Seorang wanita tengah berdiri dengan tangan gemetar dan tatapan berbinar menahan tangis, terus mengarah ke sebuah foto pernikahan yang terpajang tak jauh di depannya.
Bukan sebuah rasa bahagia yang dirasakannya saat melihat foto pernikahan itu, akan tetapi sebuah kesengsaraan dan penyesalan terbesar yang pernah dia rasakan.
Sudut bibir wanita itu memiliki luka kecil nan berdarah yang berusaha tak dipedulikan. Dia coba menutup telinganya dalam pikiran, sudah lelah mendengar caci maki dari lelaki di depannya.
Brakkk!
Lelaki itu melempar sebuah ponsel padanya meski meleset yang berakhir membentur tembok di belakang sehingga benda pipih itu retak dan rusak.
"Kau bahkan saling berkirim pesan dengannya. Berani sekali kau melakukan itu di belakangku!" bentaknya untuk kesekian kali.
"Jonathan, sudah kubilang kami hanya--"
"Aku tidak ingin mendengar alasan klisemu kalau kalian hanya berteman, Ana!" potong lelaki bernama Jonathan Reeves.
"Aku bersumpah, Jonathan! Kami memang hanya berteman. Johnny just... my friend. Kenapa kau tidak mempercayaiku?" kata Anabela dengan bersungguh-sungguh.
Jonathan beranjak bangun dari duduknya lalu mencekik leher Anabela dengan keras sampai tubuhnya terdorong lalu duduk di sofa di belakangnya. Anabela mencoba menahan cengkraman Jonathan sekuat mungkin meski tenaga lelaki itu lebih kuat untuk membuatnya mati saat ini juga.
"Kau tidak pernah bisa dipercaya, Ana. Sudah kubilang untuk tidak membuat masalah dan turuti saja perintahku! KENAPA KAU TIDAK PATUH DAN MENDENGARKU?!"
"Jon... Jonathan... Kau... Aku tidak bisa... bernafas... Sakit..." ucap Anabela dengan kalimat patah karena cekikan Jonathan di lehernya yang begitu kuat.
Anabela menangis. Air matanya keluar menyusuri sisi wajah lalu jatuh ke tangan Jonathan yang masih mencekiknya. Rasa hangat dari benda cair itu dirasakan oleh Jonathan yang membuat cengkraman di leher Anabela mendadak melonggar.
"Ana..." lirih Jonathan seakan tersadar akan sesuatu dan linglung menatap kedua tangannya. Dia mengalihkan perhatian pada Anabela yang menangis dengan beberapa luka di sudut bibirnya seperti habis dipukuli dengan keras.
"Ana, maafkan aku. Maafkan aku..." Jonathan menarik tubuh Anabela lalu memeluknya bahkan memberikan kecupan pada kepalanya.
Anabela tak menyahut. Dia terus menangis tanpa suara di pelukan Jonathan bersama rasa yang sudah bosan dengan kejadian berulang bak sebuah Dejavu dan labirin tiada akhir. Anabela ingin segera keluar dari labirin menyakitkan dan menyengsarakan ini.
"Jadilah istri yang baik. Okay? Tunggu aku di sini," kata Jonathan dengan nada lembut sambil mengelus kepala Anabela lalu mengecup keningnya sebelum dia keluar dari kamar.
Anabela memandangi jendela terbuka di depannya yang memperlihatkan langit cerah hari itu. Namun, tubuhnya kini terbaring menyamping tanpa semangat di ranjang. Percuma melihat langit cerah, jika dirinya saja tidak memiliki kebebasan untuk menikmatinya.
Anabela terkurung dalam rumah besar itu. Bahkan saat Jonathan pergi tadi, pintu dikunci olehnya dari luar sehingga tak memberi kesempatan Anabela untuk keluar selain dari jendela jika dia tak takut jatuh dari ketinggian.
Lama terbaring dalam posisi menatap ke luar jendela, Anabela mendengar seseorang membuka kunci pintu kamarnya.
"Ini makan siangmu, Mrs. Reeves."
Anabela tak menyahut wanita paruh baya di belakangnya. Ia hanya terus menatap langit cerah di luar sana, membayangkan dirinya melayang bebas di langit itu.
"Ya ampun, Mrs. Reeves..." lirih wanita paruh baya bernama Ingrid Wilson saat melihat beberapa luka di wajah Anabela yang tak diobati sedikit pun.
Ingrid membantu Anabela untuk bangun dan bersandar di sandaran ranjang dengan penuh kelembutan. Dia duduk di sisi ranjang seraya mengamati keadaan kacau Anabela. Tangannya mengelus beberapa sisi wajah cantik Anabela yang kini banyak memperlihatkan kesedihan.
"Mrs. Wilson," panggil Anabela dengan tatapan yang masih kosong. "Aku lelah..."
Ingrid menahan tangis dengan kepala mengangguk paham. Ia menarik tubuh Anabela untuk dipeluknya agar wanita itu bisa lebih tenang dari rasa lelah yang kini sudah menghampiri.
"Aku ada di sini, Mrs. Reeves." Ingrid menangkup wajah Anabela yang sudah pucat dan lemas. "Kau makan dulu, ya? Aku tidak ingin... Mr. Reeves menyiksamu lagi seperti ini."
Kepala Anabela mengangguk lemah. Hal itu membuat Ingris segera mengambil makanan yang dibawa bahkan menyuapi Anabela dengan sepenuh hati.
Ingrid merasa begitu iba melihat keadaan Anabela saat ini. Ingrid tak menyangka jika Jonathan akan begitu kejam pada wanita yang menjadi istrinya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMETHING BETTER
FanficAnabela Hoover mengalami kekerasan dalam pernikahannya oleh Jonathan Reeves. Semua yang membantu Anabela menghilang. Banyak larangan dalam hidup yang membuat Anabela ingin lepas dan terbebas dari Jonathan.