🌹 29. Tidak Disengaja (2)

174 6 0
                                    

Wina mengerang keras saat menarik tubuh Jada yang begitu berat karena badannya besar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wina mengerang keras saat menarik tubuh Jada yang begitu berat karena badannya besar. Dia berusaha keras menyeretnya ke suatu tempat untuk disembunyikan atas perintah Jonathan.

"Sialan! Wanita itu yang membunuhnya, malah aku yang harus membersihkan ulahnya!" rutuk Wina sambil terus menyeret tubuh Jada di lantai.

Saat itu, Anabela duduk memeluk lututnya dengan wajah takut di sudut kamar yang gelap. Jonathan berdiri berkacak pinggang di ambang pintu mengamati Anabela.

"Tidak apa-apa, sayang. Dia tidak akan mati," kata Jonathan sembari berjalan menghampiri. Dia berjongkok di depan Anabela lalu mengatur beberapa rambut yang jatuh ke wajahnya.

"Lagian ini bukan salahmu, kan? Tidak semua pembunuhan itu adalah kesalahan. Kau sudah melakukan hal yang benar," ucap Jonathan malah membuat Anabela semakin merasa dirinya adalah seorang pembunuh, tak jauh beda dengan lelaki di depannya ini.

"Ayo. Aku akan menemanimu. Katanya kau belum makan sama sekali selama aku pergi," ajak Jonathan membantu Anabela berdiri.

Setelah makan malam, Anabela kembali berbaring di ranjang untuk beristirahat. Meski waktu terus berjalan dan semakin malam, dirinya masih belum bisa memejamkan mata sama sekali.

Alhasil, Anabela menyingkirkan tangan Jonathan yang memeluknya sedari tadi. Lelaki itu masih tertidur pulas saat Anabela berhasil menginjakkan kaki di lantai.

Langkahnya bergerak dengan penuh kewaspadaan menuju ke pintu. Sesampainya di sana, Anabela memutar kenop pintu yang ternyata tidak bisa dibuka sama sekali.

"Kau mau ke mana?" tanya Jonathan yang membuat tubuh Anabela tersentak dengan bulu kuduknya yang merinding.

Dilihatnya Jonathan kini sudah terduduk di ranjang dengan tatapan tajam tanpa mempedulikan tubuh bagian atasnya yang polos kini tak ditutupi.

"A-aku hanya ingin... melihat kondisi Mrs. House," aku Anabela dengan tergagap.

Jonathan beringsut dari ranjang. Dia berjalan dengan hanya memakai celana kainnya saja dan membiarkan tubuh bagian atasnya yang polos didekap angin.

"Kau berniat mau kabur, kan?" tuduh Jonathan merentangkan sebelah tangannya menempel di pintu belakang Anabela.

Tubuh Anabela mendadak mundur hingga punggungnya menempel ke pintu saat Jonathan kini tengah mengukungnya di sana.

"Ti-tidak. Aku... Aku benar-benar mau memastikan kondisi Mrs. House. Aku takut kalau dia--"

"Biarkan saja dia mati," potong Jonathan tanpa belas kasih. "Kerjanya saja tidak benar di sini. Untuk apa dia diberi kesempatan hidup saat mencoba menyakitimu, Ana?"

Anabela menatap Jonathan. Lelaki itu ternyata tak sadar kalau sebenarnya kalimat terakhir itu bisa saja jadi boomerang untuknya nanti.

"Ayo kembali tidur." Jonathan menarik sebelah tangan Anabela menuju ke ranjang untuk kembali tidur.

Keesokan harinya...

Jonathan terlihat sudah menghabiskan sarapan. Dia beranjak bangun mengenakan jasnya yang tersampir di kursi lalu menunduk untuk memberi satu ciuman di kening Anabela.

"Tetap di rumah dan jangan berani pergi ke mana-mana. Aku akan terus mengejarmu kalau kau melakukan itu," bisik Jonathan tepat di telinga Anabela sebelum lelaki itu menegakkan badannya lalu berangkat bekerja.

Anabela belum beranjak dari ruang makan. Ia hanya terduduk tak bersemangat karena terus terpikirkan kejadian semalam.

"Well, Mrs. Reeves. Bagaimana perasaanmu sudah membunuh Mrs. House?" tanya Wina yang duduk begitu saja di kursi bekas Jonathan tadi duduk.

"Aku tidak membunuhnya," elak Anabela memalingkan wajah.

"Oh ya?" Wina mengambil sebuah apel yang tersedia di sana lalu mengunyahnya dengan seringai kecil mengarah pada Anabela.

"Aku yang membuang mayatnya, Mrs. Reeves. Jelas sekali kalau dia sudah mati."

"A-apa?" Anabela mencoba mengamati Wina untuk mencari kebenaran.

"Tepatnya, suamimu menyuruhku membuangnya. Kau beruntung sekali mendapatkan suami sebaik Mr. Reeves. Mau puluhan orang kau bunuh pun, dia akan membantumu menyembunyikan mayatnya." Wina bersandar dengan termenung sejenak.

"Andai saja aku yang berada di samping Mr. Reeves."

Anabela sedikit tak suka mendengarnya, tapi... "Kalian akan menjadi pasangan yang cocok satu sama lain. Mungkin aku akan melihat banyak orang mati berserakan di rumah ini jika itu terjadi."

Wina tertawa ringan. "Kau benar. Mungkin Mr. Reeves tidak memecatku hingga saat ini karena dia diam-diam ingin terus melihatku."

Anabela tak ingin mendengar ocehan Wina lagi tentang dirinya yang terus bermimpi bersama Jonathan. Ia pergi dari sana untuk pergi ke kamarnya.

Tak ada lagi yang bisa Anabela lakukan  saat ini.

Tak ada lagi yang bisa Anabela lakukan  saat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SOMETHING BETTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang