"Bagaimana kalau kita membiarkan Tuan Luca tinggal disini?" Tanya Bates.
"Tidak, itu tidak akan pernah terjadi. Aku akan dikutuk oleh Elios dan kepalaku akan dijadikan hiasan di gerbangnya. Jika ia tau anaknya berada disini." Tolak Kiara dengan cepat.
"Tapi, ini adalah Kerajaan Selatan. Tidak ada yang berani mengusik anda dan tidak ada siluman yang mau menginjakan kakinya ke Kerajaan selatan." Jelas Bates.
Kiara berpikir sejenak, memang benar tidak ada yang berani mengusiknya karena ia termasuk rubah berekor 8 yang dianggap sangat suci setelah Naga dan Phoenix.
Siluman yang mengusiknya juga akan mundur sendiri karena kegilaan, kekasaran dan kesombongan Kiara.
Luca memelas kearah Kiara, "Aku mohon." Melasnya.
"Baiklah, terserahmu saja." Jawab Kiara malas.
"Terima kasih, mami." Luca memeluk Kiara dengan erat dan mencium pipi kanan Kiara.
"Mami? Aku bahkan belum menikah. Panggil aku dengan sebutan Yang Mulia." Tegas Kiara dengan sinis.
Luca mengeleng dan tetap bersikeras memanggil Kiara dengan sebutan Mama berulang kali hingga membuat Kiara emosi.
"Mami, mami, mami." Ucapnya berulang kali.
"Aku akan mengalah untuk kali ini." Kiara membulatkan matanya.
****
Setelah beberapa bulan Luca berada di kerajaan bagian selatan membuat Kiara sedikit luluh dengan sikap Luca yang sangat manja dengan Kiara.
"Yang Mulia, ada surat dari kerajaan pusat." Jerit Bates sambil mengantarkan surat.
"Surat?" Kiara membaca isi surat yang berisi surat undangan pertemuan Kerajaan.
"Aku tidak akan pergi." Ucap Kiara setelah membaca isi surat.
Kiara hanya pernah 3 kali menghadiri pertemuan Kerajaan. Pertama kali ia pergi ke pertemuan Kerajaan saat ia dilantik. Yang kedua karena ada perang besar-besaran membuatnya harus pergi ke pertemuan Kerajaan dan yang terakhir ia diseret secara paksa oleh para raja untuk menghadiri pertemuan.
"Sudah kuduga anda memang sangat pemalas." Bates menarik nafas panjang dan pasrah.
Memang benar alasan Kiara tidak pernah pergi ke Pertemuan Kerajaan karena dirinya sangat malas dan selalu menghabiskan waktu untuk membaca novel romansa yang ia sukai. Ia adalah seekor rubah, cuaca yang sangat dingin membuatnya menjadi malas.
"Apa kau bilang? Malas? Berani sekali pelayan sepertimu mengataiku malas." Kiara melotot kearah Bates.
Bates terdiam, sulit sekali mengontrol mulutnya yang selalu bicara tanpa berpikir.
"Kalau begitu aku akan pergi ke pertemuan kerajaan." Kiara menatap Bates dengan tatapan kesal. Sebenarnya ia sangat tidak suka pergi ke pertemuan kerajaan yang menharuskan dirinya berperilaku baik. Sikapnya yang kasar sangat tidak cocok dengan tempat itu.
"Mami," panggil Luca dan berlari kecil kearah Kiara sambil memeluk Kiara.
Kiara mengangkat sebelah alisnya. Kiara pasrah ketika Luca memanggilnya dengan sebutan mama. Semakin Kiara menolak untuk dipanggil seperti itu. Luca akan semakin memanggilnya dengan sebutan itu.
"Jangan tinggalkan aku," sambung Luca memeluk Kiara.
"Kalau begitu ikutlah denganku. Aku akan mengembalikanmu ke Elios." Ucap Kiara sambil tertawa jahil.
"Berhenti menjahili Luca, Yang Mulia." Sanggah Bates.
"Tidak. Tidak mau. Papa jahat. Papa tidak sayang denganku. Papa membenciku." Ucap Luca dengan sedih.
"Apakah papamu sejahat itu?" Tanya Kiara ragu. Ia memang tau sifat Elios sangat dingin bahkan bisa dibilang ia adalah lelaki yang tidak punya perasaan.
Luca mengangguk sedih membuat Kiara merasa bersalah. "Berhentilah membuat wajah jelek seperti itu." Kiara sama sekali tidak mempunyai bakat untuk membujuk anak kecil.
Luca tidak menjawab dan merasa Kiara sudah tidak mau dirinya.
"Ambil ini," Kiara mengeluarkan mutiara bewarna ungu dan memberikan kepada Luca.
Wajah Luca yang sedih berubah menjadi tersenyum ketika melihat mutiara yang sangat berkilau. Ini pertama kalinya Kiara memberikan sesuatu kepadanya.
"Makasih, Aku berjanji akan menjaganya dengan baik." Ucap Luca dengan senang.
"Bates, buatkan kalung dengan mutiara itu." Pintah Kiara.
"Apa anda yakin akan memberikan mutiara itu? Mutiara itu adalah lambang kehidupan anda, Yang Mulia. Jika mutiara itu pecah anda akan m--"
"Berhenti mengomentariku. Aku tau apa yang aku lakukan. Hanya dengan mutiara itu aku tau keadaannya." Potong Kiara, malas mendengar ocehan Bates.
KAMU SEDANG MEMBACA
VERADERING
Fantasy"APA??!! BERCINTA?!" Kiara menatap kearah penyihir yang ada di depannya dengan tatapan tidak percaya. "Hanya itu cara untuk mematahkan kutukannya." Hanya dua pilihan yang tersisa untuk Kiara 'bercinta atau mati' karena kutukannya. Ia ingin memilih b...