Cie triple🌚
***
"Makin lengket aja lo sama Haris."
Ariana yang tengah menyantap sarapannya melirik malas pada Arjuna yang baru saja bergabung di meja makan. Arjuna tampaknya belum mandi karena penampilannya masih berantakan.
"Lo gak ada kelas?" tanya Ariana.
"Gak. Ada obat sakit kepala gak?" tanya Arjuna balik.
"Cek aja di kotak obat."
"Ambilin kek astagfirullah... Adek macam apa lo yang tega banget nyuruh orang sakit ambil obat sendiri," omel Arjuna.
"Lebay lo. Pusing doang udah kayak mau mati."
"MI, GLENNA KURANG AJAR!" teriak Arjuna dengan kencang.
"Kalian bisa akur sebentar aja gak sih? Cepat tua Mami kalau tiap hari dengar kalian teriak-teriak."
Ariana mencibir Arjuna yang sudah menyebabkan ibu mereka mengomel dari arah dapur. Di belakang wanita itu ada pria yang setia membuntutinya.
"Dek, katanya Haris sama ibunya balik lagi ke sebelah ya?" tanya sang ayah.
Ariana mengangguk. Haris memang sudah kembali lunak pada ayahnya. Lelaki itu sudah merenung seharian dan keputusannya sudah ia ambil. Menurut Haris, semua terserah ibunya. Jika wanita itu masih mencintai ayahnya, tidak ada salahnya juga memberi kesempatan. Haris juga akan memegang janji ayahnya yang mengatakan akan semakin menyayangi dan perhatian pada ibunya.
"Terus kamu semalam nginap di rumah Haris?" Kali ini ibu Ariana yang bertanya.
"Lo nginap di sebelah?!" seru Arjuna dengan syok.
"Om Hilmi ke Bandung sama Haris. Neneknya Haris sakit. Ibu gak bisa ikut karena dia hamil. Jadi... ya gitu," jelas Ariana.
"Anjir. Haris punya adek di umur 19 tahun," Arjuna tertawa kencang.
Ariana mendelik tak suka pada lelaki itu. Sikap Arjuna akan berbanding terbalik jika di depan orangtua mereka. Lelaki itu semakin menyebalkan dan suka memancing kekesalan Ariana.
"Aku juga mau adek, Mam," ujar Ariana dengan polos.
"Sembarangan lo! Gak! Gila. aja. Malu gue," sembur Arjuna.
Kedua orangtuanya hanya menggeleng saja. Sudah terbiasa dengan pertengkaran di meja makan setiap mereka sarapan bersama. Lagipun, memiliki anak lagi tidak ada dalam kamus mereka. Maksudnya tidak ada rencana. Tapi kalau memang Tuhan yang berencana dan memberi lagi, mereka tidak akan menolaknya.
Usai sarapan, Ariana kembali ke rumah orangtua Haris yang terletak di sebelah kanan rumah orangtuanya. Ariana tadi meninggalkan ibu Haris yang sedang membersihkan diri. Ia lapar dan di kulkas Haris tidak ada makanan pengganjal. Makanya Ariana pulang hanya untuk sarapan.
"Glen, sini!" panggil ibu Haris dari arah ruang tengah.
Ariana mendekat. Ia duduk di sebelah ibu Haris, lalu ikut menatap layar ponsel wanita itu. Ada potret Ariana dan Haris saat kelulusan sekolah.
"Ih, dulu aku sama Haris tingginya hampir sama. Sekarang kok dia tinggi banget ya, Bu. Aku cuma sedagunya."
Ibu Haris tertawa sambil mengangguk. Putranya tumbuh begitu cepat. Rasanya baru kemarin ia melahirkan lelaki itu. Ibu Haris tersenyum sambil menoleh pada Ariana. Ia meletakkan ponselnya ke atas sofa di sebelahnya, lalu melepaskan cincin yang ia pakai. Cincin turun temurun dari ibu suaminya.
"Glen, Ibu tahu kalian masih sangat muda. Tapi boleh gak Ibu berharapnya lebih cepat aja? Ibu pengin banget lihat kalian berdua sama-sama terus. Gak berubah apa pun kondisi dan masalah yang terjadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY NEW
Romance[MATURE 21+] Semua cerita hanyalah karangan penulis saja. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat atau kejadian, itu hanyalah ketidaksengajaan. Harap bijak dalam memilih bacaan sesuai usia. Follow dulu jika ingin mendapatkan notifikasi update. Start, 0...