🌹 38. Kebengisan

166 9 0
                                    

Terlihat beberapa orang terbaring tak berdaya dengan berbagai kondisi yang menyakitkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terlihat beberapa orang terbaring tak berdaya dengan berbagai kondisi yang menyakitkan. Sebastian menyeret kakinya lalu berusaha membungkuk mengambil pistol yang tergeletak di dekat salah satu orang yang berhasil dilumpuhkannya.

Erangan kesakitan muncul saat tubuhnya kembali tegak. Sebastian memegangi luka di perutnya yang kembali berdarah setelah berkelahi mati-matian bersama anak buah Jonathan.

Langkahnya tertatih-tatih menyusuri lorong di dalam kapal. Sebastian berusaha menahan rasa sakitnya karena kini tekad dirinya adalah untuk menyelamatkan Anabela.

"Ana?" Sebastian tak menemukan Anabela dalam ruangan itu.

Dengan penuh kecemasan dan kewaspadaan, Sebastian berjalan menyusuri kapal tersebut. Hingga akhirnya dia melihat sosok Anabela yang sedang dirangkul Jonathan di ujung belakang kapal.

"Lepaskan Ana!" seru Sebastian.

Jonathan malah menempelkan pistol di pelipis Anabela yang kini menangis sambil memberi isyarat pada Sebastian untuk tidak melakukan apapun.

"Hanya ada satu peluru," kata Jonathan merujuk pada pistol yang dipegangnya.

Sebastian mengarahkan pistol yang dipegangnya pada Jonathan karena sudah sangat kesal dengan lelaki itu. Kalaupun dia harus menembak, Sebastian tak akan peduli meski Jonathan adalah kakaknya sendiri.

"Well..." Jonathan mengangkat bahu santai dengan todongan pistol Sebastian.

Nyatanya, masih ada beberapa bawahan Jonathan di sana yang kini mengepung Sebastian dengan todongan pistol yang lebih canggih lagi.

"Okay, Sebastian. Kalau kau ingin menyelamatkan Anabela, taruh senjatamu dan menyerahlah. Aku tak akan segan-segan lagi menarik pelatuk," tutur Jonathan.

"Anabela sedang hamil anakmu, Jonathan!" geram Sebastian.

"I don't f*cking care!" Jonathan semakin menempelkan moncong senjatanya pada Anabela.

"Kalian berdua... sudah cukup membuatku kesal sekarang," tambahnya. "Oke, sekarang taruh senjatamu dan diam!"

Sebastian melirik Anabela yang menganggukkan kepala, memberi isyarat jika Sebastian harus patuh. Tubuhnya pun perlahan membungkuk menyimpan pistol lalu mengangkat kedua tangan ke atas tanda menyerah, sehingga salah satu bawahan Jonathan mengambil pistol itu dan melemparnya ke lautan.

"Lempar dia!" titah Jonathan pada anak-anak buahnya.

Anabela terbelalak. Ia langsung berbalik lalu menangkup wajah Jonathan.

"No! Jonathan, jangan!" kata Anabela mencoba membujuk.

"Kau masih mau membelanya? Ana, aku tidak main-main saat aku akan menembakmu tidak peduli kau mengandung bayiku!"

"Jonathan, aku... Aku akan pulang. Bersamamu. Aku akan jadi istri yang patuh dan tidak akan berbuat masalah lagi. I promise. A-aku akan menyambutmu pulang. Aku akan... akan membiarkanmu memarahiku setiap hari. Aku akan tetap hidup bersamamu. Bersama bayi kita."

Jonathan mengalihkan tatapan ke bawah saat Anabela mengambil sebelah tangannya dan mengarahkannya ke perut yang berisi bayi mereka di dalamnya.

"Ayo kita hidup bersama, Jonathan. Kau. Aku. Bayi kita. Ayo kita hidup... Seperti yang kau mau. Hmm?"

Jonathan menatap wajah Anabela selama beberapa saat. "Ana, apa kau mencintaiku?"

Anabela langsung mengangguk. "Su-sure. Aku mencintaimu, Jonathan. Aku hanya mencintaimu."

"Benarkah?"

Kepala Anabela lagi-lagi mengangguk. "Benar. Kau mencintaiku juga, bukan? Ayo kita pergi dari sini dan hidup bersama, Jonathan."

Jonathan mendekap tubuh Anabela dan sesekali mengecup kepalanya. Anabela menangis dalam diam sambil membalas pelukan Jonathan yang begitu erat seperti enggan kehilangan.

"Lempar dia!" titah Jonathan tak menyerah.

Kedua mata Anabela terbuka. Ia hendak melepaskan diri, tapi pelukan Jonathan mengurung tubuhnya begitu kuat.

Dorrr!

Satu tembakan dari bawahan Jonathan melesat ke paha Sebastian yang kini mengerang kesakitan tanpa bisa melawan, takut Anabela menjadi korban.

Alhasil, Sebastian merelakan dirinya ditendang dan dipukul lalu diikat oleh sebuah tali sampai tangan dan kakinya tak bisa digerakkan lagi.

"No! Jonathan, lepaskan aku! Lepaskan Sebastian! Jangan!" Anabela memberontak.

Jonathan menggertakkan rahang sambil menahan tubuh Anabela agar tak lepas darinya. Dia memberi tanda pada mereka untuk segera melempar Sebastian ke laut.

Byurrrr!

Tubuh Sebastian yang terikat dilempar ke dalam lautan. Dia mencoba melepaskan ikatan saat di dalam air.

Sementara itu, tangis Anabela pecah. Tubuhnya tak bisa berontak lagi hingga Jonathan melepaskannya.

Anabela terduduk di depan Jonathan saat tahu Sebastian sudah dilempar ke dalam lautan oleh Jonathan.

"Jangan menangis, sayang." Jonathan berjongkok di depan Anabela lalu mengusap air matanya.

"Ayo kita pulang. Kau tidak akan bisa berpisah denganku, Ana."

Isak tangis Anabela perlahan surut saat merasakan sesuatu. Ia menunduk melihat kakinya sudah berlumuran darah.

"Jonathan..." kata Anabela terhenti karena begitu syok melihat kondisi dirinya saat ini.

Sebelum sempat meneruskan kalimat, tubuh Anabela jatuh terbaring tak sadarkan diri.

Kini semuanya menjadi gelap.

Kini semuanya menjadi gelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SOMETHING BETTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang