Harusnya Hanya Ada Aku

766 94 12
                                    

Naruhina canon story.

After the war.
Naruto milik Masashi Kishimoto.

.

.

🌷🌷🌷🌷

"Setiap kali berada di dekat Hinata, rasanya seperti ini. Rasanya… menyenangkan. Bahkan di tengah keramaian, hanya ada kami berdua di dunia ini."
_______

Naruto berdiri di atap menara Hokage lalu mengaktifkan Sage mode miliknya. Matanya terpejam mencoba fokus mencari keberadaan Hinata.

Kelopak matanya terbuka kembali saat dia telah menemukan lokasinya. Naruto melompat dengan cepat dari atap ke atap.

Dia tersenyum. Rasanya menyenangkan. Sudah lama rasanya dia tidak berlari dan melompat seperti ini.

Beralih dari atap ke atap hingga dahan ke dahan menuju area pemakaman.

Kakinya menapaki tanah dengan segera dan mendekat pada Hinata yang sedang duduk di hadapan nisan yang bertuliskan nama Hyuga Neji.

Naruto berjalan mendekat dengan senyuman di wajahnya. Saat dia sudah berdiri di belakangnya, dia meletakkan bagian lengan bajunya yang kosong di atas kepala Hinata, saat satu-satunya tangan yang dia miliki digunakan untuk memegang buku catatan.

Naruto tersenyum lebar saat Hinata mendongak padanya dengan pipi yang bersemu merah. Setelahnya dia langsung menjatuhkan pantatnya ke tanah tepat di samping Hinata.

"N-Naruto-kun? Apa yang kamu lakukan disini?" Tanya Hinata gugup.

Naruto menatap Hinata dengan wajah ditekuk. "Kamu lupa? Bukankah kita punya janji setelah ini."

"Ah! Kamu benar. Naruto-kun pasti sudah lapar." Hinata tersenyum saat dia mengingatnya.

Naruto tersenyum. "Kamu benar. Tapi jika Hinata masih ingin disini, kita bisa menunggu sedikit lebih lama."

Hinata menggeleng kecil. "Tidak perlu aku sudah cukup lama disini. Lagipula aku sudah menceritakan semua yang ingin aku ceritakan pada Neji-nii. Kita bisa pergi sekarang."

"Kamu juga bisa bercerita padaku jika kamu memang butuh seorang pendengar." Naruto menawarkan bantuan. Dia ingin Hinata juga berbagi padanya. Mungkin tidak sebaik Neji, tetapi dia ingin Hinata percaya padanya, bahwa dia cukup bisa diandalkan

"Tidak bisa." Hinata menolak dengan tegas lalu bangkit berdiri.

Naruto merasa tertampar. Dia tidak berpikir Hinata akan menolak tawarannya secepat itu.

"Kenapa?" Dia menyusul dengan tatapan penasaran. "Aku adalah pendengar yang baik. Percayalah." Naruto mencoba meyakinkan Hinata agar percaya perkataannya tetapi gadis itu tetap menggeleng.

'Karena namamu selalu ada disetiap cerita yang aku sampaikan pada Neji-nii.'

"Karena itu adalah tempat milik Neji-nii. Naruto-kun tidak bisa menggantikannya," kata Hinata tanpa menyadari perubahan pada raut wajah pemuda yang berjalan di sampingnya.

Naruto menekuk wajahnya. "Aku bisa menjadi pendengar yang baik."

Hinata menoleh saat telinganya menangkap suara yang terdengar merajuk di sebelahnya.

[10] Sayonara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang