All questions have answers
-o0o-
Mobil Jayden melesat cepat sampai di kos Shanju. Keadaan masih sama, sangat liar dan tak terkendali. Sekarang sudah tidak hujan, tapi kabut dari berbagai sumber polusi masih melukis di udara.
Jayden berlari masuk ke dalam kos. Dia melepas jas hujan dan masker yang sudah sangat kotor, lalu masuk ke dalam kamar Shanju.
Begitu pintu terbuka, tangis Geladis menjadi melodi pengiring suasana. Mata Geladis cukup sembab karena menangis.
"Kenapa, Dis?" tanya Jayden buru-buru mendekat.
"Kenapa teleponku gak diangkat?!" marahnya pada Jayden.
"Maaf, baterai ponselku mati," ungkapnya penuh rasa bersalah.
"Lihat! Shanju nggak bisa napas!" ujar Geladis ketakutan.
Napas Shanju nampak tersendat-sendat. Wajahnya yang tadi pucat, kini menampakkan urat-uratnya.
Jayden segera membuka tasnya. Alasan dia datang lambat karena mampir ke rumahnya. Ada banyak barang yang harus dia bawa untuk penanganan pertama Shanju.
Jayden memasangkan oksigen berukuran 1m³ pada hidung dan mulut Shanju. Setelah itu, Jayden mengeluarkan jarum suntik berisi cairan injeksi desametason.
Sebelum dia menyuntik pada lengan Shanju, tangan Geladis menghentikan aktivitasnya. "Itu suntik apa?" tanya Geladis ragu.
"Intinya untuk menaikan trombosit," jawab Jayden.
"Kamu bukan dokter, Jay!" protes Geladis. Dia tak ingin kondisi Shanju semakin memburuk karena salah tindakan.
"Untuk menyembuhkan seseorang, kita gak perlu jadi dokter!" balas Jayden. Dia menyingkirkan tangan Geladis tanpa ragu, dan mulai menyuntikkan cairan injeksi di lengan Shanju.
"Jayden!" Geladis berniat protes, tapi telunjuk Jayden hinggap di bibirnya.
"Aku memang bukan dokter, tapi aku tahu banyak tentang dunia medis. Aku nggak perlu jadi dokter untuk bisa menyembuhkan orang lain, aku cuman harus belajar untuk dapat ilmunya," tutur Jayden. Kini Geladis sudah sadar bahwa dia bicara dengan si pintar Jayden. Seorang pria yang menyukai semua mata pelajaran IPA namun mengambil jurusan Akuntansi di perkuliahan.
Jayden si anak cerdas yang memiliki segudang ilmu pengetahuan.
"For your information, Mama adalah dokter di Singapura," jujur Jayden.
Geladis menunjukkan ekspresi terkejut. Baru kali ini Jayden berbicara tentang pekerjaan orang tuanya. Selama 6 tahun bersahabat, Geladis tak pernah menanyakan apa pekerjaan orang tua sahabatnya, sedangkan Jayden juga tak pernah berbicara banyak perihal keluarga. Geladis hanya mengenal Jayden adalah anak tunggal kaya raya.
"Maaf, Jay. Aku tadi panik banget," gumam Geladis.
Jayden menggenggam erat tangan Geladis. Mengusap pelan guna menyalurkan kekuatan. "Kita pasti bisa bertahan. Kamu harus selalu berpikir positif, ya?" tutur Jayden. Respons Geladis hanya mengangguk pelan.
Di tengah percakapannya dengan Geladis, Jayden teringat satu hal. Dia harus mempelajari dunia yang sedang hancur.
Jayden mengambil buku fisikanya, mencoba mengambil teori dasar untuk menganalisa keadaan. Tapi, Jayden menutup buku itu karena isinya tak memberi jawaban apapun.
Mata Jayden terpejam, coba berpikir kritis.
"Langit tidak mungkin menjatuhkan makhluk, kecuali memang ada kehidupan di langit. Tapi, manusia sudah mempelajari banyak tentang langit, tanpa mendapat bukti bahwa ada kehidupan di langit. Angkasa juga tidak semudah itu menjebloskan makhluknya ke bumi. Jika tanpa teknologi canggih, dapat dipastikan makhluk itu bisa mati karena terjun bebas melewati atmosfer," ujar Jayden berpikir sangat keras.
"Shaka berasal dari semesta berbeda," gumamnya lagi.
Jayden mengerutkan keningnya. Dia coba berpikir dengan logika untuk mendapat jawaban.
"Kalau Shaka melintas ruang angkasa untuk sampai di bumi ini, sudah dipastikan akan ada penemuan besar karena kendaraan yang ditunggangi Shaka. Satelit dan badan meteorologi pasti sadar tentang kehadirannya. Tapi, Shaka nampak hadir begitu saja. Dalam artian dia memang ada di sini," gumamnya lagi. Geladis hanya menyimak dalam diam.
Jayden beranjak dari duduknya. Dia mengambil sebuah buku dari dalam tasnya. Buku usang yang dahulu terasa mustahil menjadi nyata. Buku bersampul biru dengan judul The Secret Of Universe.
Jayden membuka halaman pertama. Ada sebuah gambar bumi, namun bentuk buminya aneh, banyak tumpukan garis di sana. Seperti dicetak dengan printer rusak.
Saat Jayden membuka halaman kedua, ada sebuah deretan kata menjadi kalimat padu. Untaian kata itu berbunyi, Semesta tidak berdiri sendiri, tapi bersumber dari kekuatan 7 semesta lainnya.
Di halaman selanjutnya terlihat sebuah garis yang menyatukan 7 titik. Di keterangannya bertuliskan Rasi bintang Gatra.
Jayden menegakkan tubuhnya, lalu menatap Geladis dengan ekspresi terkejut. "Jika semesta berada dalam satu ruang, maka pembatasnya adalah dimensi," gumamnya. Detik kemudian Jayden menatap ke arah Geladis. Tatapan itu bermaksud menyiratkan keyakinan.
"Shaka kemari dengan menerobos dimensi, hal itu bisa merusak lapisan dimensi. Jika salah satu semesta rusak, maka semesta lain juga rusak karena semesta satu dan lain saling memberikan kekuatan sebagai sumber," ungkap Jayden. Ekspresinya menunjukkan rasa terkejut dan khawatir.
Jayden membuka halaman selanjutnya. Di sana terdapat tujuh gambar berbeda. Dia hanya mengenal salah satu di antara tujuh gambar itu. Gambar ketiga menunjukkan DNA manusia. Sebuah gambar spiral dengan struktur yang pernah dipelajari Jayden, sedangkan gambar lainnya menunjukkan struktur berbeda dan bentuk berbeda.
Lagi-lagi Jayden membuka halaman selanjutnya. Terdapat untaian kata yang berbunyi, Semua memiliki rumah masing-masing. Sebuah rumah akan menolak kehadiran yang bukan penghuni rumahnya.
Jayden membuka halaman sebelumnya, dan coba memadukan pernyataan tersebut dengan gambar.
Akhirnya Jayden paham. Bentuk DNA manusia di semesta satu dan semesta lainnya berbeda. Saat manusia dengan DNA berbeda masuk ke dalam semesta lainnya, maka keseimbangan semesta akan menolak. Hal itu membuat keseimbangannya terganggu.
Jayden membuka halaman selanjutnya. Detik itu juga tubuhnya mendadak kaku.
Takdir semesta akan bercampur saat keseimbangannya terganggu. Rasi bintang Gatra akan hancur saat salah satu bintang mati.
Lagi-lagi Jayden dibuat terkejut. Dia mulai paham isi buku itu. Semesta diibaratkan sebagai bintang. Rasi itu menjadi bentuk kekuatan saat tujuh semesta yang digabungkan. Saat salah satu semesta hancur, maka semesta lainnya akan hancur. Sama seperti sistem rasi bintang, saat salah satu bintang mati maka rasi itu akan hilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Of Universe
FantasyParallel Universe. ----- Seharusnya dari dulu Shanju tahu bahwa ada yang tidak benar tentang kemunculan Shaka secara tiba-tiba. Setelah 3 tahun tak pernah bertemu, Shaka berubah 180° dari sifat, penampilan, dan pembawaan diri. Awalnya Shanju menga...