🌹 37. Todongan

124 7 1
                                    

"Kita sudah sampai," kata Sebastian setelah menepikan mobil saat sudah sampai di dermaga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kita sudah sampai," kata Sebastian setelah menepikan mobil saat sudah sampai di dermaga.

Anabela mengikuti Sebastian keluar dari mobil tersebut. Mereka berdua berjalan melewati sebuah jembatan dari papan menuju ke sebuah kapal berukuran sedang yang sudah tersedia.

"Selamat datang, Mr. Reeves." Seorang lelaki datang menyapa. "Mr. Glass menyuruhku untuk menemani kalian selama perjalanan ke Venezuela."

Sebastian mengangguk paham. Mereka pun menaiki kapal itu lalu melaju pergi menjauhi dermaga.

Anabela dan Sebastian berjalan melewati lorong di kapal untuk mencari kamar yang bisa digunakan Anabela agar bisa istirahat selama menempuh perjalanan.

Brakkk!

Suara itu menghentikan langkah Anabela dan Sebastian. Mereka langsung memasang kewaspadaan ke sekitar.

"Pergilah ke kamarmu dan sembunyi di sana. Aku akan memeriksa keadaan di luar," titah Sebastian.

Anabela mengangguk paham. Ia pergi sendirian menuju kamar paling ujung, sementara Sebastian pergi ke atas untuk memastikan kegaduhan yang didengarnya barusan.

Tiba-tiba seseorang menyerang Sebastian. Namun ternyata bukan hanya satu orang, tapi ada beberapa orang yang sudah siap menyerang Sebastian. Mereka membawa senjata seperti pisau bahkan pistol yang membuat Sebastian langsung menyembunyikan diri di beberapa tempat di sana untuk menghindari serangan.

Di sisi lain, Anabela tak tahu apa yang terjadi di luar sana. Ia mulai membuka pintu dan langsung disapa keterkejutan melihat seorang lelaki tengah duduk angkuh di sebuah kursi kamar tersebut.

"Akhirnya aku bisa melihatmu lagi, Ana."

Kaki Anabela sontak melangkah mundur dengan penuh ketakutan. Ia hendak pergi, tapi Jonathan dengan cepat menariknya masuk.

Jonathan menghempaskan tubuh Anabela ke atas ranjang. Lelaki itu kembali melemparkan sorot murka pada Anabela yang kini berusaha bangun dan terduduk dengan tatapan tak suka pada Jonathan.

"Kau kira bisa kabur dariku?" Jonathan mengulas senyum miring. "Beraninya kau mengkhianatiku dengan pergi membawa bayiku bersama Sebastian!"

"Aku tidak ingin melihatmu lagi!" balas Anabela sambil melemparkan bantal dan guling yang ada di sana pada Jonathan.

Namun lelaki itu malah terus berjalan mendekat dengan raut murka. Dia bahkan menarik selimut yang Anabela duduki sehingga tubuhnya kini terbaring.

Hal itu Jonathan jadikan kesempatan untuk menahan Anabela. Tubuh Jonathan kini berada di atasnya, mencekik leher Anabela yang terus berontak ingin dilepaskan.

"Aku sudah bersabar dengan sikap lancangmu, sialan! Kau lihat akibat dari perbuatanmu sendiri!" bentak Jonathan sambil menguatkan cekikannya hingga kepala Anabela terdorong menghimpit ranjang.

"Jo-Jonathan... kau... kau akan... membunuh anakmu..." kata Anabela seraya menepuk-nepuk tangan Jonathan.

Menyadari hal itu, Jonathan melonggarkan cekikannya hingga lepas. Anabela bernafas dengan terengah dengan air matanya yang kini mulai turun membasahi wajah.

"Maafkan aku, Ana..." lirih Jonathan menangkup wajah Anabela.

Namun tiba-tiba, Jonathan merogoh sesuatu dari saku jas yang dikenakannya. Anabela terbeku merasakan benda dingin menempel di keningnya saat ini.

"Aku hanya punya satu peluru," kata Jonathan semakin menempelkan moncong pistolnya pada kening Anabela.

"Meski hanya satu, benda ini bisa membunuh dua orang sekaligus." Anabela dan bayinya.

"Jonathan... Aku mohon... Jangan..." pinta Anabela dengan nada gemetar.

"Aku tidak bisa, Ana. Kau sudah mengkhianatiku. Kau meninggalkanku. Kau membangkang padaku. Kau menyakitiku."

"Jonathan, please..." lirih Anabela sambil menangis menatap Jonathan.

"Kau tahu, Ana? Berhari-hari kau membuatku gila karena harus mencarimu. Tidakkah kau mengerti kalau aku merindukanmu?"

Anabela hanya menangis ketakutan dengan senjata yang ditodongkan padanya sekarang. Kini, Jonathan menggunakan moncong pistolnya itu untuk menyeka air mata Anabela yang jatuh di sisi wajah.

"Jonathan, lepaskan aku..." kata Anabela di sela tangisannya yang membuat Jonathan berhenti bergerak selama beberapa saat.

"Melepaskanmu?" Jonathan kini mengarahkan pistolnya lagi pada kening Anabela.

"Semudah itu kau memintanya, Ana?"

"Aku... Aku sudah tidak tahan lagi bersamamu. Kau yang menyakitiku... Jonathan."

Jonathan tersenyum sinis. "Setelah aku menolak ratusan wanita penggoda hanya demi dirimu, kau bilang aku menyakitimu?"

Kepala Anabela menggeleng. "Kau menyakitiku... seperti sekarang..."

Jonathan mengalihkan tatapan pada pistol yang ia todongkan pada kening Anabela. Selain itu, matanya juga melihat sebelah tangan yang berhasil membuat leher Anabela memerah.

 Selain itu, matanya juga melihat sebelah tangan yang berhasil membuat leher Anabela memerah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SOMETHING BETTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang