Ketika papa Nara pergi dan menghilang dari pandangan, Varen pindah duduk di dekat Nara,"kamu apa kabar hari ini?" tanya Varen dengan senyum yang sangat manis
Senyum yang Nara takut tak akan ia dapatkan khusus untuk dirinya lagi
Nara menangis lagi,"baik, kamu?"
"Baik juga. Naraya Anjali, ingatlah baik-baik saat aku menyebut namamu, karena aku takut..tak bisa menyebut namamu lagi setelah ini"
"Kenapa? Kita gak harus dengar kata papaku-"
"Gak bisa, itu papamu. Orangtuamu. Harus nurut, kita belum dewasa"
"Tapi aku gak mau Varen..gak mau pokoknya...gak mau..." Nara mulai menunduk dan menutupi wajahnya dengan tangan karena menangis,"kita harus gimana?"
"Aku janji kalau aku sukses, aku akan cari kamu. Umurmu 23 tahun, 30 Maret, sampai saat itu mau gak kamu menungguku? Kalau aku tidak kembali, berarti aku belum sukses, berarti aku belum bisa ambil kamu dari papamu. maka kau harus bahagia dengan yang lebih baik dariku"
Nara terpikirkan akan sesuatu,"Varen.. sebenarnya..aku dah nyariin untukmu beasiswa PTN favorit, dan aku sudah dapat"
Varen bingung, ini terlalu tiba-tiba untuknya,"hah? Apa ra?"
"Iya, di UGM. Aku juga rencananya mau kesana. Tapi aku dapatnya untukmu jurusan akuntansi, nggak papa?"
Varen masih kaget,"Nara, kamu jangan bercanda. Aku lagi serius"
"Aku serius, dua rius, atau berapapun biar kamu percaya"
"Gimana caranya?"
"Dari dulu sejak kenal kamu, aku pengen bantu sesuatu yang kubisa. Lalu sepertinya ide bagus jika aku mencarikanmu beasiswa, karena untuk dapet beasiswa PTN bagus harus update terus, dan banyak yang harus diuruslah, dan untungnya banget di tengah aku berusaha cari beasiswa untukmu, kamu nembak aku. Dan aku sering ke rumahmu kan? Kamu tau, sebenarnya niat terbesarku mengerjakan tugas-tugasmu adalah untuk tahu nilai-nilaimu, bisa ngurus-ngurus banyak hal. Lila juga tau. Pacarmu ini keren kan?" Nara tersenyum penuh kemenangan sambil menepuk-nepuk dadanya,"makanya kamu harus bahagiain aku, kalo gak kukejar kamu meski ke ujung dunia. Kamu gak boleh bahagia selain sama aku. Aku banyak banget udah habisin waktu dan tenaga buat ngerancang masa depanmu, di tengah kegiatan kelas 12 yang bukan main"
Varen terpana, tidak menyangka,"be-beneran ra?"
"Iyalah"
"Kamu keren banget..asli..beruntung banget aku bisa ketemu kamu, aku beruntung banget kamu ada di hidupku.." Varen langsung memeluk Nara, Nara sedikit terkejut karena ini pertama kali Varen memeluknya, tapi ia membalasnya
"Maaf ra, kamu banyak banget habisin waktu dan tenaga buat aku, sementara aku gak bantu kamu apa-apa, maaf ya..aku janji kalau aku dah sukses aku bakal bahagiain kamu, maaf cuma itu yang bisa kuberi, aku gak bisa kasih waktu atau uang yang banyak untukmu"
"Nggak papa, kamu beri bahagia untukmu, keluargamu, dan aku, itu saja sudah cukup. Aku gak butuh apa-apa"
"Tapi aku harus balas dengan apa? Itu terlalu banyak untukku"
"Gak perlu. Oh ya, kamu harus sehat. Jaga kesehatan. Sakit gak papa, jangan sering-sering tapi, jangan banyak pikiran"
Varen melepas pelukan itu lalu mengusak kepala Nara bangga,"makasih, aku gak bakal bisa balas kebaikanmu sampai kapanpun"
"Aku juga makasih karena kamu pernah ada di hidupku. Makasih dah mengajarkanku untuk kuat, tangguh, kokoh, dewasa. Aku gak bakal bisa belajar itu kalau gak lihat perjuanganmu"
"Tapi ini semua terlalu banyak.."
"Hei, ini baru awal. Masih banyak yang harus kamu jalani. Beasiswa itu juga belum sepenuhnya milikmu. Kamu harus bersiap lulus SBMPTN. Ingat itu. Dan semester 2 ini kita akan sangat sibuk. Tau kan?"

KAMU SEDANG MEMBACA
be optimistic, Varen!
RandomVaren Urdha Prawara. Semua orang menjauhinya karena ia terkenal yatim piatu dan miskin. meski ia tampan dan pintar, semua orang menutup mata darinya Varen, yang harus berjuang demi sesuap nasi untuknya dan adik-adiknya. Baginya tak apa, yang terpent...