"BATESS," Teriak Kiara yang terdengar di seluruh Kerajaan Selatan.
"Ada apa yang mulia?" Tanya Bates yang lansung berlari kearah Kiara saat mendengar namanya dipanggil.
"Sepertinya aku melemah. Tubuhku terasa sangat sakit, punggungku, kakiku, tanganku, leherku, semuanya." Kiara mendudukan dirinya di sofa panjang kesayangannya.
"Ini jelas-jelas bukan melemah, tapi karena jarang bergerak." Lugas Bates dengan jujur.
"Mami?" Luca mendatangi Kiara.
"Mami? Kau masih memanggilku mami? Karena dirimu aku harus pulang dengan kakiku sendiri. Itu sangat melelahkanku," Omel Kiara ketika melihat Luca.
Luca lansung mencemberutkan wajahnya merasa bersalah. Pandangan Kiara lansung menatap kearah kalung mutiara bewarna ungu yang mengantung di leher Luca.
Kiara memegang kalung itu, "Jaga kalung ini dengan baik. Jika mutiara ini pecah aku akan mengembalikanmu ke Elios." Ancam Kiara dengan wajah serius.
Jika mutiara ungu pecah, dirinya akan lansung mati dan tidak akan punya waktu untuk mengembalikan Luca ke Elios.
"Aku akan menjaga kalung yang mami berikan ini dengan baik." Jawab Luca dengan semangat
"Yang Mulia, apa kau tidak membawakan hadiah untuk tuan Luca? Biasanya jika anda pergi ke Kerajaan tetangga anda pasti akan memborong semua barang yang anda inginkan dan menyuruh pemimpin Kerajaan yang membayar barang pesanan anda," Ucap Bates dengan wajah polosnya.
Kiara terdiam sejenak yang dikatakan Bates benar. Bagaimana bisa ia melupakan hal sepenting itu. Di Kerajaan Selatan sama sekali tidak menjual barang yang ia sukai.
"Astagaaa, aku melupakan hal sepenting itu," ucap Kiara pasrah.
"INI SEMUA KARNA PENYIHIR SIALAN ITU," Lanjut Kiara penuh dengan emosi.
"Yang Mulia, apakah bulumu sedang rontok?" Tanya Bates dengan polosnya dan memegang beberapa helai bulu Kiara yang rontok.
Kiara menatap kearah Bates, bagaimana bisa bawahannya yang satu ini sama sekali tidak bisa melihat situasi. Apakah raut wajahnya tidak bisa mendeskripsikan keadaannya sekarang.
"Bates, sebaiknya dirimu menjauh dariku." Ucap Kiara dengan senyuman yang dipaksakan dan berusaha sabar.
"Sepertinya benar, bulu mami sedang rontok." Sambung Luca melihat kearah rambut Kiara yang terlihat sangat berantakan.
Kiara yang sudah menahan kesabarannya daritadi rasanya sangat ingin meledak. "Luca, selama aku tidak ada di Kerajaan ini. Apa yang Bates ajarkan padamu?" Tanya Kiara yang masih berusaha menahan emosinya dan tersenyum.
"Bates, mengajarkanku cara membaca, menghitung dan sabar menghadapi mami." Jawab Luca dengan jujur.
Bates menatap kearah Luca sambil mengeleng-gelengkan kepalanya mendengar 3 kata terakhir yang keluar dari mulut Luca.
"Luca, kembalilah ke kamarmu." Perintah Kiara yang lansung diiyakan oleh Luca.
Setelah Luca kembali ke kamarnya, Kiara menatap Bates dengan sangat lama. Bates menatap Kiara dengan tatapan takut.
"Maafkan aku, Yang Mulia." Ucap Bates yang memohon ampun.
Kiara tersenyum sambil mengelang-gelengkan kepalanya. "Tidak, Bates. Aku tidak akan memaafkanmu. Bahkan, semua perintahku tidak ada yang pernah kau selesaikan dengan baik dan sekarang waktuku tinggal 3 tahun. Apa kau ingin aku menghabiskan waktu 3 tahunku dengan emosi?" Tanya Kiara yang masih berusaha tersenyum.
"3 tahun? Bagaimana bisa, Yang Mulia?" Tanya Bates menatap Kiara.
"Jangan terlalu banyak bertanya, sekarang aku akan memberikanmu tugas baru, bawa Erika kemari dengan cara apapun." Pintah Kiara dengan wajah serius.
"Tidak mau," Tolak Bates, ia sangat takut untuk keluar dari Kerajaan. Apalagi tidak ada Kiara disampingnya, sangat mengerikan sekali. Tidak ada yang membelanya.
Kiara melotot kearahnya, "Berani sekali kau membantahku. Aku tidak mau tau, tugasmu adalah mencarinya, jangan terus membuatku marah dan selesaikan tugasmu kali ini." Ucap Kiara.
"Tapi, Erika adalah penyihir tua yang terkenal kejam. Aku takut,"
"Tenanglah, ini sekalian melatih keberanianmu." Ucap Kiara sambil tersenyum dan menepuk bahu Bates beberapa kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
VERADERING
Fantasy"APA??!! BERCINTA?!" Kiara menatap kearah penyihir yang ada di depannya dengan tatapan tidak percaya. "Hanya itu cara untuk mematahkan kutukannya." Hanya dua pilihan yang tersisa untuk Kiara 'bercinta atau mati' karena kutukannya. Ia ingin memilih b...