Chapter 7: It's About Shaka

42 8 23
                                    

Not all humans are good

-o0o-

Hari ini cukup aneh, hingga bu Laila membatalkan kuis mata kuliah ekonometrika. Banyak yang berubah karena salju. Geladis segera pulang dari kampus karena baru ingat Juju--Kucing cantiknya belum dimasukkan ke kandang. Bisa-bisa Juju pilek jika tidak segera diajak masuk ke rumah. Sedangkan Jayden ada urusan mendadak dengan organisasinya. Dia anggota BEM, pasti sibuk. Kini tersisa Shanju sendirian.

Hari ini tersisa satu matkul, itu pun ada di jam 7 malam. Shanju harus bersabar menunggu di kampus sendirian. Shanju gadis terkenal, tapi tidak memiliki teman dekat selain Jayden dan Geladis.

"Shanju!" panggil seorang pria dari belakang. Melihat itu, Shanju mencak-mencak sendiri. Kenapa dia harus menampakkan batang hidungnya lagi? Baru saja Shanju melupakan konspirasi semesta yang memusingkan.

"Kenapa harus ketemu kamu lagi sih?!" kesal Shanju melihat kehadiran Shaka.

Matanya berusaha menghindari tatapan Shaka. Meski Shanju pecinta pria tampan, tapi dia lebih memilih menatap langit ketimbang Shaka.

"Aku bukan orang jahat Shanju! Kamu nggak perlu menghindar," ujar Shaka. Lagi-lagi Shanju menghela napas panjang. Dia bingung dengan kehadiran manusia tampan ini. Kenapa terlalu ambigu dan menghadirkan tanda tanya besar?

"Tapi kamu bukan manusia!" balas Shanju kesal. Shanju bukan takut dia akan melakukan kejahatan. Shanju takut dia akan berubah wujud. Sudah itu saja.

"Kita sama-sama manusia. Tapi lahir dari semesta berbeda! Tolong jangan menghindar!" minta Shaka. Dia menggenggam erat tangan Shanju. Matanya memancarkan tatapan memohon supaya Shanju mempercayainya.

"Apa alasan kamu disini?" tanya Shanju. Dia bingung karena Shaka terlalu memohon.

"Aku hanya ingin melindungimu. Semestamu kejam, takdirmu buruk. Aku ingin merubah semua itu. Tolong percaya ...," mohon Shaka. Dia berusaha meyakinkan Shanju tentang niat baiknya. Shaka ingin sekali Shanju percaya bahwa kehadirannya bukan untuk sesuatu yang buruk.

"Aku merasa baik-baik saja," bantah Shanju. Di dunia ini, Shanju selalu merasa baik-baik saja. Tidak seperti ucapan Shaka yang terlalu hiperbola, menganggap Shanju manusia paling menyedihkan.

"Mungkin sekarang kamu baik-baik saja. Tapi besok, apakah kamu masih bisa bicara bahwa kamu baik-baik saja? Saat Geladis dan Jayden lulus, kamu tidak punya siapapun untuk bergantung. Sedangkan pamanmu? Saat dia sudah naik jabatan, maka kamu akan dilupakan," cerca Shaka.

"Masih banyak orang baik di dunia ini!" balas Shanju. Meski Geladis dan Jayden meninggalkannya, dia ingin menjelaskan bahwa dirinya bisa bertahan.

"Jika kamu tidak bertemu manusia baik, apa yang akan kamu lakukan?" tanya Shaka. Kini tatapannya berubah seperti saat pertemuan buruknya waktu lalu. Kala Shaka memperlihatkan jati dirinya yang lebih istimewa dibanding manusia semesta ini.

"Udah ah aku capek!" balas Shanju lelah. Berdebat dengan Shaka tidak akan ada habisnya. Apalagi saat Shaka menunjukkan ekspresi arogannya itu. Bisa-bisa Shanju dibuat pingsan seperti dulu. Lebih baik Shanju mengalah.

"Mau makan?" tanya Shaka.

"Jam 7 aku ada kelas," jawab Shanju terlihat lesu.

"Nggak sampai jam 7 malam kok. Lagi pun, kamu nggak capek nunggu di sini sendirian sampai jam 7 malam?" tanya Shaka. Benar juga, pasti akan membosankan.

"Yaudah, ayo." Shanju tak bisa menolak.

Dia merasa lapar, disisi lain tanpa disengaja hati Shanju sedikit tergerak kala mendengar penuturan Shaka bahwa pria itu datang untuk membantunya. Shanju berpikir, mungkinkah Shaka hadir untuk menjadikan Shanju kaya raya? Atau membuat hidup Shanju lebih bahagia.

Shanju selalu berkata bahwa hidupnya bahagia. Hal itu benar, Shanju merasa bahagia. Tapi, Shanju tak pernah tahu apa maksud bahagia sesungguhnya. Kini, kehadiran Shaka memiliki arti mendalam bagi Shanju.

-o0o-

Sekarang dua manusia dari semesta berbeda duduk berhadapan sambil menikmati hidangan steak terkenal di Jakarta Selatan. Seperti biasa, Shanju makan dengan semangat. Sedangkan Shaka belum menyentuh makanannya. Dia hanya fokus pada Shanju.

Kamu dan dia ternyata berbeda ya? Apa bisa jika nanti kalian dipersatukan akan membuat kamu seperti dulu lagi? batin Shaka berbicara.

Ada banyak rahasia tersimpan rapat dalam diri Shaka. Bahkan, dirinya pun belum mengetahui beberapa rahasia dalam raganya sendiri.

"Kamu nggak makan?" tanya Shanju. Wajahnya terhias saus steak saking semangatnya makan.

Lagi-lagi Shaka tersenyum tipis. Shanju dihadapannya cantik dan lucu. Dia mengambil tisu di meja, lalu membersihkan sisa makanan di sekitar mulut Shanju.

"Kamu lucu," puji Shaka seraya tersenyum manis.

"Shaka, kamu nggak punya niat jahatkan?" tanya Shanju, memastikan sekali lagi.

"Kenapa aku harus jahat ke kamu?" tanya Shaka. Dia penasaran pola pikir Shanju yang sebenarnya.

"Soalnya kamu bukan manusia kayak yang lain," jawab Shanju seadanya. Memang itu alasan Shanju takut pada Shaka. Seperti di film-film yang dia tonton bersama Geladis. Makhluk asing cukup menakutkan, apalagi hantu.

Shaka mendorong makanannya ke samping. Sikunya dibuat menopang kepala, sedangkan telapak tangannya dijadikan tumpuan untuk meletakkan dagu.

"Nggak semua manusia baik, Shanju," ujar Shaka.

Shaka melirik sekitar, sepertinya tak ada orang lain selain mereka disini. Tangannya memetik, mematikan semua lilin di seluruh meja kecuali mejanya. Tak lupa, CCTV ruang dibuat eror karena petikan jarinya.

Secara fisika, dia memanfaatkan elemen angin dan gelombang bunyi dari alat yang Shaka kenakan di jari tengahnya. Sekilas, alat itu terlihat seperti cincin biasa. Tapi fungsinya luar biasa. Jika dijelaskan bagaimana cara kerjanya, manusia semesta Shanju tak akan paham, karena banyak perbedaan elemen asing di sini. Yang pasti, alat itu bisa membuat angin sekitar tunduk padanya.

"Dulu, aku sama seperti kamu. Orang yang hidup dengan sisa keberuntungan. Hingga suatu hari, tidak ada hal baik lagi yang terjadi dalam hidupku. Kamu tahu Shanju? Suatu hari, ada orang baik yang mengenalkanku tentang cara bertahan menjadi manusia. Disitu aku sadar, tak semua manusia adalah orang baik. Untuk bertahan, seseorang harus menguatkan diri dengan menghancurkan orang lain," cerca Shaka. Dongeng itu cukup menarik untuk didengar Shanju. Dia menatap Shaka sebagai isyarat meminta pria itu berbicara lebih tentang hidupnya.

"Kamu dan aku yang dulu adalah sama. Bedanya, kamu nggak perlu menjadi orang jahat untuk merebut sebuah kuasa, karena aku di sini untuk membuatmu bertahan." Itu untaian kata yang sejak dulu tersimpan rapat di bibir Shaka. Untuk mengucapkan kalimat itu, dia harus memiliki banyak kesiapan, salah satunya adalah bukti.

"Shanju, semesta memang memberi batas untuk makhluknya berjalan mencari tahu rahasia-rahasia besar. Tapi, batas ruang dan waktu tak akan menjadi benteng untuk manusia menjaga orang yang dicintainya."

Seperti aku yang akan terus memperjuangkan kehidupanmu, Shanju. Lagi-lagi batin Shaka berbicara hal yang tak seharusnya dia lakukan.

The Secret Of Universe Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang