It's about human ambition
-o0o-
Pukul 3 pagi, Shanju dan Geladis tidur di satu ranjang, sedangkan Jayden memilih tidur di bawah beralaskan tikar. Malam ini udara sedang bersahabat, tidak panas dan tidak dingin membuat tidur mereka terlewat pulas. Di tengah gelapnya malam, seseorang pria muncul begitu saja, dia berdiri sambil mengenakan setelan jas laboratorium.
Dia Shaka, yang datang di malam hari dan berniat menjalankan misinya. Tanpa terasa berat Shaka mengangkat tubuh Shanju dengan mudah. Gadis itu sedikit terusik, dia terbangun dengan nyawa yang masih diambang alam bawah sadar dan dunia nyata. Matanya terbuka separuh, namun detik kemudian mata itu kembali terpejam.
"Sebentar lagi, Shanju," bisik Shaka penuh arti. Dia berjalan beberapa langkah hingga tubuhnya menghilang bak menyatu dengan angin. Dia berpindah ke sebuah lab bawah tanah.
Jayden tahu pergerakan itu, tapi dia tidak membuka mata. Instingnya berkata Shanjunya sudah dibawa pergi oleh Shaka si manusia asing. Jayden sadar, tapi dia memilih diam. Jayden harus ekstra hati-hati dengan makhluk pintar itu.
-o0o-
Ruangan bernuansa putih di hiasi oleh alat-alat canggih yang belum seberapa dengan milik Shaka di semestanya. Wangi ramuan-ramuan aneh menyeruak masuk ke dalam indra penciuman Shanju. Mentari sudah menampakkan sinarnya, namun Shanju tak bisa bangun dari ranjang. Tubuhnya diikat supaya melekat bersama kasur. Rasanya Shanju bangun di antara tumpukan beton karena terasa sangat berat.
"Selamat pagi, Shanju," sapa seorang pria berjas putih. Dia mengenakan setelan khas seorang profesor.
Remang-remang Shanju membalas tatapan Shaka. Cahaya ruangan ini terlalu terang hingga membuat mata Shanju memanas.
"Kita dimana, Shaka? Terus, kenapa aku di borgol gini?" tanya Shanju kebingungan. Kalimat itu membuat Shaka tertawa pelan. Sebuah tawa yang menyimpan banyak kemenangan di balik sebuah rencana liciknya.
"Kamu benar-benar manusia polos, Shanju," ejek Shaka.
"Loh, kok gitu?" kesal Shanju.
Shaka menarik kursi di dekat ranjang Shanju, kemudian duduk di dekat Shanju yang kesulitan bergerak. "Mau kuceritakan sebuah kisah? Ini tentang Gantari Samasta Shanju yang sangat cerdas. Hari-harinya diisi oleh sebuah kejutan, tapi dia selalu kuat untuk bertahan. Hingga pada akhirnya pertahanannya runtuh akibat perebutan kuasa," tutur Shaka. Matanya mulai berkaca-kaca, teringat peristiwa lampau yang membuatnya terluka.
Kepingan luka itu semakin dalam saat menatap lekat wajah Shanju di semesta ini. Rasanya, hanya Shanju yang bisa mengobati luka dalam itu.
"Kamu tahu, Shanju? Di dunia ini ada 7 semesta yang saling berhubungan. Mereka menyatukan kekuatan untuk menciptakan sumber besar. Semesta tak berdiri sendiri, melainkan memiliki sumber yang sama untuk menghidupkan 7 semesta lainnya. Itu menjadi alasan mengapa semua manusia di dalamnya berwujud sama dengan tatanan takdir berbeda," ujar Shaka. Semakin dia menatap ke arah Shanju, lukanya menjadi terasa sangat sakit.
"Dalam semestaku, Shaka dan Shanju adalah pasangan abadi. Tapi, dalam semestamu Shaka dan Shanju hanyalah seorang teman. Bahkan, umur Shaka di dunia ini lebih singkat ketimbang Shanju," imbuhnya lagi.
"Shanjuku adalah gadis baik, pemberani, dan cerdas, sangat berbeda denganmu. Si gadis bodoh, tak peduli keadaan, hanya mengharapkan sisa keberuntungan tanpa ingin berusaha, selalu bergantung pada orang lain. Manusia sejenismu hanya menjadi parasit untuk semesta. Yang seharusnya mati adalah kamu, bukan Shanjuku!" tuding Shaka. Emosi Shaka mulai tak terkendali, memperlihatkan kilatan amarah di matanya.
Shanju tak bisa membalas ucapan Shaka. Dia memilih diam mendengar cerita pria itu. Alarm bahaya Shanju sudah berbunyi sejak tadi, namun dia tak bisa melakukan apapun selain diam di tempat.
"Untuk menghapus rasa penyesalanku, aku harus menghidupkan kembali istriku!" ungkapnya penuh ambisi.
Kepala Shaka mendekat ke daun telinga Shanju. "Aku membutuhkanmu untuk menghidupkan istriku," bisik Shaka dengan senyum liciknya.
Shaka menutup mata Shanju, lalu menyuntikkan sebuah cairan di lengan Shanju. Tak berselang lama, gadis itu terlelap. Telinganya tuli, matanya tak bisa terbuka, tubuhnya enggan bergerak. Shanju mati rasa.
Shaka melepas semua hal yang menjerat tubuh Shanju. Lalu menarik peralatan operasinya. Dia tak sendiri, ada Ganesha yang muncul di balik pintu.
"Kita mulai sekarang," ujar Shaka.
Mereka mulai memasang sarung tangan untuk menjaga kebersihan. Tak lupa menyalakan lampu operasi supaya kegiatan ini berjalan lancar.
Pisau operasi di tangan Shaka mulai membuka perut Shanju. Darah segar mengalir begitu saja, tapi Shaka tak menghiraukan hal itu. Dia tetap melanjutkan aksinya.
Sebentar lagi waktunya akan tiba. Dimana Shaka bisa mengobati luka yang selama ini menjadi mimpi buruknya.
-o0o-
Hari ini terjadi gerhana matahari secara tiba-tiba. Banyak meteor-meteor jatuh. Planet Venus pun terlihat dekat dengan Bumi.
"Kita harus apa, Jay?!" teriak Geladis kebingungan.
Saat matanya terbuka, Shanju tak ada di sampingnya. Terlebih lagi sudah terjadi gempa sebanyak 2 kali dalam sehari. Listrik padam, karena perusahaan pembangkit listrik dihancurkan oleh bencana.
Serangga kecil menempel di balik jendela kos Shanju membuat Geladis semakin ketakutan. Dia membenci hewan melata, sialnya makhluk itu kini mengepungnya.
"Tenang, Dis!" ujar Jayden berusaha menenangkan sahabatnya.
Jayden tak tahu bagaimana cara menenangkan Geladis. Dia hanya mendekap erat tubuh Geladis. Menyalurkan sebuah kehangatan untuk sahabatnya.
"Adis, semua bakal baik-baik aja," ujar Jayden.
"Kita nggak pernah tahu, Jay!" bantah Geladis tak ingin dibohongi.
"Aku tahu! Semua bakal baik-baik aja, Geladis!" Biarlah semuanya menjadi kacau sekarang. Tapi, Jayden yakin, kini belum saatnya dunia berakhir. Jayden tahu itu.
Masih mendekap erat Geladis, Jayden membuka ponselnya. Dia coba mengirimi pesan pada seseorang dengan sisa baterai 3%.
Jayden
Jangan sampai terlambat.
[READ]
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Of Universe
FantasíaParallel Universe. ----- Seharusnya dari dulu Shanju tahu bahwa ada yang tidak benar tentang kemunculan Shaka secara tiba-tiba. Setelah 3 tahun tak pernah bertemu, Shaka berubah 180° dari sifat, penampilan, dan pembawaan diri. Awalnya Shanju menga...