Akhrinya update setelah mageran berjam-jam🥲
Semoga suka hasil kemageran ini🤣
***
Satu bulan sudah berlalu sejak meninggalnya nenek Denia. Semua orang kembali pada rutinitasnya. Hanya Denia yang tidak punya kesibukan apa pun sampai detik ini selain hanya menghabiskan uang ayahnya.
"Dek, turun. Ada Paman sama Bibi."
Denia yang sedang bermain ponsel hanya memberikan anggukan saja tanpa bertanya paman dan bibi mana yang datang berkunjung. Ia meletakkan ponselnya, lalu beranjak dari kasur untuk mendekati sang ibu yang berdiri di ambang pintu.
"Ngapain mereka ke sini?" tanya Denia.
"Jemput Iqbal."
"Hah? Jemput Iqbal. Kenapa?"
Denia tidak mendapatkan jawaban karena ibunya hanya diam saja. Denia bertanya-tanya kenapa sepupunya itu dijemput oleh orangtunya. Apa Iqbal akan keluar dari rumah mereka dan kembali tinggal dengan orangtuanya? Tapi kan jarak lelaki itu ke tempat kerjanya jadi sangat jauh.
"Yaya," sapa ibu Iqbal.
Denia tersenyum dan memeluk istri pamannya itu dengan ramah. Wanita yang lebih tua dari ibu Denia itu memang menyayangi Denia sejak kecil. Bahkan gadis tersebut sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri. Sama seperti orangtua Denia juga menyayangi Iqbal.
"Mami jemput Iqbal?" tanya Denia.
"Hm. Dia beli rumah di dekat perusahaan. Dan minta Mami buat bantu beres-beres di sana sekalian pamitan sama keluarga di sini."
"Oh, gitu," balas Denia yang sama sekali tidak tahu menahu soal kepindahan Iqbal.
"Ikut gak? Sekalian tahu di mana lokasinya," ajak ibu Iqbal.
Denia ingin menjawab, tapi suara Iqbal lebih dulu terdengar.
"Udah semua, Mi?" tanyanya sambil menggeret koper ukuran besar menuruni undakan tangga.
"Udah."
Iqbal mendekati ibu Denia, lalu memeluknya dengan sayang. Ibu Denia balas memeluk lelaki itu sambil mengelus punggungnya.
"Sering-sering mampir loh," kata ibu Denia.
Iqbal tertawa dan mengangguk. Lelaki itu beralih pada ayah Denia yang sejak tadi mengobrol dengan ayahnya. Ada Beryl juga di sana tengah pura-pura menyimak padahal tidak paham sama sekali dengan pembahasan kedua ayah itu.
"Om, aku pamit ya," ujar Iqbal menyalami ayah Denia.
"Gak butuh mobil lagi ya, Bal. Bisa jalan kaki," balas ayah Denia.
Iqbal tertawa. "Iya, Om. Strategis banget tinggal nyebrang."
Ayah Denia ikut tertawa. "Setelah 5 tahun itu rumah terbengkalai, akhirnya selesai juga. Dalam kurun waktu sebulan pula. Dibilang gak ada uangnya, gak mungkin."
"Yang punya belum ada niatan penuh sebelumnya. Sekarang gak tahu ada niatan apa sampai beres dalam sekejap mata," kekeh ayah Iqbal.
"Hadiah buat calon istri, Pi," balas Iqbal yang membuat 5 orang di sana berseru. Sedangkan Denia hanya diam dan semakin bingung.
"Udah ada calon lo? Gak bilang-bilang," gerutu Beryl. Lelaki itu beranjak mendekati Iqbal, lalu merangkul pundaknya.
"Mana? Lihat. Cantik gak?" godanya.
"Cantiklah," Iqbal tertawa puas saat mendengar Beryl mengumpat pelan.
"Aku undang Om sekeluarga buat makan malam bareng malam ini. Sekalian aku mau kenalin calon istriku," kata Iqbal.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY NEW
Romance[MATURE 21+] Semua cerita hanyalah karangan penulis saja. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat atau kejadian, itu hanyalah ketidaksengajaan. Harap bijak dalam memilih bacaan sesuai usia. Follow dulu jika ingin mendapatkan notifikasi update. Start, 0...