Isak tangis yang tertahan terdengar dari dalam sebuah kamar. Ternyata itu dari Anabela yang berusaha menangis tanpa suara dengan tubuhnya terbaring gemetar di atas ranjang dipenuhi rasa takut membayangkan kengerian yang hendak Jonathan lakukan padanya saat di ruang makan tadi.
Pintu terbuka.
Bayangan Jonathan terlihat di pandangan Anabela. Ranjang bergerak saat Jonathan merangkak mendekatinya. Sebuah tangan mendarat di lengan Anabela, mengelus, lalu memberinya sebuah kecupan hangat yang membuat Anabela semakin ketakutan.
"Ana, maafkan aku."
Jonathan mengatur rambut-rambut kecil di pipi Anabela yang berbaring membelakanginya. "Aku hanya... sedang lelah. Kau tidak seharusnya pergi bersama Sebastian tadi. Aku sudah memberikanmu uang yang kutitipkan pada seksretarisku Regina, kan?"
Anabela tak menjawab. Dia malah semakin berlinang air mata dengan tubuh tersentak-sentak kecil saat menahan isak tangisnya. Melihat hal itu, Jonathan semakin mengatur tubuhnya berbaring lalu menarik tubuh Anabela untuk dipeluk.
Terpaksa, Anabela yang menangis ketakutan hanya bisa pasrah masuk ke dalam pelukan Jonathan. Lelaki itu memang kadang lembut jika saja dirinya sedang sadar atau ingat diri. Tapi kalau sudah ditutupi kemarahan, Jonathan akan melakukan apa saja termasuk menyayat wajah Anabela seperti yang hendak dilakukannya tadi.
"Berhentilah menangis," titah Jonathan semakin memeluk tubuh gemetar Anabela.
Anabela coba menghentikan tangis meski air matanya tak ingin berhenti. Ia berusaha menerima pelukan Jonathan. Setidaknya, Anabela merasakan kelembutan Jonathan meski hanya sebentar.
Keesokan harinya, Anabela terbangun dari tidur dengan kondisi mata bengkak akibat semalaman menangis. Jonathan sudah tidak ada di sebelahnya, tapi ternyata lelaki itu tengah membersihkan diri di kamar mandi saat terdengar suara percikan air.
Aroma sabun menguar ke dalam kamar kala Jonathan keluar. Lelaki itu berjalan dengan santai memakai jubah mandinya lalu memberi kecupan singkat di pelipis Anabela yang masih terduduk di ranjang.
"Good morning. Bagaimana tidurmu?" tanya Jonathan setengah berbaring menyamping di ranjang dengan sebelah tangan mengelus sisi wajah Anabela.
"G-good..." sahut Anabela seperti tergagap.
Anabela masih takut dengan sikap baik Jonathan saat ini yang seakan tak pernah melakukan apapun termasuk menyakiti Anabela seperti hari-hari kemarin.
"Lihat aku!" seru Jonathan yang tiba-tiba mencengkram wajahnya dan memaksa Anabela untuk menoleh melihatnya.
"Ada apa denganmu? Aku sudah berbaik hati bersikap lembut padamu. Tapi kenapa balasanmu dingin?"
Anabela memejamkan mata untuk menahan kesal karena amukan Jonathan yang tiba-tiba muncul.
"Tidurku sangat nyenyak, Jonathan." Kedua sudut bibir Anabela dipaksa untuk mengulas senyum. Sebelah tangannya mengelus sisi wajah Jonathan dengan lembut.
"Terimakasih untuk pelukanmu semalaman yang membuat tidurku semakin nyenyak." It's a f*cking bullshit!
Jonathan terdiam sejenak hingga akhirnya tangannya turun tak mencengkram Anabela lagi. Lelaki itu beranjak bangun dengan helaan nafas lega tanpa menyadari jika saat ini senyum di wajah Anabela kembali surut.
"Alright. Kemarilah," ajak Jonathan yang mengulurkan sebelah tangannya.
Anabela segera menyambut uluran tersebut lalu berdiri di depan Jonathan. Lelaki itu malah membawa Anabela untuk berdansa seakan ada musik klasik berputar di kepalanya.
Jonathan sudah gila.
Anabela hanya bisa pasrah mengikuti setiap langkah Jonathan untuk berdansa. Samar-samar dia bersenandung sambil mengecup sisi kepala dan bahu Anabela.
"Jonathan," panggil Anabela yang disahut Jonathan dengan geraman kecil di sela senandungnya.
"Bolehkah aku... menjenguk ibuku sebentar?" pinta Anabela dengan harap-harap cemas.
Jonathan memutar tubuh Anabela yang langsung ia tarik ke dalam dekapannya dengan posisi kedua tangan Anabela kini menyilang di depan dada karena ditahan Jonathan.
"Jangan melakukan hal yang tidak berguna dengan menemui orang yang sudah gila, Ana," bisik Jonathan di belakangnya.
Anabela menelan ludah ketika merasakan sebelah lengan Jonathan kini tengah memeluk lehernya dari belakang.
Awalnya terasa lembut, lama kelamaan lengan yang berotot itu menekan leher Anabela yang kini mengunci tak bisa lepas. Tak ada bedanya dengan dicekik.
"Jonathan... Please..." lirih Anabela sambil menarik-narik sebelah tangan Jonathan agar lepas.
"Kau kira aku akan membiarkanmu menggunakan alasan itu? Bisa saja kau malah pergi menemui Mr. Fisher atau bahkan... adikku?"
"Aku... Aku... bersumpah... Aku hanya... menemui ibuku..." sahut Anabela yang terpotong-potong karena cekikan dari belakang itu yang cukup kuat.
Jonathan kini melepaskannya hingga Anabela beranjak duduk di sisi ranjang dengan nafas terengah-engah.
"Aku tidak akan pernah memberimu izin untuk menemui wanita gila itu!" tegas Jonathan yang membuat Anabela diam-diam meremas sprai ranjangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMETHING BETTER
FanfictionAnabela Hoover mengalami kekerasan dalam pernikahannya oleh Jonathan Reeves. Semua yang membantu Anabela menghilang. Banyak larangan dalam hidup yang membuat Anabela ingin lepas dan terbebas dari Jonathan.