Patah dalam Harapan yang Salah

482 80 28
                                    

Naruhina canon story.

After the war.
Naruto milik Masashi Kishimoto.

.

.

🌷🌷🌷🌷

"Aku terlalu percaya pada mimpi yang seharusnya kutinggalkan sejak lama. Kenyataan ini menamparku... bahwa aku dan dirimu, tak lebih dari sekadar teman." — Hinata
__________

Naruto melangkah perlahan di sepanjang koridor rumah sakit, tangannya mengepal di sisi tubuh. Dinding-dinding putih yang steril dan keheningan yang tercipta semakin menekan perasaan gelisahnya. Setiap langkah terasa berat, seakan membawa beban seberat dunia.

Ceklek.

Pintu kamar Hinata terbuka, membiarkan cahaya redup menerpa wajahnya. Bau disinfektan menyengat hidungnya, namun Naruto tak menghiraukannya. Matanya langsung tertuju pada sosok mungil yang terbaring di ranjang, selimut putih menyelimuti tubuhnya. Hinata tampak pucat, kantung mata hitamnya terlihat jelas di bawah mata yang biasanya bersinar ceria.

Dia menarik kursi dan duduk di samping ranjang. Matanya tak berkedip menatap wajah Hinata. Setiap hembusan nafas Hinata terasa begitu lemah, membuat jantungnya berdebar kencang.

Kelopak mata Hinata berkedip perlahan, mencoba menyesuaikan diri dengan cahaya. Saat matanya terbuka, tatapannya langsung bertemu dengan mata Naruto. Senyumnya memudar, digantikan oleh ekspresi terkejut.

“N-Naruto-kun?” suaranya lirih, terdengar parau.

Naruto tersenyum lembut, berusaha menenangkan Hinata. “Apa ada yang sakit?” tanyanya, suaranya terdengar begitu lembut.

Hinata menggeleng pelan, namun keringat dingin membasahi dahinya. “Sedikit pusing,” jawabnya lirih.

Naruto kontan meraih tangan Hinata, jemarinya terasa dingin. Hatinya mencelos. “Aku akan panggil dokter, ya?” tawarnya.

Hinata menggeleng lemah. “Tidak usah, aku baik-baik saja.” Lalu tersenyum meyakinkan.

Naruto tahu Hinata sedang berusaha terlihat kuat. Selalu seperti itu. Gadis itu selalu saja tersenyum seolah tidak terjadi apapun padahal kenyataannya dia hancur.

Naruto menarik kursi lebih dekat, lalu menatap mata Hinata lekat. Mata birunya berkilau penuh kekhawatiran, "Kamu yakin baik-baik saja?" tanyanya, lembut.

Hinata tersenyum malu, pipinya merona merah muda. Dadanya berdebar, suara dan genggamannya terasa begitu hangat. "Aku baik-baik saja Naruto-kun, terimakasih," jawabnya lirih.

Naruto mengangguk kecil, senyum tipis menghiasi wajahnya. Dalam hatinya, dia merasa sangat lega melihat Hinata baik-baik saja. “Jika kamu merasa sakit, atau apapun itu, jangan disembunyikan. Katakan saja padaku, oke?”

Hinata mengangguk malu, matanya tak lepas dari tatapan Naruto.

Di Tengah kehangatan yang tercipta, pintu kamar rawat Hinata tiba-tiba terbuka. Sakura masuk dan gadis merah jambu itu kontan  tersenyum menggoda, matanya berbinar-binar.

Hinata refleks membulatkan matanya, wajahnya memerah padam. Dia segera menarik tangannya yang Naruto genggam, gerakannya terlihat kikuk.

[10] Sayonara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang