Hoseok melangkahkan kaki masuk kedalam lift, ia tidak lupa menekan tombol lantai satu. Hari ini dia akan pergi ke sekolah sendirian karena Baekho ada pekerjaan ke luar kota selama beberapa hari, mungkin bisa jadi sampai minggu depan. Tapi tentu saja bagi Hoseok tidak masalah karena dia juga sudah biasa berangkat sendiri.
"Tunggu.. tahan pintunya!!!"
Hoseok mendongakkan kepala, menatap pada Taehyung yang berlari - lari menuju lift. HOseok sempat ragu, tapi ia kemudian menahan pintu lift dan membiarkan Taehyung masuk.
"Padahal bisa memakai lift satunya," kata Hoseok menatap sejenak pada Taehyung.
Taehyung hanya tersenyum saja, ia mengacak - ngacak rambut Hoseok dengan gemas.
"Ya.. jangan memainkan rambutku," kesal Hoseok.
"Tumben tidak membolos," kata Taehyung.
Hoseok mengambil handphonenya, "Tidak ada yang membuatku malas beranjak dari ranjang, jadi ya berangkat."
"Hmm.. begitu..."
Hoseok merasa jika jawabannya salah, suasana diantara dirinya dan Taehyung berubah menjadi sangat tidak enak. Keheningan yang ada akhirnya dipecahkan oleh dering handphone Taehyung.
"Iya Bogum.. aku sudah berangkat ini. Tunggu aku.."
Hoseok mengencangkan pegangannya pada tali tas sekolahnya. Rasa sakit di hatinya ia pikir akan menghilang ketika ia sudah bersama dengan Baekho. Tetapi ternyata masih sama saja dan justru semakin sakit. Mendengar Taehyung memanggil nama laki - laki lain saja membuat hatinya terasa begitu sakit.
Suara dari lift lagi - lagi menganggu Hoseok yang sedang tenggelam dengan pikirannya sendiri. Hoseok menatap kearah Taehyung yang melangkahkan kaki keluar. Ia yang merasa tidak ingin kehilangan Taehyung dan merasa tidak ingin merasakan sakit lagi, menggerakkan tubuhnya dan memegangi tangan Taehyung dengan cukup kencang.
Taehyung menghentikan langkah kakinya. Jantungnya berdetak dengan tidak santai ketika merasakan tangan Hoseok memegangi tangannya seperti ini. Taehyung memilih untuk tidak bergerak dan tidak membalikkan badannya. Ia tahu hatinya lemah pada Hoseok, jika ia berbalik maka dia akan meninggalkan Bogum dan kembali pada Hoseok.
Keheningan yang mencekik Hoseok dan Taehyung menawarkan hawa dingin dan kecanggungan yang sangat tidak enak. Taehyung menarik nafas dalam dan mencoba untuk memecah keheningan yang ada.
"Ada apa?" tanya Taehyung dengan nada dingin.
Hoseok tidak sanggup menjawab. Ia akan menjadi manusia paling serakah jika menginginkan Taehyung sementara sudah memiliki Baekho. Ia akan menyakiti banyak orang jika menuruti keinginan terdalam dari hatinya. Lidah Hoseok yang kelu dan tidak bisa memberikan jawaban apapun pada Taehyung akhirnya disadarkan oleh kenyataan jika memang Taehyung tidak menginginkannya ketika pegangannya dilepaskan oleh Taehyung.
Taehyung menolehkan kepala, menatap pada Hoseok. Ia benci.. ia benci menatap pada bola mata berwarna cokelat muda yang dipenuhi dengan kesedihan dan pengharapan itu.
Hoseok menatap kedalam mata Taehyung. Ia benci... ia benci menatap pada bola mata hitam pekat yang dipenuhi dengan ketegasan. Seakan ingin mengatakan jika Hoseok sudah tidak memiliki kesempatan untuk memiliki Taehyung.
Dua mata yang saling tatap didalam ruang sempit lift, seakan terbang melayang ke dunia mereka berdua. Mengingat kembali perasaan hangat, manis dan menyenangkan yang pernah ada dan menemani hidup mereka. Tapi semua kenangan manis itu pun ditolak dengan tegas oleh keduanya.
Taehyung memalingkan wajahnya, melangkah keluar dari dalam lift dengan langkah yang cukup terburu - buru.
Hoseok hanya berdiri diam, dengan perasaan sakit yang begitu mengerikan. Menyerang seluruh bagian dirinya, terutama pada hati. Begitu sakitnya hingga membuat airmata Hoseok mengalir tanpa ia minta. Dan begitu pintu lift tertutup, seolah memisahkan Hoseok dari Taehyung yang melangkah menjauh darinya tangis Hoseok semakin pecah, semakin keras. Berusaha menghilangkan sakit dengan tangisannya, tapi tentu saja tidak akan berhasil.
KAMU SEDANG MEMBACA
PARADISE TOWER-WHERE SIN IS ALLOWED
Fiksi PenggemarJung Hoseok (17tahun), hanyalah seorang anak dari keluarga kaya raya yang manja dan tidak mau kalah dari temannya. Ketika ia mendengar Jimin dibelikan sebuah penthouse seharga 20 milyar, ia langsung merengek pada ayahnya untuk dibelikan penthouse ya...