Chapter 4: Another Universe

51 10 15
                                    

Semesta itu indah tapi penuh misteri

-o0o-

Langit lebih tenang daripada sebelumnya. Sedari tadi Shanju dan Shaka hanya bersembunyi di bawah meja marmer untuk menghindari pecahan lampu gantung.

Wajah Shanju tidak sepanik tadi. Awan sudah kembali dimana tempatnya berasal.

"Aku cek ke depan dulu ya?" ujar Shaka. Sebelum meninggalkan Shanju, dia menelisik seluruh sudut ruangan, memastikan sekarang benar-benar aman.

Saat Shaka meninggalkannya, Shanju mencoba menganalisa sekitar. Ruangan menjadi sangat mengerikan karena serpihan kaca bercampur debu bertebaran dimana-mana. Melihat itu hatinya berdegup kencang. Dia tak ingin mati dengan cara mengerikan. Meski kematian bukan hal yang ditakutinya, tapi rasa sakit adalah proses menyakitkan yang selalu dia hindari.

Drttt!

Shanju terkejut. Dia menegakkan tubuhnya hingga kepalanya terbentur.

"Awsh!" Shanju meringis kesakitan, sambil mengusap pelan kepalanya.

Saat dia membuka ponsel, banyak panggilan tan terjawab dari Geladis. Karena terlalu panik, telinga Shanju mendadak tuli.

Shanju melihat pesan paling terakhir yang dikirim Geladis. Nampak tuntutan dan keresahan dalam kalimatnya.

Geladis
Jauhi Shaka!
Cepat Nju!

Buru-buru Shanju menekan tombol telepon. Jika Geladis sudah mengiriminya pesan lebih dari 10 kali, pasti ada hal yang sangat penting.

"Halo, kenapa Dis?" tanya Shanju.

"Kamu dimana, Nju?"

"Di restoran Leckeres Essen?"

"Sama Shaka?"

"Iya, tapi barusan ada badai. Jadi aku lagi sembunyi dibawah meja, Shaka masih ngecek diluar,"

"LARI NJU! CEPAT LARI DARI SHAKA!" suara Geladis semakin tidak kondusif. Terdengar nada ketakutan disana.

"Loh? Emang kenapa, Dis?" tanya Shanju ikut panik. Dia yang selalu tenang menghadapi permasalahan, kini ikut merasa tegang karena atmosfer yang diciptakan Geladis.

"Shaka yang kita kenal udah meninggal sejak 3 tahun lalu."

Terjadi keheningan beberapa saat.

"Kamu bisa cek chat ku yang paling atas kalo nggak percaya!"

Shanju menekan tombol back di ponselnya. Dia coba mencari chat teratas yang Geladis kirim tentang Shaka. Di sana terlihat jelas screenshot instagram Shaka, menampilkan gambar langit senja yang indah. Burung berkicau mewarnai langit, awan pun nampak kompak menghiasi angkasa. Terlihat menyegarkan sebelum Shanju membaca keterangan dibawahnya.

Shaka_433

❤️💬➡️Shaka_433 Selamat sore anakku yang tampan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❤️💬➡️
Shaka_433 Selamat sore anakku yang tampan. Pasti kamu sudah merasa lebih baik dari sebelumnya. Kamu sudah bebas dari rasa sakit 'kan? Tolong tetap tersenyum, Shaka. Ibu ingin kamu bahagia meski tak lagi dalam rengkuhan hangat Ibu. Doa Ibu selalu menyertaimu. Yang tenang di sana ya, permataku. Selamat jalan anakku sayang.

Shanju membeku ditempat. Air mukanya memerah ketakutan. Di dunia ini, Shanju paling takut pada hantu. Mereka sangat menjengkelkan. Hantu bisa melihat manusia, tapi manusia tidak. Mereka juga lebih leluasa menjahili dengan wujud jelek. Tapi, Shaka ... dia tak bisa disebut hantu jelek karena sangat tampan.

"Udah aman!" Shaka muncul tiba-tiba. Dia menampilkan kepalanya di bawah meja.

Refleks Shanju menegakkan tubuhnya, hingga lupa bahwa dia sedang berada dibawah meja sempit. Dan ....

Brakkk!

Kepalanya terbentur untuk yang kedua kali. Rasanya sakit, hingga pandangannya berkunang-kunang. Terasa berada di tengah gempa karena fokusnya terganggu.

"Kamu gak apa-apa?" tanya Shaka ikut meringis karena Shanju terus mengadu kesakitan.

Saat merasakan pergerakan Shaka mendekat kearahnya, refleks Shanju melompat keluar.

Kini Shanju tak memiliki pertahanan apapun kecuali keberanian. Seharusnya dia percaya ucapan Geladis yang menyuruhnya membawa bawang merah dan garam. Tapi dahulu, Shanju tidak percaya. Sekarang dia menyesal menghina Geladis yang percaya takhayul.

"Shaka! Jangan gentayangan gini dong! Aku gak mau mati diculik setan!" ungkap Shanju. Shaka menelisik, gadis itu terlihat lebih takut dari sebelumnya.

"Shaka! Aku dulu nggak jahat sama kamu! Aku dulu sering belain kamu waktu dibully sama bang Anas!" teriak Shanju, terus melangkah mundur menghindari Shaka.

Mendengar nama bang Anas, Shaka tersenyum tipis. Bukan ... bukan itu alasan Shaka disini.

Shaka menatap lekat kearah Shanju. Tatapan menusuk seakan-akan semua orang harus tunduk padanya. Shanju hendak melangkah mundur, tapi punggungnya mencium tembok hingga tak bisa bergerak lebih jauh lagi.

"Jangan mendekat Shaka!" bentak Shanju. Shaka yang tadinya hanya diam ditempat, kini terpancing untuk maju mendekat kearah Shanju.

Tangannya terangkat keatas, mengeluarkan angin dalam bayangan, membuat lilin padam. Shanju semakin bingung dan takut. Sial! Kenapa para hantu punya kekuatan?! batinnya menjerit.

Hanya tersisa jarak 3 meter, Shaka menghentikan langkah. Tangannya mengeluarkan sorot cahaya kuning, persis seperti cahaya remang lampu gantung bernuansa vintage.

"Kamu siapa?" tanya Shanju memberanikan diri.

"Aku Shaka," jawab Shaka.

"Kenapa kamu kembali? Kamu seharusnya sudah mati!" tanyanya lagi.

"Aku memang tidak pernah pergi, Shanju," balas Shaka. Tangannya semakin menyinari pengelihatan Shanju. Terlihat Shaka menggerakkan tangannya supaya cahaya itu menyebar di posisi yang tepat.

"Kenapa kamu disini?! Tak semestinya kamu berada disini! Kamu seharusnya harus pergi!" tanya Shanju lagi. Kali ini suaranya lantang menuntut jawaban. Tiba-tiba, lampu di tangan Shaka terlihat padam.

Shaka mendekat kearah Shanju, pupil matanya berubah menjadi hijau mint, persis seperti tadi. Shanju menunduk seraya memejamkan matanya. Dia tak mampu menatap Shaka dengan penampilan seperti ini.

Tangan Shaka mengangkat dagu Shanju. Mengusap pelan pipi yang sudah berkeringat. Anehnya, Shanju tidak menangis diantara rasa takut yang luar biasa. 

"Kalo ini hari terakhirku. Aku mohon jangan bunuh aku dengan cara sadis. Penggal saja kepalaku biar aku tidak kesakitan!" cerca Shanju. Otaknya tidak berfungsi dengan baik. Semua kata yang ada di benaknya, keluar begitu saja.

"Aku datang secara baik, dan aku berniat memperlihatkan hal baik, Shanju," ujar Shaka. Kini tatapannya berubah menjadi sendu. Pupilnya sudah kembali normal, menampakkan penampilan Shaka yang Shanju sukai.

Tangan Shanju berusaha melepas jemari Shaka di wajahnya. Tapi, Shaka menolak tegas dengan mempertahankan posisinya.

"Kamu bukan gadis beruntung. Kamu punya masa depan buruk. Kehadiranku disini untuk membantumu," ujar Shaka berusaha meyakinkan Shanju.

"Tapi, kenapa kamu bisa hidup kembali?" tanyanya lagi. Kini Shanju lebih tenang dari sebelumnya. Sudah dikatakan sejak awal tentang motto Shanju. Semua akan baik-baik saja, karena Shanju bodoh. Dia tidak peduli kematian. Shanju hanya peduli rasa sakit. Jika saja mati tidak harus merasakan sakit, maka sejak dulu Shanju ingin mati. Batinnya, dia ingin merasakan hidup seperti hantu yang memiliki kekuatan.

Posisi Shaka yang tadinya berjarak setengah meter, kini kembali mengikis jarak. Shaka mendaratkan jari telunjuknya di bibir Shanju supaya gadis itu diam.

"Aku Shaka Charles Wong, dari semesta yang berbeda."

The Secret Of UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang