Chapter 9: Tsunami

31 11 18
                                    

Saat semesta sudah berbicara maka manusia akan bungkam

-o0o-

Hari Selasa, tiba-tiba saja awan berkumpul menyebabkan hujan lebat membasahi kos Shanju. Padahal Shanju sudah bersemangat untuk liburan ke villa, tapi sayangnya hujan datang menghancurkan rencananya.

"Gak mau Jayden! Aku mau ikut!"

"Kalo hujan, pemandangannya jelek. Udah gak usah ikut!"

"Kamu kok gitu sih?! Kemarin kamu yang ajak, tapi sekarang kamu yang halangi aku pergi! Jahat!" kesalnya pada Jayden dari sebrang telepon.

"Cuaca lagi buruk, Nju. Aku sendiri aja gak ikut, masa kamu kamu ikut sendirian!"

"Cuman hujan doang, Jay. Berlebihan banget sih kamu?!"

"Intinya kamu di rumah aja, jangan kemana-mana, okei?"

"Jayden gak asik!"

Shanju mematikan sambungan sepihak karena kecewa berat. Dia ingin merasakan atmosfer liburan karena sudah lama sekali tidak memanjakan mata. Di Jakarta, Shanju sudah kenyang dengan pemandangan gedung pencakar langit. Bahkan benderang lampu neon yang indah akan terasa buruk saat dilihat terus menerus.

Jayden
Kita pergi kapan-kapan aja ya.
Hari ini cuacanya buruk, kemungkinan besok juga buruk.

Melihat pesan dari Jayden, Shanju mendengus kesal. Jayden sangat menyebalkan! Bahkan lebih menyebalkan dari pak Juned.

Disela kekesalan, sebuah ide cemerlang terlintas di kepalanya. Shanju tersenyum senang saat mengingat nama Shaka. Katanya, Shaka ingin membantu kehidupan Shanju 'kan? Pasti dia akan menuruti perkataan Shanju untuk membuat Shanju bahagia.

Segeralah Shanju menelepon Shaka yang entah sedang apa.

"Selamat malam. Ada apa Shanju?"

"Shaka, ternyata acara besok gak jadi. Padahal aku pengen banget liburan,"

"Kenapa nggak jadi?"

"Kata Jayden cuaca lagi buruk banget, takutnya besok juga buruk,"

"Kamu pengen banget liburan?"

"Banget!"

Terjadi keheningan sesaat. Sepertinya, Shaka tengah menimang-nimang keputusan.

"Ya sudah, besok kita pergi sendiri aja,"

Seketika semangat hidup Shanju kembali. Matanya berbinar senang dan tubuhnya melompat-lompat girang di atas kasur. Kini Shanju paham alasan kehadiran Shaka. Dia hadir untuk membuat Shanju bahagia. Shanju sangat menyukainya!

"Asik!!! Kita mau kemana nih?"

"Suatu tempat yang hanya bisa diisi kita berdua, tanpa ada orang lain mengganggu,"

Lagi-lagi Shanju melompat kegirangan. Ini yang dia butuhkan! Tempat privat seperti acara liburan orang kaya. Shaka benar-benar bisa diandalkan.

"Terima kasih Shaka!"

"Sama-sama. Sekarang kamu tidur ya. Selamat malam Shanju,"

"Malam, Shaka!"

Setelah panggilan ditutup, Shanju melompat-lompat di atas kasurnya seperti anak kesenangan diberi hadiah permen. Selanjutnya, dia merebahkan tubuhnya di kasur. Dia memejamkan mata dan menenangkan tubuhnya

Untuk pertama kalinya Shanju pergi bersama manusia bernama Shaka. Dia yang misterius dan penuh kejutan. Sebelumnya, Shanju hanya pernah liburan bersama Jayden dan Geladis. Bisa dikatakan, Jayden termasuk protektif pada Shanju. Dia tak mengizinkan Shanju berpergian jauh dengan orang lain selain dirinya dan Geladis.

Samasta Shanju
Aku besok pergi ke pantai sama Shaka.
Tapi Jayden nggak diajak.

-o0o-

Berbeda dengan kemarin malam. Cuaca pagi ini sangat cerah. Bahkan, awan berada di tempat strategis untuk menutupi kilauan matahari. Dalam mobil merah milik Shaka, Shanju tersenyum bahagia.

Shanju sempat bingung, bagaimana bisa Shaka yang berasal dari semesta lain memiliki banyak uang untuk membeli mobil sport keluaran terbaru? Saat Shanju bertanya tentang kekayaan, Shaka menjelaskan bahwa, "Di semestaku, mata uang kita sama. Bedanya, seratus ribu adalah mata uang paling kecil. Jika kekayaanku ditukar dengan uang receh di semesta ini, bisa menjadikanku orang paling kaya di semesta ini."

Terdengar aneh, tapi memang seperti itu kekayaan Shaka. Banyak, dan terdengar mustahil.

Sudah 2 jam mereka duduk di atas mobil. Kini, roda mobil mahal Shaka menginjak hamparan pasir putih pantai. Buru-buru Shanju keluar dengan wajah sumringah penuh kebahagiaan.

Hanya ada rasa nyaman akibat atmosfer sejuk pantai. Aroma laut yang khas memberikan rasa bahagia luar biasa pada Shanju.

"AKU KANGEN PANTAI!" teriak Shanju kegirangan. Dia berlari mendekat kearah laut, membiarkan air menyapu kakinya dengan genangan kecil.

Berdiri di tengah pantai, menikmati pasang surut air laut sangat menyenangkan. Rasanya sejuk dan menyegarkan.

Di sisi lain, Shaka tersenyum tipis. Melihat senyum secerah matahari itu, membuat dirinya kembali hidup. Dia tak mengikuti langkah Shanju, dan lebih  memilih berdiri sambil menatap Shanju dari kejauhan.

Tapi, tiba-tiba saja tanah berguncang hebat. Nyanyian burung terdengar nyaring memenuhi suasana. Suara sumbang bel peringatan mengusik telinga Shanju dan Shaka.

Otak Shanju berhenti berkerja. Dia hanya diam mematung saat pijakannya berguncang.

Terhitung, hanya 8 detik gempa itu hadir. Air laut yang semulanya membasuh jemari kaki Shanju, kini surut tak lagi menyiratkan airnya.

"LARI SHANJU!" teriak Shaka panik. 

Shanju berlari mendekat kearah Shaka. Seluruh tenaganya ia kerahkan untuk keluar dari bibir pantai. Shaka yang seharusnya berlari menjauh, malah mendekat ke laut untuk menjemput Shanju.

Saat hanya tersisa tiga meter jarak antara mereka. Tiba-tiba laut memuntahkan air dari dasarnya. Membuat gelombang besar setinggi 8 meter menyapu area sekitar pantai.

Shaka memeluk erat Shanju, meski air sedang menenggelamkannya. Telinga Shanju tak lagi mendengar riuh kicauan burung, hanya ada suara dengung. Hingga dia tersadar, seluruh tubuhnya telah diserahkan pada lautan luas.

Jayden
Kalo dibilangin itu nurut Shanju!
BMKG bilang, diprediksi tsunami di pantai daerah Jakarta Selatan.
[09.54]

Jayden
Kamu nggak beneran berangkat ke pantai 'kan?
Shanju?
[11.02]

The Secret Of Universe Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang