🌹 03. Pesta

406 24 0
                                    

Sarapan pagi itu hanya dihiasi oleh denting peralatan makan yang saling beradu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sarapan pagi itu hanya dihiasi oleh denting peralatan makan yang saling beradu. Anabela masih terlihat tak bersemangat untuk makan, sementara Ingrid mengamati sedari tadi saat sedang menyajikan makanan lain untuk pasangan suami istri itu.

"Saat aku pulang ke sini nanti malam, kau harus sudah bersiap-siap. Aku akan mengirimkan bajunya yang harus kau kenakan nanti," tutur Jonathan seraya meletakkan gelas minumnya yang sudah diteguk habis.

"Kita akan ke mana, Jonathan?" tanya Anabela penasaran.

"Salah satu rekan bisnisku mengadakan pesta ulang tahun pernikahan mereka. Sudah. Jangan banyak bertanya lagi," pungkas Jonathan yang beranjak bangun lalu mendekat untuk memberikan kecupan singkat di pelipis Anabela.

"Baik-baik di sini. Okay?" bisik Jonathan yang membuat Anabela mengangguk patuh sebelum dia ditinggalkan sendirian di meja makan.

Setelah dipastikan Jonathan sudah pergi bekerja, Ingrid yang sedari tadi menunggu di balik dinding lantas segera menghampiri Anabela yang hendak membereskan peralatan makan yang habis mereka gunakan.

"Mrs. Reeves. Ini!" kata Ingrid menjulurkan sebuah ponsel padanya.

"Mrs. Wilson, apa ini?" tanya Anabela mencoba memahami.

"Aku tahu ponselmu... rusak. Jadi, kau bisa menggunakan ponselku untuk mengetahui kondisi ibumu saat ini," tawar Ingrid.

Anabela mengulas senyum lalu memeluk tubuh Ingrid dengan cukup erat dan penuh rasa terimakasih.

"Kau ingat nomor rumah sakitnya?" tanya Ingrid.

Kepala Anabela menggeleng. "Aku hanya ingat nomor seseorang. Aku akan meminta bantuannya saja."

Ingrid membiarkan Anabela menghubungi seseorang yang dimaksud. Wajahnya nampak tak sabar menunggu panggilan agar diangkat.

"Hallo?"

Anabela mengulas senyum senang yang membuat Ingrid ikut tersenyum.

"Johnny? It's me. Anabela."

"Ana? Oh, ya ampun. Ana, kau ke mana saja? Kau tak bisa dihubungi sama sekali."

"Ponselku rusak, jadi..." Anabela tak ingin menjelaskannya lebih jauh. "John, bisakah kau menolongku?"

"Sure. Ada apa?"

"Aku ingin kau melihat ibuku. Nanti beritahu kondisinya padaku lewat nomor ini. Okay?"

"Okay, Ana. Aku akan melihat ibumu nanti."

"Baiklah. Terimakasih atas bantuanmu, John."

"Wait! Wait! Apa Jonathan yang merusak ponselmu lagi?" tanya Johnny saat menyadari sesuatu.

"N-no. No. Ponselku tak sengaja jatuh ke kolam," elak Anabela. "Aku akan membeli yang baru dan menghubungimu. Nanti jangan lupa untuk memberi pesan pada nomor ini, ya."

"Oke, Ana."

Panggilan pun berakhir. Anabela yang senang lantas memeluk Ingrid lagi dengan senyuman cerah karena nanti bisa mengetahui kondisi sang ibu.

Tanpa mereka berdua sadari, Wina ternyata sedang mengintip dan mendengarkan pembicaraan mereka berdua sedari tadi. Saat tahu Anabela bisa menghubungi temannya lewat bantuan Ingrid, Wina merogoh ponsel lalu mengetikkan sesuatu untuk dikirim pada seseorang.

Malam pun tiba.

Anabela memandangi pantulan dirinya di cermin yang sudah mengenakan gaun berwarna merah maroon pemberian Jonathan. Namun nampaknya, Anabela malah risih karena beberapa bagian tubuhnya terbuka terutama di bagian bahu, punggung, paha, bahkan belahan dadanya.

"Kau sudah siap?" tanya Jonathan yang baru saja datang untuk menjemput Anabela.

"Jonathan, aku rasa... gaun ini terbuka. Jadi aku--"

"Jangan banyak mengeluh, Ana. Bisakah kau diam saja?"

Anabela mengangguk. Dia menghampiri Jonathan yang menyambut pinggangnya. Sebelum benar-benar pergi, Jonathan menoleh mengamati wajah Anabela.

"Kenapa bibirmu merah sekali? Kau mau menggoda lelaki di luar sana?" tuduh Jonathan.

"Ti-tidak. Tentu saja tidak. Aku akan menghapusnya," sahut Anabela yang hendak pergi tapi berhasil ditahan oleh Jonathan yang langsung mencium bibirnya begitu saja.

"Ini sudah tidak terlalu merah," gumamnya sambil mengusap bibir bawah Anabela yang basah karena ciuman barusan.

"Ayo pergi," ajak Jonathan tanpa mempedulikan wajah kesal Anabela saat ini karena ciuman barusan yang mungkin malah akan merusak riasan di bibirnya.

Pesta yang mereka datangi ternyata cukup banyak dihadiri tamu undangan. Anabela hanya berdiri canggung di samping Jonathan yang ke sana kemari membawanya berkenalan dengan yang lain.

Terlihat seorang lelaki di depan sana yang sedang memainkan piano untuk menghiasi malam penuh kemewahan itu. Kini, Anabela ditinggal sendirian saat Jonathan pamit pergi untuk menemui pasangan Henry dan Sophia yang menggelar pesta tersebut.

"Ana," panggil seseorang sehingga Anabela berbalik dan bergeming sejenak melihatnya.

"Sebastian?"

"Sebastian?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SOMETHING BETTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang