Kehangatan di Tengah Kegelapan

866 102 25
                                    

Naruhina canon story.
After the war.
Naruto milik Masashi Kishimoto.

.

.

🌷🌷🌷

“Dalam setiap senyuman dan ucapan selamat, aku menemukan sedikit penghiburan untuk hatiku yang terluka. Meskipun ada air mata dan duka, kehadiranmu memberiku harapan baru untuk melanjutkan perjalanan ini.”

______


Setelah pemakaman selesai, Naruto kembali ke rumah sakit, jiwanya terasa hampa seperti ruangan kosong. Luka fisiknya mungkin sudah mulai sembuh, namun luka batinnya masih menganga lebar.

Naruto tidak terlalu suka rumah sakit. Tempat itu terlalu menyebalkan. Terlalu sepi. Dinding-dinding putih rumah sakit seolah memantulkan kesepiannya, mengingatkannya pada segala kehilangan yang telah dia alami.

Dulu, kesendiriannya terasa lebih ringan di apartemennya, namun kini, rumah sakit ini bagaikan kubur baginya.

Terbaring di ranjang rumah sakit, Naruto menatap kosong ke langit-langit. Pikirannya melayang, bertanya-tanya setelah ini apakah semuanya akan baik-baik saja?

Harapannya terasa begitu tipis, seperti lilin yang hampir padam.

Kepergian Neji telah meninggalkan bekas luka yang mendalam. Naruto tak sanggup membayangkan harus kehilangan orang lain yang dia sayangi. Rasa takut akan kehilangan menyelimuti hatinya.

Hinata...

Nama itu terus terngiang di benaknya. Ia khawatir akan kondisi gadis itu.

Kepergian Neji memberi terlalu banyak luka khususnya untuk Hinata. Naruto mulai berpikir apa yang tengah gadis itu lakukan sekarang.

Aku harap dia baik-baik saja.

Bunyi gaduh dari luar kamarnya membuyarkan lamunannya. Pintu didobrak dengan kasar, dan wajah ceria teman-temannya muncul. Mereka membawa kue ulang tahun dan sorakan kejutan.

"OTANJOUBI OMEDETOU NARUTO!!"

Naruto tertegun. Matanya tiba-tiba berembun, antara bahagia dan haru bercampur aduk. Ia tidak menyangka mereka akan memberikan kejutan di saat seperti ini.

"Minna-" Naruto kehabisan kata-kata, bibirnya kelu hanya untuk mengucapkan sepatah kata. Tak tahu harus bereaksi seperti apa.

"Tiup lilinnya, Naruto." Sakura menyodorkan kue ulang tahun yang dia pegang ke hadapan Naruto, dan pemuda itu tidak memberi respon apapun selain hanya bergeming di tempatnya.

"Naruto ...." Sakura memanggil namanya sekali lagi, kontan Naruto tersentak dari lamunannya, dia langsung tersenyum sambil menghapus air mata yang tiba-tiba jatuh dari sudut matanya. "Terima kasih ...," katanya dengan suara serak.

Naruto meniup lilin dengan mata berkaca-kaca. Setiap hembusan nafas terasa begitu berat, membawa serta segala suka duka yang pernah ia alami. Dia berharap seiring dengan hembuan nafas berat yang mengudara, beban di dadanya dapat sedikit berkurang.

"Yeay!!" Sorakan bahagia terdengar saat lilinnya berhasil mati. Para nakama bertepuk tangan dengan kompak sedangkan Naruto kembali sibuk dengan air matanya.

Sakura memberikan kue yang dia pegang kepada Ino.

"Astaga, jangan menangis." Dia menggoda Naruto sambil tersenyum, lalu mendekat dan memeluknya.

[10] Sayonara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang