Teori akan menjadi omong kosong saat pembaca tak bisa mengetahui makna di dalamnya
-o0o-
Jayden menyetir mobil putihnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Pernyataan Geladis membuatnya merasa gelisah dan resah. Mengapa harus Shaka? Pria yang seharusnya mati sejak 3 tahun lalu. Itu terlalu ambigu jika dijabarkan secara nalar.
"Tidur aja, Dis. Nanti kalau udah sampai, aku bangunin," ujar Jayden. Dia tahu bahwa sedari tadi mata Geladis terlihat sangat berat. Mungkin efek lama menangis dan kelelahan, Geladis menjadi sangat ngantuk.
Beberapa detik kemudian, Geladis memejamkan matanya. Sedangkan Jayden, masih membelah jalanan dengan kecepatan 80 KM/jam-120 KM/jam.
Jalanan sudah kosong, memberikan akses untuk Jayden menjadi pembalap sementara.
Otak Jayden tak henti memikirkan asal Shaka. Jika benar kata Geladis bahwa Shaka adalah hantu, maka sebesar apa energinya hingga bisa membuat Shanju celaka? Namun, jika Shaka merupakan manusia dari semesta lain, pasti ada teori yang berkaitan dengan ini.
"Ilmu kuantum?" gumam Jayden coba menafsirkan keadaan.
Setelah 1 jam lebih 20 menit melesat cepat merajai jalan. Kini mobil Jayden terparkir rapi di kampusnya. Meski tersisa pak Danu sebagai penjaga malam, tak membuat Jayden merasa takut masuk ke dalam gedung sendirian. Lampu di setiap koridor memang menyala, tapi tak memberikan penerangan seterang pagi.
Tak peduli rumor-rumor horor yang ada di kampus ini. Jayden hanya ingin masuk kedalam perpustakaan dan mengambil benda yang pernah ditinggalkan di loker penitipan.
Jayden duduk pada salah satu kursi depan rak buku. Dia menyalakan lampu baca yang sudah tersedia, lalu membuka setiap halaman dengan hati-hati.
Binder hitam yang diisi hal random tentang rasa ingin tahu Jayden. Semuanya terangkum menjadi satu dalam diary teori semesta milik Jayden. Hanya ada bunyi gesekan kertas binder Jayden.
"Semesta tak berdiri sendiri, namun meminjam sumber semesta lainnya," gumam Jayden sambil membaca tulisan tangan 5 bulan lalu. Salinan dari salah satu buku yang pada saat itu menjadi buku teraneh menurut Jayden.
Jayden diam sejenak, mencoba menganalisa tulisannya. Hingga seseorang berdiri di sampingnya, membuat Jayden refleks berdiri.
"Cari apa, Dek?" Ternyata itu pak Danu. Penjaga malam kampus ini.
Jayden mengembuskan napas lega. Ternyata makhluk yang muncul hanyalah pak Danu, bukan sesuatu menakutkan seperti yang Jayden pikirkan.
"Binder saya ketinggalan, Pak," jawab Jayden sambil menunjukkan binder hitamnya.
"Ya sudah, ayo keluar. Kalo malam di sini agak seram," ajak pak Danu.
Jayden menurut saja, toh bindernya sudah ditemukan. Jayden memang mengambil jurusan Akuntansi, tapi dia sangat tertarik dengan astronomi, fisika, dan kimia. Kalau kata Shanju, Jayden akan mati jika tidak membaca buku-buku itu. Shanju terlalu berlebihan, tapi memang setiap Jayden menganggur dia pasti membaca buku tentang bumi dan semesta.
"Katanya, Neng Shanju ke gulung ombak ya?" tanya pak Danu. Bahasanya memang tidak sopan, tapi itu benar adanya.
Rumor sangat cepat beredar. Padahal, Geladis hanya memposting foto laut dengan keterangan cepat kembali, hal itu membuat semua orang tahu bahwa Shanju tergulung ombak. Walaupun pengikut akun instagram Geladis hanya memiliki 65 pengikut, tapi berita itu sangat cepat tersebar.
"Sampai sekarang kita masih cari Shanju, Pak. Jadi Shanju belum bisa dinyatakan meninggal," cerca Jayden meluruskan.
Pak Danu mengangguk paham. Setelah itu, mereka hanya diam mengikuti jalan lorong di bawah lampu remang.
Di tengah langkah mereka, tiba-tiba hujan datang. Jayden menghentikan langkahnya, hingga langkah pak Danu ikut terhenti. Sekitar 3 menit Jayden hanya diam menatap langit yang sedang menangis.
"Pak, ada buku yang lupa saya ambil di perpustakaan. Apa saya boleh kembali?" tanya Jayden.
"Aduh, gimana ya. Saya mau ke gedung D," jawab pak Danu. Tiba-tiba pak Danu ingat jika plafon aula gedung D mengalami kebocoran. Dia harus menyiapkan bak untuk menampung air supaya tidak banjir.
"Gak apa-apa, Pak. Saya sendiri aja," balas Jayden.
"Jangan lama-lama ya, Dek," peringat pak Danu.
Setelah mendapat lampu hijau, buru-buru Jayden berlari kembali ke perpustakaan. Ada hal yang harus diketahui di sini. Tentang teori-teori yang mengarah pada kehadiran Shaka.
Keadaan perpustakaan masih sama seperti tadi. Sedikit terlihat horor dan sangat sepi. Hanya terdengar samar-samar bunyi jarum jam yang berdetak.
Jayden segera masuk dan berlari ke arah buku astronomi. Dia mencari satu buku bersampul biru dongker dengan isi tatanan semesta menurut ahli yang tidak diketahui identitasnya.
Jayden melihat satu persatu buku yang berjajar rapi. Lima bulan lalu, buku itu terlihat seperti omong kosong yang rangkai penulis fiksi hanya untuk mendapat keuntungan. Tapi, sekarang Jayden mulai memahami beberapa makna dari buku tersebut.
Saat dia menemukan buku itu, segeralah Jayden mengambilnya lalu duduk di kursi terdekat.
Buku berwarna biru dengan bintang-bintang menjadi ikon sampulnya. Berisi tentang banyak teori yang sulit di jabarkan oleh nalar. Bahkan, Jayden pemilik otak pintar sekali pun, pernah menganggap buku ini sebatas fiksi karangan penulis.
Jayden melihat lembar perlembar halaman. Banyak debu melukis setiap lembar buku itu. Tata letak tulisannya nampak berantakan. Serta, rupa huruf seperti ditulis manual oleh seorang ahli sastra.
Lama sekali Jayden membaca buku biru itu. Dia juga sedikit menyalin poin penting ke dalam bindernya. Jayden mengamati waktu, ternyata sudah 20 menit berlalu dia duduk seorang diri.
Selepas mendapat poin penting. Jayden menutup buku usang itu. Lagi-lagi dia diam, mengamati judul buku. Jayden pikir, dia yang paling tahu tentang semesta. Tapi ternyata, dia yang paling bodoh untuk mengenal semesta.
Buku biru berjudul "The Secret Of Universe" telah memperkenalkannya pada keberadaan semesta lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Of Universe
FantasiaParallel Universe. ----- Seharusnya dari dulu Shanju tahu bahwa ada yang tidak benar tentang kemunculan Shaka secara tiba-tiba. Setelah 3 tahun tak pernah bertemu, Shaka berubah 180° dari sifat, penampilan, dan pembawaan diri. Awalnya Shanju menga...