🌹 16. Larangan

210 10 0
                                    

Wina mengangkat beberapa baju yang sudah diberikan oleh Anabela sebagai jaminan agar dirinya tidak memberitahu Jonathan perihal kehamilan Anabela

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wina mengangkat beberapa baju yang sudah diberikan oleh Anabela sebagai jaminan agar dirinya tidak memberitahu Jonathan perihal kehamilan Anabela. Wina bahkan mendapatkan beberapa tas dan sepatu branded milik Anabela karena jaminan tersebut.

Betapa bahagianya Wina saat ini mencoba satu persatu barang yang dia dapatkan. Namun ada satu barang yang membuatnya berbinar penuh hasrat, yaitu kaos abu-abu Jonathan yang sudah Wina lihat lelaki itu pakai setelah olahraga pagi tadi.

"Wangi sekali!" gumam Wina sambil menghirup dalam-dalam aroma Jonathan di kaos tersebut dan memeluknya seakan sedang memeluk Jonathan.

Sementara itu...

Anabela memasuki ruang kerja Jonathan yang ada di kamar. Hari ini adalah hari libur tapi lelaki itu terlihat sibuk misuh-misuh sendiri di dalam sana.

"Jonathan," panggil Anabela dengan ragu, tapi berhasil membuat Jonathan mengalihkan tatapan padanya meski dingin.

"Kenapa?"

"Mmh... Boleh aku pergi malam ini?"

Kening Jonathan berkerut. "Memangnya kau mau pergi ke mana? Kau berencana meninggalkanku bersama pria lain?"

Astaga, tuduhan itu membuat Anabela semakin malas bicara dan berada di sana. Padahal ia berusaha sebaik mungkin melakukan permintaan.

"Ti-tidak. Aku ingin menghadiri acara reuni sekolahku malam ini."

"Reuni," gumam Jonathan sambil mengetuk-ngetukkan jari di atas meja saat berpikir. "Kau tidak akan bisa pergi tanpaku."

"Tapi... Kau mungkin juga sibuk dan tidak bisa pergi. Jadi, aku akan sendiri--"

"Kemari," titah Jonathan dengan tatapan seriusnya yang membuat Anabela takut. Terpaksa, kakinya melangkah mendekati Jonathan yang menuntunnya untuk duduk menyamping di pangkuan.

Anabela merasakan kedua tangan Jonathan yang kini memeluk pinggangnya dengan lembut.

"Ana, memangnya aku tidak tahu?" kata Jonathan sedikit mengangkat wajah untuk menatap Anabela.

"Ini kesempatan bagimu dan Mr. Fisher bertemu, bukan?"

"Jonathan, aku tidak pernah memikirkan itu. Aku hanya ingin pergi--"

"Aku akan pergi. Bersamamu." Jonathan menarik Anabela ke dalam pelukannya. "Tapi bukan ke acara reuni."

"A-apa maksudmu?"

"Kita akan makan malam," cetusnya.

Anabela melepaskan pelukan Jonathan dengan hati-hati. "Jonathan, makan malam bisa nanti. Acara reuni ini hanya bisa dilakukan sesekali. Aku hanya ingin bertemu dengan teman-temanku setelah sekian lama--"

"Jadi maksudnya kau tak ingin menghabiskan waktu denganku? Begitu?" sinis Jonathan yang membuat Anabela mengatupkan bibir karena merasa salah bicara lagi.

"Ba-baiklah. Kita akan makan malam," sahut Anabela memilih mengalah daripada dia membahayakan diri dan bayi dalam perutnya.

Jonathan terdiam memandangi wajah Anabela yang seperti enggan menatapnya meski menerima ajakan makan malam itu.

"Oke." Jonathan membiarkan Anabela beranjak dari pangkuannya saat dia hendak kembali bekerja.

Anabela diam-diam menghembuskan nafas lega karena Jonathan sekarang tak memakai cara kekerasan saat dirinya salah bicara barusan. Dia pun berbalik untuk pergi dari ruangan tersebut.

"Ana," panggil Jonathan yang kini terduduk angkuh menatap Anabela.

"Ya?" Anabela berbalik.

Jonathan beranjak bangun lalu berjalan mendekati Anabela yang sontak membuat kakinya mundur kecil dengan perasaan takut. Sebelah tangan lelaki itu mengatur rambut-rambut kecil dan menyekanya ke belakang telinga Anabela.

"Berdandanlah yang cantik untukku. Malam ini, akan jadi malam terindah bagi kita," katanya.

Anabela menelan ludah. Suasana hati Jonathan sepertinya sangat buruk, karena ketika lelaki itu bersikap lembut sampai mengajak makan malam, artinya Jonathan sedang ada dalam masalah yang membuatnya ingin mengalihkan amarah pada hal-hal itu.

Namun, jika Anabela membuat satu kesalahan saja, Jonathan akan marah besar bahkan tak segan membanting Anabela.

Persis seperti apa yang telah Anabela rasakan satu tahun lalu.

"Kenapa dengan ekspresimu? Kau tidak mau?" tuduh Jonathan agak sinis.

Anabela langsung menghempaskan berbagai pikirannya. Ia mengulas senyum kecil pada Jonathan.

"Ti-tidak. Aku hanya sedang berpikir... bagaimana menjadi cantik di depanmu?"

Jonathan menarik pinggang Anabela hingga tubuh mereka berdua bisa saling menempel.

"Kau selalu cantik, Ana."

Anabela membiarkan Jonathan kini mencium bibirnya. Diam-diam dalam batin, Anabela menganggap jika kelembutan Jonathan sekarang hanyalah kebohongan semata dan tidak akan bertahan lama.

"Aku harus kerja lagi," kata Jonathan setelah ciuman mereka terlepas. Anabela memandangi Jonathan yang kini berjalan kembali ke meja kerjanya.

 Anabela memandangi Jonathan yang kini berjalan kembali ke meja kerjanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SOMETHING BETTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang