Nothing is impossible in this world
-o0o-
Kampus masih dilanda hujan. Jayden memeluk buku biru dan bindernya supaya dinginnya air tak menetes membasahi benda berharga itu. Malam ini, sepertinya langit kembali memberi peringatan pada manusia. Mengingat hujan sangat lebat, serta air mulai menggenang menyebabkan banjir setinggi 5 sentimeter.
Tak peduli sepatu mahalnya basah karena genangan air. Dia tetap berlari di atas lantai licin tanpa rasa takut.
Hingga langkahnya sudah sampai di depan mobil. Segeralah Jayden masuk, lalu menancapkan gas sebelum banjir semakin naik.
"Adis!" teriak Jayden membangunkan Geladis.
Namun, gadis itu tak kunjung bangun. Malahan, Geladis hanya berpindah posisi.
Tangan kiri Jayden menepuk pelan pipi Geladis. "Adis! Ayo bangun, Dis!" teriak Jayden.
Mendengar teriakan itu, akhirnya Geladis bangun. Dia mengusap matanya untuk menyadarkan diri.
"Kenapa, Jay?" tanya Geladis, sesekali dia menguap.
"Coba telepon Shanju," pinta Jayden.
Mendengar itu, buru-buru Geladis melakukan perintah Jayden. Dia membuka ponselnya, lalu menekan tombol telepon untuk menyambungkan pada Shanju.
Tapi, tak ada jawaban. "Nggak di jawab, Jay," ujar Geladis. Melihat wajah resah Jayden. Geladis baru ingat bahwa sahabatnya itu masih belum ditemukan. Sekarang, bukan hanya Jayden yang gelisah, Geladis pun sama, sampai-sampai dia melupakan rasa kantuknya.
"Hubungi lagi," pinta Jayden.
Geladis menurut, dia menekan tombol hijau untuk menghubungi Shanju. Saat itu, secara tidak sopan Jayden langsung merebutnya. Dia melirik sekilas ke layar ponsel, ternyata status panggilan itu berdering.
Detik itu juga jantung Jayden berdetak dua kali lebih cepat.
"Dis, ada yang nggak benar!" ungkap Jayden. Pria itu coba untuk bersikap tenang, tapi tidak bisa. Banyak spekulasi aneh bersarang di kepalanya.
Jika Shanju tergulung ombak, maka ponselnya juga ikut mati. Pasti keterangannya menjadi memanggil. Shanju tak pernah lupa membawa ponselnya. Setiap saat, ponsel pasti berada di dekatnya.
Saat mobilnya melaju kencang, Jayden mendadak menginjak pedal rem hingga kepala mereka nyaris terbentur dasboard. Mata mereka melihat ke arah sosok besar bersayap dengan mata ular. Sayap itu mengepak, mendekat kearah mobil mereka.
Warnanya merah, matanya persis seperti mata ular, bentuknya seperti burung besar, tapi berekor selayaknya ular. Terdapat dua cakar yang mendarat di kaca mobil Jayden.
Dengan segera Jayden mematikan mesin mobil, lalu menarik Geladis melompat kebelakang. Dia mengambil parfum mobil dari spion tengah, lalu menuangkan di rambutnya serta rambut Geladis hingga wangi baccarat menusuk hidung mereka.
Mereka saling menunduk dan bertatap-tatapan. Beberapa menit berada di ambang kematian, akhirnya makhluk itu pergi dari mobil Jayden. Menyisakan bekas cakaran panjang di kaca mobil Jayden.
"Kenapa makhluk itu bisa ada?" gumam Jayden kebingungan
"Itu makhluk mitologi 'kan? Kalau nggak salah namanya ...," ujar Geladis, tapi dia lupa apa mama makhluk itu.
"Naga." Sebagai seorang yang pintar dalam mata pelajaran apapun, Jayden pernah membaca banyak tentang naga. Sampai 29 buku yang dia baca tentang naga, Jayden tak pernah menemukan bahwa makhluk itu benar-benar nyata di dunia ini.
Sebenarnya, apa yang terjadi? Mungkinkah dunia benar-benar akan berakhir? Jayden tak ingin itu terjadi.
"Kayaknya udah aman, Jay," ujar Geladis, sambil menganalisa keadaan.
"Naga tertarik dengan cahaya, jadi jangan nyalakan apapun selain lampu remang jalan. Naga mirip kayak hewan buas lainnya, mengindentifikasi manusia dari aroma darah. Jadi, kalau ada tanda-tanda naga, langsung semprot parfum mobil," tutur Jayden.
Mereka mulai duduk di tempat semula. Jayden yang menyetir, sedangkan Geladis berada di sampingnya.
Jayden menyalakan mesin mobil, tapi dia tak menyalakan lampunya. Awalnya Geladis merasa sangat takut, tapi karena dia bersama si pintar Jayden, rasa takut itu perlahan menghilang.
Dengan cahaya yang teramat minim, Jayden mengemudi dengan hati-hati. Beruntungnya air belum setinggi knalpot mobil, sehingga masih kemungkinan kecil mobil Jayden mogok.
"Sekarang kita mau kemana, Jay?" tanya Geladis.
"Kita ke kos Shanju aja. Soalnya paling dekat dari sini," jawab Jayden. Dia berusaha meminimalisir risiko besar lainnya.
-o0o-
Sudah lewat 20 menit. Kini mobil Jayden terparkir rapi di kos Shanju. Tentang kunci, Geladis memiliki duplikat kunci kamar Shanju. Persahabatan mereka memang sedekat itu.
Tanpa berlama-lama, Geladis dan Jayden masuk menyusuri anak tangga. Kamar Shanju berada di lantai ke tiga, membutuhkan waktu untuk mereka masuk ke dalam kamar Shanju.
Hingga, langkah mereka telah sampai di depan kamar Shanju. Cepat-cepat Geladis membuka kunci ruangan itu.
Saat pintu terbuka 45 derajat. Tubuh Geladis membeku. Sosok yang dianggapnya hantu sedang duduk di samping Shanju yang sedang terlelap pulas.
Mata mereka saling bertatapan, hingga Jayden ikut serta menatap kehadiran sosok itu.
Seperti manusia normal, Shaka terlihat santai duduk di atas ranjang Shanju. Pupil matanya masih normal, tidak berubah mengerikan.
Geladis menoleh ke arah Jayden. Dia sangat ketakutan. Jayden menarik Geladis kebelakang. Dia menyerahkan buku dan bindernya pada Geladis.
"Apapun yang terjadi, jangan masuk tanpa aku suruh." Setelah mengatakan itu Jayden masuk ke dalam kamar Shanju.
Jayden tahu Shaka berbahaya. Tapi, Jayden sama sekali tidak merasa takut. Malahan dia menunjukkan aura intimidasi pada sosok asing hadapannya.
"Siapa kamu sebenarnya?" tanya Jayden. Hanya tersisa 2 meter dari Shaka, dia menghentikan langkahnya.
"Aku Shaka, teman lamamu," dusta Shaka dengan tersenyum.
Jayden berdecak pelan. "Dari semesta mana kamu berasal?" tanya Jayden terus terang.
Kini Shaka ikut berdiri. Beberapa detik tak ada suara. Shaka hanya diam menatap ke arah Jayden dengan tatapan tajam.
Auranya seketika berubah menjadi sosok antagonis untuk Jayden. Senyuman itu, mendadak hilang dari bibirnya.
Jayden menelisik setiap inci tubuh Shaka. Hingga bibirnya membuka suara.
"Apa niatmu sebenarnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Of Universe
FantasiParallel Universe. ----- Seharusnya dari dulu Shanju tahu bahwa ada yang tidak benar tentang kemunculan Shaka secara tiba-tiba. Setelah 3 tahun tak pernah bertemu, Shaka berubah 180° dari sifat, penampilan, dan pembawaan diri. Awalnya Shanju menga...