Ct. 07 Aku Harus Jujur

141 127 42
                                    

       Perjalanan pulang mereka yang penuh senyum, membuat keempat sahabat itu memaknai lagi arti hadir dari setiap diri mereka, walau status HIV Gara belum diketahui oleh Aftan, setidak nya kini mereka cukup akrab untuk mengobrol secara pribadi, bercanda dan berbagi. Thalia berjanji akan menjelaskan nya kepada Aftan, karena hanya Thalia yang sudah mengenal Aftan cukup lama. Di tengah perjalanan  mereka masing-masing asik mengobrol, namun suasana berubah ketika Ethan dan Aftan yang secara bersamaan di tempat yang berbeda merubah topik menjadi serius.

     "Gar, lu jadi mau tau orang yang gua taksir gak?" tanya Ethan sambil mengemudi.

     "Ahhh boleh boleh, siapa? Thalia kan." dengan antusias Gara menyambut topik yang sudah lama dia kepoin.

     "Hahahaha, bukan. Bukan Lia lah." Tawa Ethan tipis.

     "Siapa dong, masa aftan?" makin kepo nya Gara dibuat.

     "Hahaha, kenal 2 hari masa sudah naksir" jelas Ethan singkat

     "Kan bisa saja cinta pada pandangan pertama." Ledek Gara membalas ledekan Ethan tempo hari.

     "Hahaha, no no no, dia lagi pakai sweater gua tuh sekarang." mencoba memberikan clue.

     "Ehmmmm," Gara malah bengong berfikir, dia lupa kalau dirinyalah yang sedang memakai sweater milik Ethan.

     "Hah? Gua?" tanya Gara shock dan tak percaya.

     "Gak usah bercanda lu tan, ah elah." mencoba menyakinkan.

     "Hahahah, yeahh i had crush on you for a long time ago" Ethan menoleh sedikit ke Gara dan menepikan mobilnya di rute shortcut dekat jembatan.

Shortcut Rute Singaraja-Denpasar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Shortcut Rute Singaraja-Denpasar


     "Apanih, apanih kok pakai acara menepi." Gara yang mulai bertingkah cemas dan deg-degan.

     "Gar mungkin ini waktu yang tepat setelah sekian lama gua pendam, orang yang gua taksir itu elu, gua suka dan sayang sama lu dari dulu, cuman memang gua takut dan malu, juga bodoh gak bilang dari dulu." jelas Ethan setelah mematikan mesin mobil, berbalik badan, menatap dan memegang tangan Gara.

     "Tapi Tan, lu kan tau status gua sekarang gimana!" Gara mencoba menolak dengan cemas nya.

     "Status apaan, lu single kan? atau status HIV lu? Dont think to much Gar, gua gak sekedar cari sex sama lu, ini tuh perasaan gua jujur." semakin menyakinkan Gara, namun Gara melepaskan genggaman tangan Ethan.

     "Masalah nya bukan cuma di situ Tan, gua sayang sama lu, tapi bukan dengan keadaan seperti ini." Mencoba menjelaskan dengan tenang.

     "Apa lagi? keluarga? ekonomi? sosial?" tanya Ethan sedikit sedih dan memaksa.

     "Lu tau semua itu kan, dan bagaimana permintaan Mama gua, gua gak mau buat Mama gua kecewa lagi." suasana semakin biru dan serius.

     "Kenapa gak kita coba hadapi sama-sama gar, sampai kapan lu terus yang ngalah buat kebahagiaan orang?"

     "Tan, dia bukan orang lain, dia mama gua Tan!"

     "Okay fine.. dia Mama lu, tapi gak bisakah kita berusaha sedikit saja?" pinta Ethan memelas.

     "Im sorry Tan, gua sayang sama lu dalam bentuk lain, lu bisa milikin gua dalam bentuk lain, dan gua juga bakal ada buat lu, tapi tak begini."

       Mereka terdiam sejenak dan hanya menatap kedepan. Karena suasana ini tak di inginkan oleh Gara.

       Di tempat yang berbeda pun Aftan mencoba mengungkapkan isi hati nya kepada Thalia, tapi belum sempat Thalia menolak, seakan Aftan sudah tahu apa yang ingin Thalia sampaikan. "kamu gak harus jawab sekarang kok, izini aku menyakinkanmu lebih, aku tau ini terlalu tiba-tiba untukmu, aku cuma merasa ini moment yang tepat, tapi aku akan menunggumu saat kita berdua siap dengan jawaban mu." jelas Aftan dan kembali melanjutkan perjalanan dengan suasana yang menjadi sedikit canggung dan hanya diam.

       Kembali ke tempat Ethan dan Gara terdiam.

     "Okay, gua coba ngertiin perasaan lu." Ucap Ethan yang sedikit kecewa dan sedih.

     "Tapi, elu jangan berubah ya sama gua, walau lu sekarang tahu perasaan gua, gua gak mau ada jarak di antara kita, gua sayang sama elu, tulus" pinta Ethan kembali menatap Gara.

     "Okayyy, gua janji, gak akan ada yang berubah, lu juga tetap kesayangan gua, thanks anyway" Gara pun kembali menatap Ethan sambil memberi jari kelingkingnya, dan mereka pun saling berjanji.

     "Oh ya, btw, boleh peluk" pinta Ethan lagi untuk menenangkan hatinya di sisa perjalanan pulang.

       Dan Gara pun tanpa ragu memeluk Ethan dengan erat dan membisikan "you're my best Ethan" Dan Ethan membalas bisikan Gara dengan mengusap kepala Gara berulang.
       Setelah suasana terasa lega, mereka melanjutkan perjalanan, dengan waktu tempuh sekitar 1 jam lebih, dan cuaca yang sedikit gerimis di iringi lagu-lagu ballad nan melow favorite mereka, namun Gara merasa sedikit tersindir dengan beberapa lagu, tapi mereka tetap menikmati sambil bernyanyi bersama.

       Setibanya di rumah Ethan, Gara pun berpamitan kepada Ethan dengan senyum, Gara bilang nanti baju yang dia pinjam mau di cuci dulu lalu di kembalikan, Ethan tak keberatan mengiyakannya, malah Ethan senang bisa lebih sering lagi bertemu dengan Gara, dengan masih berharap Gara mau membuka hatinya.

       Thalia yang tiba di kosan pun kini sedikit menjadi canggung dengan Aftan, dan agak malu, karena Thalia memang belum membuka hatinya kembali setelah setahun menjomblo dan fokus pada dirinya juga keluarganya. Kebetulan Aftan yang satu kos beda kamar dengan Thalia pun merasakan suasana berbeda setelah pengakuannya, setelah keluar dari mobil pun mereka berpamitan , melambaikan tangan dengan senyum malu nan canggung, masuk ke kamar masing-masing, menaruh tasnya dan merebahkan diri, namun Thalia segera mengirim pesan ke Gara dan Ethan dengan teks "kita harus telponan ntar malam, urgent!?"

~apapun yang terjadi , setidaknya aku jujur dengan diriku sendiri, dan aku meresa lega, entah itu sedih atau bahagia~ Ethan & Aftan

Terbalik "kisah Gara"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang