🌹 39. Kenangan Buruk

159 8 0
                                    

Satu tahun yang lalu...

"Kau sengaja menggoda mereka di depanku, kan? Hah?!" bentak Jonathan sambil terus menjambak rambut Anabela dengan keras.

Padahal sebelum berangkat ke pesta tadi, Anabela sudah menata rambutnya dengan baik dan indah. Tapi sepulangnya dari sana, sudah dikacaukan oleh jambakan dari Jonathan.

"Aku... Aku tidak menggoda siapapun," kata Anabela yang tersentak-sentak karena isak tangisnya.

"Kau berbohong!" Jonathan semakin menarik rambut Anabela untuk berdiri bersamanya. "Kau lihat tatapan mereka tadi? Seperti melihat seorang wanita murahan yang sedang menjual dirinya. Mereka tidak akan tergoda padamu jika kau tidak mengibaskan ekor pada mereka!"

"Jonathan... Kau... menyakitiku."

Jonathan tak peduli. Dia malah terus menarik rambut dan menyeretnya pergi dari sana. Tangan Anabela bergerak ke sana kemari mencari sesuatu di sekitar saat ia berjalan diseret.

Hingga akhirnya, tangannya menggapai sebuah bingkai foto yang langsung ia hantamkan ujungnya pada kepala Jonathan.

"Aaargh!" erang Jonathan yang langsung melepaskan jambakannya karena ujung bingkai foto itu kini berhasil membuat luka berdarah di kepalanya.

Anabela mengambil kesempatan untuk lari dari sana. Turun ke bawah, tapi ternyata pintu keluar dikunci oleh Jonathan.

Terpaksa, Anabela mencari jalan lain. Ia bersembunyi dengan nafas tak teratur bersamaan rasa takutnya. Diraihnya telepon yang ada untuk menghubungi bantuan.

"911. Where is the emergency?"

Anabela menelan ludah dan coba menenangkan suaranya agar tidak berisik.

"Halo. Aku... Aku Anabela Hoover. Tolong aku! Suamiku terus berusaha--"

Tiba-tiba Jonathan menarik rambut Anabela lagi dengan keras hingga gagang telepon dari tangannya kini jatuh.

Jonathan menariknya menjauh dari sana lalu ia hempaskan tubuh Anabela dengan keras sampai tersungkur ke lantai.

Brakkk!

Jonathan menarik telepon lalu melemparnya ke lantai begitu saja sehingga tak bisa digunakan lagi.

"A-aww!" Anabela memegangi perutnya yang mulai kesakitan.

Namun nampaknya Jonathan tak peduli. Matanya hanya menyalakan sorot amarah pada Anabela yang kini sedang bergerak menjauh saat hendak didekati.

"Kau mau melapor pada siapa, hah? Kau pikir polisi akan menangkapku?"

Anabela menyeret tubuhnya menjauh dari Jonathan yang kini sudah berdiri di dekat kakinya.

"Jo-Jonathan... Perutku... sakit..." adu Anabela mencoba menahan rasa itu.

Jonathan malah menginjak kaki Anabela agar berhenti bergerak menjauh. Hal itu membuat Anabela mengerang kesakitan sambil memohon ampun pada Jonathan.

"Aku tidak akan bersikap lembut lagi padamu kalau kau terus membuatku marah, Ana!"

"Jonathan... Aku... Sakit..." Anabela terbaring di lantai dengan nafas tak teratur dan air mata yang sudah memasahi wajah.

Jonathan menunduk dan melihat darah di lantai mengucur dari paha Anabela. Hal itu membuatnya sontak berjongkok hingga sorot marahnya kini berubah menjadi kepanikan.

"Ana, kau..."

Anabela berusaha bangun untuk melihat darah yang mengucur di sepanjang paha hingga menodai gaun biru mudanya.

"Bayiku..." lirih Anabela yang sudah lemah lalu kembali terbaring di lantai.

Jonathan segera mengangkat tubuh Anabela untuk membawanya ke rumah sakit.

Namun saat itu, Anabela hanya bisa pasrah. Malam yang kelam, Anabela harus kehilangan bayinya yang selama ini dinantikan.

 Malam yang kelam, Anabela harus kehilangan bayinya yang selama ini dinantikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SOMETHING BETTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang