Chapter 21: The End of Everything?

28 5 7
                                    

He is a destroyer

-o0o-

"Perkenalkan, aku Jayden. Reinkarnasi Shanju di masa depan." Shaka dibuat bungkam oleh pernyataan itu. Lagi-lagi dia tertawa remeh, menganggap itu hanya sebuah lelucon.

"Kebohongan apa ini?" sombongnya seakan-akan Shaka adalah Tuhan yang mengenal segalanya.

Shaka menatap lekat ke arah Jayden. Bola mata berbalut softlens warna hijau itu mulai mendeteksi kebenaran tentang isi kepala Jayden. Sialnya, tak ada tanda-tanda kebohongan di sana.

Melihat tatapan bingung itu, Jayden tersenyum tipis. Dia mengerahkan kemampuannya untuk membuktikan pada Shaka tentang kebenaran. Perlahan, wujudnya berubah menjadi Shanju yang Shaka kenal, detik kemudian wujud itu kembali menjadi Jayden. Terus saja seperti itu selayaknya pemutaran video lewat kaset rusak.

"Profesor, bukankah kita pernah meneliti tentang masa depan? Reinkarnasi mustahil terjadi!" bingung Shaka. Dia meminta jawaban pada Devita. Sungguh Shaka bingung, tak seharusnya hal ini terjadi.

"Seperti itulah rahasia semesta. Penelitianmu hanya salah satu fakta dari jutaan rahasia lainnya," balas Jayden. Sekarang keadaan sudah berbalik. Jayden yang memimpin, sedangkan Shaka terlihat seperti manusia bodoh.

Reinkarnasi? Apakah itu benar adanya? Harusnya Shaka tahu fakta itu, karena dia merasa menjadi manusia paling pintar di dunia. Namun, hari ini Shaka ditampar oleh kenyataan, bahwa tak ada manusia yang mengetahui seluruh rahasia semesta. Pengetahuan Shaka hanya kepingan kecil di antara fakta besar lainnya.

"Bagaimana bisa, Jayden?! Teknologi mana yang tidak kuketahui?!" tanya Shaka kebingungan. Saat-saat seperti ini Shaka masih menjunjung tinggi kesombongannya. Dia enggan dikalahkan oleh manusia dari semesta lain.

"Itu alasan mengapa semesta merahasiakan fakta besar lainnya. Supaya manusia penuh ambisi sepertimu tidak merusak tatanan yang sudah ditetapkan," tutur Jayden. Benar! Shaka telah merusak tatanan semesta yang seharusnya berjalan sesuai alur bak air mengalir. Kini, Shaka menyumbat aliran air itu sehingga sistemnya rusak.

"Manusia yang dikuasai ambisi untuk menggenggam semesta tak akan pernah mendapat apa yang mereka inginkan. Ambisi itu hanya menjadi sebuah petaka besar yang bisa menghancurkan diri sendiri!" imbuh Jayden.

Seharusnya Shaka meresapi ucapan Jayden. Dengan itu, otaknya bisa bekerja lebih baik, yang pasti langkah jahatnya bisa terhenti. Tapi, ambisi besar telah menguasai raganya.

"Benar! Aku lahir dengan penuh ambisi. Sejak kecil semua orang memintaku menjadi sempurna, hingga terlahir sosok seperti ini. Kini, tiba saatnya aku menjadi manusia yang lebih dari kata sempurna. Aku bisa menembus ruang dan waktu, tak hanya jiwaku yang pergi, tapi ragaku juga mengikuti. Hal itu terdengar mustahil, dan aku bisa melakukannya. Aku hebat bukan?" sombong Shaka menyebut bahwa dirinya hebat.

Lagi-lagi bibir Jayden tersungging sebuah senyum manis. "Kamu bukan sosok sempurna, hanya parasit penghancur tatanan semesta," balas Jayden. Senyuman itu luntur dari bibirnya, terganti dengan raut wajah intimidasi untuk Shaka.

"Hapus niat burukmu, maka semesta akan kembali normal!" perintah Jayden penuh amarah.

BRAKKK!

Sebuah cahaya merah dari dinding menusuk pengelihatan, membuat Jayden dan Devita menutup mata dengan lengan mereka. Tak hanya mengeluarkan semburat merah, dinding itu memiliki gaya gravitasi yang sangat kuat hingga tubuh Devita dan Jayden nyaris bergeser masuk. Beruntungnya mereka memegang erat tiang besi yang tertanam di tanah.

Melihat itu, Shaka tertawa puas. Dua manusia yang dianggapnya bodoh sedang berusaha mengendalikan diri supaya tidak terseret gravitasi.

"Tak ada satu pun manusia yang bisa menghentikanku!" teriak Shaka penuh kemenangan.

"Hentikan Shaka!" panik Devita saat mengetahui Shaka menggendong tubuh Shanju. Dia hendak mengajak Shanju masuk ke dalam portal untuk berpindah dimensi.

"Kamu hanya akan mendapat kehancuran, Shaka!" bentak Devita kalang kabut.

"BERHENTI SHAKA!" bentak Jayden.

Kekuatan gravitasi portal sudah tidak sekencang tadi. Tapi, bisa dipastikan mereka akan terserat jika lengah.

"Aku bisa merubahnya!" bentak Shaka.

"HENTIKAN, ANAK NAKAL!" Devita berteriak histeris, dia hampir mengeluarkan air mata karena kehancuran sudah berada di depan mata.

Shaka membawa Shanju melompat masuk ke dalam portal dengan percaya diri. Shaka hanya ingin menghidupkan istrinya, meski aksinya akan membuat semesta hancur. Rasa penyesalan besar telah menjadi ancaman besar bagi semesta.

Saat DNA Shanju memaksa masuk ke semesta lain, semesta itu akan menolak, membuat bintang meledak, dan rasi bintang Gatra kehilangan jati dirinya.

Hari ini 7 semesta akan hancur. Menyisakan sebuah kenangan yang menjadi sisa abu ledakan bintang.

Saat Shaka menembus portal, dia berhenti di tempat gelap dan sunyi. Tak ada cahaya menemani atau pun setitik harapan kembali. Manusia memang makhluk tak tahu diri. Hanya bisa menuntut kesempurnaan untuk menjadi penguasa. Jika ini akhir, maka Shaka bisa disebut penguasa karena mengubah takdir semesta.

Namun, sebuah suara mengubah pola pikir Shaka bahwa detik ini adalah akhir segalanya.

"Tuan Charles Wong? Bagaimana kabarmu?"

The Secret Of Universe Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang