Sepersekian menit berlalu, sepasang mata yang masih menatap layar handphone dengan latar sejumlah foto kebersamaannya dengan Gara tempo hari saat pergi ke Denpasar. Ethan masih terpaku bertanya-tanya apakah saran yang dia berikan adalah jalan terbaik, agar dia masih tetap bisa melihat Gara bahagia, walau tidak mungkin bagi dirinya untuk menggantikan posisi Pavel saat ini yang telah kembali setelah sekian lama.
Disisi lain, bangunan yang tampak seperti sebuah asrama bertuliskan "Khusus Putri" di depan pagar. Radia keluar dari kamarnya saat melihat cahaya mentari sudah mampu menembus lapisan awan kelabu yang berubah menjadi putih. Dia menghidupkan mesin motornya untuk segera bergegas menuju Rumah Sakit, sambil memanaskan mesin motornya, Dia memainkan ponselnya untuk melihat profil Gara, apakah ada postingan untuk jualannya hari ini. Radia sangat ingin menemui Gara, setelah tahu bahwa Gara telah keluar dari Rumah Sakit saat Radia berganti shift dengan temannya.
Karena bingungnya Radia memirkirkan alasan apa yang tepat untuk menemui Gara, karena Dia tahu bahwa dirinya belum berhasil untuk membuat Gara meliriknya dan menganggap keberadaannya. "Apa mamanya libur ya jualan?" batin Radia bertanya-tanya. Tidak mungkin dia secara gamblang menunjukan maksud tujuannya untuk menemui Gara, takut menimbulkan kesan yang tidak enak seperti saat mereka bertemu di Rumah Sakit beberapa kali waktu itu. Meski Radia adalah tipe wanita yang berani dan blak-blakan, berbanding terbalik dengan sifat Gara yang pemalu dan tertutup.
Sebelum berangkat bekerja, Radia memberanikan diri untuk mengirim pesan kepada Gara.
Radia :
"Pagi Gar, Gimana kondisi mu?"
"Hari ini gak jualan ya?"Gara yang baru selesai sarapan, mendengar Handphonenya berdering. Gara pun masuk dan mengecek notifikasi yang masuk, terlihat beberapa pesan belum terbaca dari Ethan dan Radia. Setelah membalas pesan dari Ethan, di lanjutkan berbalas pesan dengan Radia.
Gara :
"Alhamdulillah, gua udah baikan."
"Hari ini jualan, tapi lagi tidak melayani delivery order."
"Cuma bisa makan di rumah, atau di bungkus dari rumah."
Radia : setelah sampai di Rumah Sakit.
"Alhamdulillah, gua ikut senang dengarnya."
"Kalau gitu, gua boleh ke rumah lu? Gua lagi pengen makan lontong buatan Mama lu."
"Sekalian mau jengukin elu sih, gua sedikit khawatir anyway."
Gara :
"Khawatir? Its okay Dia, gua gak apa-apa kok, jangan terlalu di pikirin, nanti ngerepotin."
"Kalau mau makan disini, silahkan aja."
Radia :
"Gak repotin kok. Ya udah, nanti istirahat kerja gua kesana sama teman gua."
"Boleh share loc lu?"
Gara :
"Oh okay,"
(Share location)
Radia :
"Thanks, jangan telat sarapan dan minum obat ya."
"Get well soon."
Gara :
"Sudah kok, for u too."Radia kembali dengan kesibukannya, sedangkan Gara kini berbalas pesan dengan Ethan dan Pavel.
Ethan mengatakan ingin menjenguk Gara ke rumahnya, seketika saat Gara mengatakan "ok." Ethan pun langsung tancap gas menuju rumah Gara. Sesampainya disana.
"Eh nak Ethan, masuk aja. Gara ada di kamarnya." sapa Mama Gara yang sedang menyiapkan dagangan dan melihat Ethan memarkirkan mogenya.
"Pagi Tante," sapa Ethan.
"Iya masuk.. masuk, Tante mau siapin dagangan dulu." pinta Mama Gara.
Ethan langsung menuju ke kamar Gara, melihat pintu kamar Gara yang sedikit terbuka, Ethan langsung masuk dan menemui Gara yang sedang berbaring memainkan ponselnya untuk memosting dagangan sang Mama, namun saat ini tak melayani Delivery Order.
"Hi Gar, udah baikan?" tanya Ethan menghampiri Gara dan duduk di sebelahnya.
"Alhamdulillah, sudah mendingan. Lu sendiri gimana?" Gara balik bertanya dan menaruh handphonenya.
"As you see, gua udah baikan." tatap Ethan seolah ingin menanyakan sesuatu namun sungkan.
"Ada apa, sepertinya ada yang mau lu omongin?" Gara mencoba membuat Ethan nyaman dengan memegang tangannya, agar tak ragu untuk bertanya.
"Ehmmm itu, gak apa-apa. Lupain aja, yang penting gua sudah lihat lu sehat kembali." pungkir Ethan yang masih ragu.
Namun Gara merasakan keraguan Ethan, dan mengelus telapak Ethan dengan ibu jarinya, "ngomong aja gak apa-apa, lu percaya sama gua kan?"
Seakan terhipnotis dengan sentuhan lembut yang Gara berikan masuk menembus pori-pori kecil hingga menuju hati Ethan. Kenyamanan pun kini ia rasakan, Ethan tak bisa berbohong dan mengelak lagi di hadapan Gara.
Dengan nada lembut "gimana hubungan lu sama Pavel sekarang?"
"Seperti yang lu sarankan ke gua, tapi gua belum cerita banyak soal keadaan gua sekarang, gua belum siap." jelas Gara lirih.
"Dan lagi, dia ingin bertemu sama gua setelah Rumahnya selesai di bereskan. Gimana menurut lu?"
"Hati lu sendiri gimana? selama buat lu bahagia. Gua bakal selalu disisi lu." ungkap Ethan sangat dalam sambil mengusap rambut Gara.
"Tann," panggil Gara dengan mata sedikit berkaca-kaca.
"Thanks, makasi buat semua pengertian yang lu kasih ke gua, makasi lu selalu ada buat gua, dan maaf gua belum bisa memberikan lu lebih dari apa yang elu harapkan. Maafin aku yang bodoh ini," ucap Gara seraya mengambil tangan Ethan dari kepalanya, kemudian menggenggamnya.
"Kenapa lu ngomong kayak gitu? Asal elu bisa bahagia, gua pasti bahagia kok." balas Ethan pada bibirnya, walau hatinya sedikit terluka.
"Gua bahagia.. Gua bahagia punya sahabat kayak lu," Gara menegakkan dirinya kemudian merangkul Ethan.
Ethan hanya menerima kenyataan saat membalas pelukan Gara.
Dan di saat mereka berpelukan, seorang wanita berada di depan pintu kamar Gara menyaksikan itu semua. Gara yang memeluk Ethan menghadap ke arah pintu pun tiba-tiba kaget dan melepas pelukannya, mereka bertiga pun saling beradu pandang, bingung bagaimana menjelaskannya.
~segala ketidak mungkinan bisa menjadi senjata yang mungkin melukai dirimu sendiri, di saat hati masih tak siap untuk menerima kenyataan~ Nugraha Cakrawala
KAMU SEDANG MEMBACA
Terbalik "kisah Gara"
Teen FictionMalam itu menjadi malam paling sulit yang di hadapi oleh Nugraha Cakrawala atau yang biasa disapa Gara . Bagaimana ia bisa melewati malam itu adalah berkat keenam saudara nya yang telah bertaruhkan perasaan , doa dan uang yang digunakan untuk diagn...