26. SURABAYA

10 13 11
                                    

"Aku kembali menginjakan kaki di masa lalu."

***

Langit malam mulai menguasai semesta, dari dalam Kereta Api Starla memandang gemerlap bintang yang bertaburan diangkasa. Sesekali Starla menghembuskan nafas berat ketika mendapati beberapa pesan beruntun dari Rakha, pria itu tak henti-hentinya menghubungi dirinya dan Starla sedartadi masih bisa menahan dirinya untuk tidak membalas pesan pria itu.

Anggap saja bahwa kini mereka sedang belajar untuk hidup tanpa kehadiran satu sama lain, toh juga memang seharusnya seperti inikan? Dan pada suatu hari nanti hari dimana mereka benar-benar harus hidup tanpa berdampingan akan terjadi, pasti terjadi.

Tapi jika dipikir-pikir kembali apakah ini tidak terlalu berlebihan? Ah sudahlah, yang terpenting sekarang Starla harus menghilangkan perasaannya pada Rakha entah dengan cara apapun itu sekalipun dia harus menjauhkan pria itu maka ia akan lakukan.

"Biarkan aku membiasakan diri tanpamu sebelum hari itu benar-benar terjadi."

***

Starla bisa melihat dari kejauhan sosok pria paruh baya dan wanita yang mendampinginya sedang tersenyum ke arah dirinya yang baru saja keluar dari stasiun kereta, perjalanan yang ditempuhnya kurang lebih 10 jam itu kini berhasil membuat Starla kembali menginjakkan kaki di kota kelahirannya, Surabaya.

Kakinya berjalan perlahan mendekat kearah kedua orang tuanya dengan senyum yang manis, sudah lama ia tak melihat Papanya.

"Sini biar mama bawain, pasti kamu cape." Ujar Lasti mengambil alih koper Starla.

Karna Starla berangkat jam 4 sore maka ia kini tiba sekitar jam 2 pagi, suasana di tengah perjalanan tentu saja sangat sepi, hanya segelintir pedagang yang masih berjuang untuk mencari nafkah demi keluarga mereka.

"Tiara kenapa gak ikut?" setelah cukup lama hening di perjalanan, Starla akhirnya membuka suara dengan menanyakan keberadaan adik tirinya itu.

"Papa sengaja gak ngajak dia karna besok kita kan mau ke gereja bareng, kasian kalau dia ngantuk disana." Jawab Bayu sambil tetap fokus menyetir mobilnya.

Starla hanya mengangguk saja menanggapi jawaban dari Papanya, lagian untuk apa juga adiknya ikut? Toh hubungan mereka bisa dibilang tidak terlalu akur.

"Oh ya, kamu mau makan apa? biar nanti kita beli di jalan, kayanya ada beberapa warung yang masih buka." Tawar Lasti melihat sekeliling untuk mencari warung yang masih buka.

"Aku udah makan kok Ma di Kereta." Jawab Starla.

Hening, suasana kembali hening setelah mendengar jawaban dari Starla. Hanya suara deru mobil mereka yang mengiringi perjalanan larut malam kali ini, Starla memilih untuk menyandarkan kepalanya dikaca mobil sambil menatap keluar jendela melihat terangnya jalan yang dihiasi lampu.

Sinar mentari masuk melalui celah-celah jendela kamar yang sederhana namun sangat luas untuk ditempati seorang diri. Starla perlahan membuka matanya membiasakan dirinya dengan suasana yang sangat jauh berbeda ketika ia berada di Jakarta atau lebih tepatnya di kamar kost nya. Suasana yang begitu luas dan hawa yang begitu berbeda membuat ia menghembuskan nafas pelan sembari tersenyum, sudah lama ia tak merasakan kenyaman kamar ini.

Kaki jenjang itu lalu bergegas memasuki kamar mandi yang ada di kamarnya, mulai membersihkan diri untuk bersiap-siap melakukan ibadah rutin setiap hari minggu. Sebenarnya ia ingin sekali lanjut tidur, tapi pasti Papanya akan marah mengingat bahwa beliau sangat taat pada agama.

Saat keluar dari kamarnya dengan penampilan yang sudah rapi, Starla bisa melihat empat orang sudah duduk di meja makan untuk menikmati sarapan hari ini, hanya dirinya yang masih berdiri dengan segera gadis itu mengambil posisi.

HAI TUAN (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang