Chapter 27: This Is the End

47 5 17
                                    

Everything will return to normal as the universe promised

-o0o-

"GELADIS ASTAGA! MAKALAH TUGAS SISTEM INFORMATIKAKU HILANG!" teriak Shanju di koridor kampus. Lagi-lagi Geladis harus mendengar masalah dari kecerobohan Shanju.

Dari kejauhan Shanju berlari ke arah Geladis. "Aku harus gimana?!" teriak Shanju digandrungi rasa panik. Dia langsung memeluk tubuh Geladis.

"Tinggal diprint out lagi, Nju," balas Geladis sambil mengusap punggung Shanju.

"Aku sudah ngerjain susah-susah, soft file yang aku simpan cuman kerangka kasar, soalnya itu aku benerin di warnet dan nggak aku backup di flashdisk. Capek banget!" kesal Shanju. Bagaimana lagi, ini kesalahannya. Salahkan dirinya sendiri mengapa sangat ceroboh.

Geladis merasakan satu hal aneh. Di mana terdengar isak tangis. Dia melepas pelukannya, lalu meneliti setiap lekuk wajah Shanju. Air mata menetes deras membanjiri wajah indah itu. "Kamu nangis?" pekik Geladis terkejut.

Shanju mengusap air matanya sendiri. Saat menatap tangannya, ternyata benar ada air mata di sana. Melihat hal itu aliran air matanya bertambah deras. "ADIS! AKU INGAT CARANYA NANGIS!" teriaknya tanpa rasa malu. Tak peduli banyak pasang mata menatapnya aneh karena kondisi wajah yang sudah berantakan.

Jadi, alasan Shanju tak pernah menangis karena dia lupa cara melepas emosi dalam bentuk air mata? Pasti sangat melelahkan dan menyakitkan.

Mata Geladis ikut berkaca-kaca. Akhirnya, sekian lama tak pernah mendengar alunan lara itu, kini dia kembali mendengarnya. "Ternyata nangis enak ya, Dis," ujar Shanju yang bahagia karena bisa menangis.

Geladis memegang bahu Shanju. "Setelah ini, kamu bisa menangis sepuas-puasnya. Jangan menganggap air mata adalah bukti kelemahan, karena tangis adalah suatu ekspresi untuk seseorang meluapkan emosi. Kamu bisa menangis kapan pun. Jangan pernah ditahan, karena rasanya akan lebih menyakitkan. Janji, Shanju?" tutur Geladis. Dia mengangkat kelingkingnya, menagih sebuah janji.

Shanju mengangguk antusias. Dia menautkan kelingkingnya dengan kelingking Geladis.

"Eh iya. Tolong selesai 'kan makalah ku ya. Kamu 'kan yang biasanya kerjain tugasku," ujar Shanju dengan nada memohon.

"Heh ngaco! Aku aja gak ambil mata kuliah sistem informatika! Lagi pun, aku nggak bakal mau ya bantu ngerjain tugasmu, tugasku sendiri aja segunung," tolak Geladis.

Shanju terdiam, dia berpikir sejenak. Sejak dahulu, Shanju paling malas mengerjakan tugas, dan anehnya tugas selalu terselesaikan dan dia bisa naik di semester 4. Siapa lagi kalau bukan Geladis yang membantunya? Tapi, hari ini Geladis bicara jika dia tak mau membantu Shanju. Dia dirundung rasa bingung.

"Aneh, Dis. Aku ngerasa ada yang hilang. Tapi, aku gak tahu itu apa," gumam Shanju. Otaknya mulai berpikir keras tentang rasa ini.

"Udah deh, Nju. Mending aku antar ke mas-mas warnet, siapa tahu datanya masih ada," ajak Geladis. Dia memeluk bahu Shanju supaya ikut melangkah.

-o0o-

Hari ini cukup melelahkan. Shanju menyelesaikan kuis sedangkan Geladis melakukannya presentasi sebanyak dua kali. Pukul 5 sore akhirnya tugas mereka terselesaikan. Tak ada mata kuliah lagi, mereka bisa santai.

"Kuis tadi gimana?" tanya Geladis pada Shanju.

"Diantara 10 soal, aku cuman bisa ngerjain 2 soal. Habisnya susah banget sih! Aku jadi gak bisa ngerjain! Apa lagi, gak satu mata kuliah sama kamu, aku jadi gak bisa nyontek!" protes Shanju dengan kesal. Seperti biasa, Shanju tak pernah belajar, hanya mengharapkan sebuah harapan tak pasti.

"Jangan gitu dong, Nju. Kamu harus belajar biar bisa ngerjain kuis selanjutnya. Meski pun masa depanmu masih abu-abu, tapi aku yakin dengan belajar bisa menuntun kamu jadi orang sukses," tutur Geladis. Benar katanya, Shanju tidak boleh bergantung pada orang lain.

"Males ah! Belajar gak seru!" balas Shanju.

"Ibaratnya itu, kamu bisa mendapat hal baik dengan menjadi orang baik. Sama kayak sukses, kamu bisa berhasil jika menjadi menjadi mahasiswa rajin," tutur Geladis seperti ibu yang menasihati anaknya.

"Iya, Adis. Mulai besok aku bakal lebih giat belajar!" Entah sebuah dusta atau fakta, tapi Geladis mengacungi Shanju jempol karena tekad itu.

"Jangan lupa menjadi orang baik untuk mendapatkan tempat terbaik ya, Nju." Ternyata Geladis tak hanya memberi ceramah perihal kepintaran, tapi juga tentang menjadi orang baik. Mendengar itu Shanju mengangguk pelan.

Shanju menyeruput minuman stroberinya. Sesekali memakan sandwich dengan gigitan besar. Sedangkan Geladis memilih memainkan ponselnya.

Perhatian Shanju kini terfokuskan pada foto di ponsel Geladis. Terlihat Shanju dan Geladis duduk di taman dengan pose saling merangkul. Di sana hanya ada Shanju dan Geladis. Tangan kanan Geladis tampak merangkul Shanju, sedangkan tangan kirinya nampak merangkul udara.

"Lucu banget fotonya, Dis. Kamu aneh! Masa udara dirangkul!" ejek Shanju dengan tertawa pelan.

"Shanju! Bisa ke sini bentar nggak? Kita harus diskusi tentang presentasi minggu depan!" teriak seseorang dari samping kiri. Shanju mengangguk pelan, tanpa pamit dia pergi meninggalkan Geladis seorang diri.

Di balik ponselnya, Geladis tersenyum tipis. "Dia bukan udara, tapi dia Jayden."

Seharusnya Geladis tak mengingat nama Jayden karena saat jam pasir itu dibalik, maka semua ingatan tentang mereka dari masa dan semesta berbeda akan hilang. Namun, Jayden melakukan satu kecerobohan.

Suntik bius itu berasal dari masa Jayden sesungguhnya, cairan itu memiliki kandungan sangat kuat hingga mendominasi di raga Geladis. Hal itu menyebabkan kekuatan jam pasir tak bisa menghapus ingatan Geladis. Dia masih mengingat jelas bagaimana peristiwa semesta yang terkoyak karena sebuah ambisi manusia. Ingatan itu akan melekat kuat bersama ucapan Jayden sebelum kembali ke semestanya.

Meski saat itu matanya terpejam, Geladis mendengar semua percakapan Jayden dan lainnya. Hal itu lagi-lagi karena efek suntikan bius dari Jayden.

Kini Geladi menatap foto di ponselnya. Foto yang tadi membingungkan Shanju.

"Aku janji akan mengajak Shanju menjadi manusia baik. Semoga bahagia bersama Grace, Jayden."

-End-

The Secret Of Universe Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang