" tanya Jordan

Yang ditanya mengedikkan bahu "Dia gak mau kasih tau siapa yang suruh, mungkin uang mereka habis makanya nyuri duit kita." Jawabnya santai.

Jangan heran kenapa mereka terlihat begitu santai dan akrab. Mereka memang sudah menganggap semuanya sebagai keluarga sendiri, banyak anggota BE yang menginap di markas karena masalah keluarga atau sekedar menjaga saja.

"Gudang." Ucap Gibran dingin dan berlalu dari sana menuju gudang. Sebagian dari mereka mengikuti dari belakang, ada juga yang memilih duduk santai saja. Terlalu malas untuk beranjak.

Elan, Gibran,Jordan dan Lima anggota BE lainnya telah sampai di gudang, didepan pintu gudang ada dua orang anggota BE yang menjaga. Melihat ketua mereka datang, mereka langsung membukakan pintu gudangnya.

Mereka memasuki gudang, terlihatlah disana dua orang lelaki terikat diatas kursi.

Gudang di markas BE tidak seperti gudang pada umumnya, yang dimana gudang itu berisi bahan rusak, buku lama dan lain sebagainya. Di gudang BE hanya ada beberapa kursi itupun diletakkan di bagian tengah, sedangkan di sudut-sudut ruangan ada benda atau senjata tajam maupun tumpul.

Orang yang disekap disana tetap susah untuk membebaskan diri walaupun banyak benda tajam yang dapat membantu mereka bebas. Karena didalam gudang itu terdapat penjaga yang terlatih, mereka ditempatkan di sudut-sudut tempat senjata itu berada.

Tentu saja mereka sendiri-sendiri di sudut ruangan itu, karena tidak ingin jika mereka malah berbicara dan lalai dengan obrolan mereka dan lupa akan tugasnya.

Setiap orang yang disekap selalu digeledah, mereka membawa senjata apa tidak, jika ada yang membawanya akan disimpan di senjata yang sama.

Sudut pertama ada bermacam-macam pistol. Kedua, ada pisau kecil, pisau besar dan belati. Ketiga, ada pedang,parang,dan banyak senjata lainnya.

"Woahh, ternyata ini pengkhianat kita. Deon dan Leon, dua kembar yang sangat kompak." Ucap Gibran dengan senyum sinis menghiasi wajahnya.

Leon hanya menatap mereka semua dengan datar, tersirat kemalasan dari raut wajahnya. Deon juga menampilkan wajah datar, namun jika dilihat lebih teliti ada ketakutan dalam dirinya.

Gibran menggeram marah, ia maju dan memukul wajah Leon dengan keras Leon terjatuh bersama dengan bangku yang didudukinya. "Menjijikkan!" desis Gibran meludah kebawah mengenai sepatu yang digunakan Leon.

Anggota Black Eagle dengan sigap membangunkan Leon.

"Siapa yang suruh lo,Leon?" tanya Jordan terlihat tenang, tidak seperti Gibran yang menggebu-gebu. Gibran memang ketua, tapi ia sulit mengontrol emosi jika menyangkut tentang perkhianatan.

"Lo kepo?" Leon mengangkat alis dengan wajah menyebalkan, bagi anggota BE.

Gibran berdecih sinis, ia maju selangkah mendekati Leon, sedikit menunduk dan mencengkram dagu Leon "Lo tau hal yang paling gue benci Leonardo? Yap, gue paling benci yang namanya perkhianatan, dan itu artinya gue juga benci sama lo, karna lo adalah seorang yang berkhianat. Gue percaya sama lo, dan bahkan gue menganggap lo sebagai sahabat gue, bukan sekedar ketua dan anggota." Gibran menjeda ucapannya dan melepaskan cengkraman itu dengan kasar sehingga kepala Leon terdorong.

ELANASYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang