Ct. 13 An Accident

54 37 23
                                    

       Masih dengan wajah kesalnya, karena rencana untuk berduaan dengan Gara harus terganggu dengan ketidak pekaan Gara yang memberitahu Thalia untuk lunch bareng mereka, walau tak begitu nampak karena takut Gara merubah semua rencana yang Ethan susun sejak chatnya tidak dibalas oleh Gara. Sambil mencari tempat makan yang tak begitu banyak pengunjung di dalam Mall, Ethan memberi ide untuk makan di Restaurant masakan Jepang, namun di tolak oleh Gara, begitupun dengan masakan Korea, Italia dan Western Food lainnya, karena Gara ingin makan masakan Indonesia.

      
       Akhirnya Gara menunjuk salah satu Restaurant yang menyajikan masakan Indonesia, Ethan hanya bisa pasrah pada keinginan orang yang paling dia sayangi, Ethan mengikuti kemauan sang pujaan hati. Gara pun segera memainkan handphonenya untuk mengirim lokasi mereka kepada Thalia, juga memberitahu Radia bahwa yang akan mengirim pesanannya siang ini adalah Kakak Ipar Gara. Meski sedikit kecewa karena tak dapat bertemu Gara, namun Radia tak membatalkan pesanannya.

       Ethan dan Gara memasuki Restaurant tersebut dan mencari kursi untuk di duduki empat orang, tak lama saat mereka sedang melihat-lihat menu yang disuguhkan oleh Pramusaji, dari kejauhan tampak Thalia yang melambaikan tangan dan datang bersama Aftan.

       Kini lengkap sudah mereka berempat untuk lunch bareng, setelah memilih menu mereka masing-masing.

    "Euumm.. i miss u so Gar, padahal baru aja beberapa hari gak ketemu," Thalia memeluk Gara duduk di sebelahnya.

    "Lu kenapa kemarin gak balas chat gua? apakah ini sebuah surprise?" tanya Thalia berbinar merindukan sahabatnya.

    "Bukan elu aja kok yang gak gua balas, Ethan juga, kemarin gua mau tidur awal, eehh paginya lupa balas chat," alibi Gara, padahal dia sedang komunikasi dengan mantan pacarnya 7 tahun yang lalu.

     "Gak apa-apa, yang penting sekarang kita ketemu, gimana kabar lu? Ngapain lu kesini?" tanya Thalia lagi karena penasaran.

     "Gua minta Gara nemeni cari beberapa buku, karena di Singaraja gak lengkap," jawab Ethan sambil menunjukan tas belanjaan berisikan buku miliknya dan Gara.

     "Nemeni cari buku atau nemeni kencan? ehhh oops," Thalia menutup mulutnya yang keceplosan, lalu Gara menginjak kaki Thalia bermaksud memberikan kode bahwa tidak seharusnya Thalia berkata seperti itu, karena Gara tidak ingin Ethan tahu bahwa dia telah bercerita kepada Thalia mengenai perasaan Ethan.

      "Ehhh bercanda ya Tan, jangan di masukin hati." ngeles Thalia, Namun sudah kepalang basah, Ethan langsung berfikir bahwa Gara telah melakukannya. Walau begitu Ethan tetap bisa mengontrol dirinya untuk berpura-pura tersenyum bahwa semua itu hanya guyonan.

       15 menit berlalu dengan keadaan sedikit canggung, hingga pesanan mereka semua telah datang mendarat di meja oleh pramusaji yang sudah mahir dalam membawa dan meletakkan hidangan. Sesekali mereka mengobrol sambil menikmati makanan favorit masing-masing, dan terlihat bahwa Aftan sudah cukup akrab dengan mereka. Antusias persahabatan mereka terasa begitu hangat hingga menjadi perhatian beberapa pengunjung lainnya. Keakraban mereka seakan menjadi atmosfir di siang hari dalam Restauran yang menyediakan banyak pilihan menu Indonesia. Hingga hidangan penutup menjadi akhir pertemuan mereka hari ini, Thalia dan Aftan mengucapkan salam perpisahan dan hati-hati karena waktu istirahat mereka juga akan segera berakhir untuk kembali bekerja.

     "Gar, nonton dulu yuk?" ajak Ethan setelah mereka hanya tinggal berdua.

     "Nonton apaan? Udah mau sore loh ini, nanti kemalaman di jalan." sahut Gara yang menatap keinginan Ethan untuk berdua dengannya.

     "Ya apa aja, sepertinya hari ini ada jadwal film horor deh, kan lu suka tuh." rayu Ethan dengan mata memelasnya namun tetap terlihat charming dan masculine.

       Tak kuasa melihat tatapan maut Ethan dengan segala rayuannya, Gara pun tak sanggup untuk mencari alasan lainnya dan mengiyakan ajakan Ethan. Mereka menuju Bioskop yang terletak di lantai empat mall tersebut, melihat-lihat daftar film yang sedang tayang hari itu, dan memutuskan untuk menonton film horor pilihan Gara, mengantri untuk mendapatkan tiket masuk teater dan membeli popcorn sebagai cemilan dengan ice lemon tea ukuran big. Namun film akan dimulai sekitar 15 menit lagi, mereka pun duduk di lobby dengan beberapa pengunjung yang juga sedang menunggu film mereka diputar. Gara dan Ethan terlihat seperti pasangan yang diperhatikan banyak pasang mata, karena mereka melepas masker untuk menikmati sekotak besar popcorn satu berdua.

       Ketika terdengar suara pada speaker di setiap koridor yang memberitahukan film horor yang mereka akan tonton segera dimulai dengan durasi selama 120 menit kurang sedikit, Gara dan Ethan memasuki ruangan teater dan mencari kursi mereka sesuai petunjuk pada tiket. Film pun di putar ketika semua pengunjung sudah menempati kursi mereka masing-masing, Gara menikmati filmnya, karena sudah lama dia tidak pergi ke Bioskop akibat pandemi yang mewabah.

       Sesekali Gara terlihat kaget dan tak sengaja memegang tangan Ethan dan membuat mereka bertatapan, namun segera Gara tepik karena tak ingin ada salah paham, namun Ethan malah mengambil kembali tangan Gara dan menggenggamnya seraya tersenyum memberi isyarat "gak apa-apa, pegang aja," sambil memanjakan lidah mereka dengan popcorn dan ice lemon tea, mereka seperti pasangan di mabuk cinta yang sedang berkencan, namun tidak pada kenyataannya, karena Gara menganggap Ethan hanya sahabatnya. Tetap saja Ethan bahagia, Ethan tak ingin kehilangan moment yang selama ini dia dambakan bersama Gara.

       "Tamat." begitu tulisan yang tertera pada layar berukuran besar dan menandakan film telah selesai ditayangkan, pengunjung pun satu persatu beranjak dari tempat duduk mereka dan mengantri keluar ruangan, begitu pun dengan Ethan dan Gara, namun sebelum memutuskan untuk pulang, mereka masuk ke toilet terlebih dahulu, karena kebanyakan minum dan tak tahan untuk buang air kecil, lalu membasuh wajah mereka agar tetap segar dalam perjalanan pulang.

       Waktu telah menunjukan pukul 4 lebih 15 menit saat mereka berjalan menuju parkiran, dengan cuaca yang terlihat menjadi abu-abu, mendung sudah mengitari beberapa kawasan di Bali di musim penghujan ini, memang sore hingga ke petang adalah waktu yang lebih sering bagi langit membasahi bumi dengan rintikan air dari kecil, sedang maupun deras, apalagi untuk daerah perbukitan seperti Bedugul dan sekitarnya. Gemuruh, kabut hingga hujan deras biasa menyelimuti kawasan rawan licin dengan lika-liku beserta tanjakan-turunannya. Medan yang cukup berbahaya bagi pengemudi yang melewati rute Denpasar-Singaraja atau sebaliknya di musim penghujan seperti ini. Gara pun meminta Ethan untuk berhati-hati saat memasuki jalur yang hampir sampai di Kota Singaraja sekitar 30 menit lagi.

       Namun sudah takdir Tuhan, ketika melewati belokkan kiri yang kemudian kanan, ada seekor anjing yang sedang melintas menyebrangi jalan ketika mobil Ethan berada di depannya, dan.

       "Brakkkk...!!!" Ethan membanting setir agar tak menabrak anjing tersebut namun mobil Ethan malah menerjang pembatas jalan dengan jurang, untungnya tak menyebabkan kecelakaan beruntun yang bisa memperkeruh keadaan dengan macet atau menjatuhkan mobil Ethan kedalam jurang, karena jalur tersebut merupakan dataran tinggi.

       Gara dan Ethan terpental maju mundur meski telah memasang sabuk pengaman, namun kondisi Gara terlihat lebih parah dari Ethan, Gara mendapat luka dan memar di beberapa bagian tubuh termasuk dahinya, sebelum akhirnya tak sadarkan diri karena shock, Gara sempat mengucapkan "jangan sentuh darahku." namun Ethan tak menggubris apalagi memikirkan kondisi mobilnya, yang terpenting Ethan masih bisa menghidupkan mesin mobil dan kembali melanjutkan setengah perjalanan yang tersisa dengan perasaan cemas yang menyembunyikan rasa sakit di tubuhnya, kini di pikiran Ethan hanya Gara, Gara dan Gara. Bagaimana dirinya dapat menyelamatkan Gara.

       Setibanya mereka di kota Singaraja, Ethan segera menuju UGD RSUD setempat. Dan kebetulan Radia sedang bertugas Sore itu. Melihat sosok laki-laki yang keluar dari mobil dengan luka memar, Radia segera meminta Tenaga Medis lainnya yang sedang bertugas untuk membawa Gara dan Ethan kedalam ruangan dan mendapatkan perawatan, karena paniknya Ethan belum sempat untuk mengabari Keluarganya maupun Keluarga Gara agar tak merasa khawatir.

~Aku mampu menyembunyikan luka apapun hanya demi memberimu healing yang serupa dengan kerut senyum dibibir manismu hingga kau katakan "aku baik-baik saja"~ Putu Ethan Tirtayasa.

Terbalik "kisah Gara"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang