31. JAKARTA

9 8 0
                                    

"Kamu adalah ketidak pekaan yang selalu ku kagumi."

***

Setelah mendengar jawaban itu, percakapan mereka cukup sampai disana. Gavin sebenarnya ingin bertanya mengapa gadis itu tiba-tiba menanyakan hal yang bersifat dekat padahal mereka berdua tau bahwa keduanya itdak mempunyai hubungan sedekat itu. Namun Gavin memilih diam membiarkan semua berlajan begitu saja.

Sementara Starla, gadis itu terdiam dengan lagu yang menyertai kupingnya, lagu yang terdengar di earphone miliknya seolah menghasutnya untuk enggan memalingkan wajah dari kaca jendela, menatap langit biru.

Matahari perlahan tenggelam membiarkan bulan menggantikan posisinya dan Starla masih betah membiarkan pandangannya jatuh pada langit-langit yang perlahan menghitam.

"Leher lo bisa patah kalo begitu terus." Ujar Gavin melihat tingkah Starla sedaritad seperti seseorang yang enggan hidup.

Kalimat Gavin kalah dengan suara music yang masih menguasai pendengaran Starla.

"Ck, serah lo deh." Ujar Gavin.

"Lagian ngapain juga gue perhatian sama dia?"

Malam semakin larut perlahan mata Gavin juga mulai memberat, ia lalu melihat ponselnya dan melihat waktu, pukul menunjukan 21.45 pantas saja matanya terasa sangat mengantuk. Ia lalu meneluarkan power banknya dan mencharge ponselnya agar bisa digunakan besok pagi.

Ia mengatur posisi senyaman mungkin dalam duduknya, menyenderkan badannya dan melipat kedua tangannya didepan dada untuk mencari kenikmatan dan tak lupa memakai topi yang menyatu di jaketnya untuk menutupi wajahnya yang akan tertidur.

Namun gerakan memejamkan matanya terhenti ketika merasakan pundak kanannya ditimpa oleh sesuatu, ia terdiam sejenak dan perlaha melihat dari ujung matanya, Starla.

Perlahan ia mengubah posisi kepalanya untuk melihat sepenuhnya gadis yang tertidur di pundaknya, wajah yang begitu tenang. Ia tersenyum dalm diam.

Gavin perlahan membuka matanya lalu menyadari posisi kepalanya yang menumpuk pada kepala Starla, ia menatap langit cerah dari luar jendela matanya kembali menatap gadis yang masih terlelap dipundaknya. Tangannya yang ragu kini perlahan menyingkirkan anak-anak rambut yang menghalangi wajah gadis itu.

Sekuat tenaga Gavin menahan senyumnya lalu memikirkan sesuatu, dengan segera ia mengeluarkan ponsel didalam tasnya lalu mengambil beberapa foto Starla yang masih tertidur dengan lelap.

Ia kembali melihat foto-foto itu, merasa masih ada yang kurang gavin kembali mengarahkan kamera pada mereka, kali ini mereka berswafoto.

Tawa kecil Gavin melihat hasil foto terakhir itu nampaknya membaut kesadaran Starla terganggu. Menyadari hal itu denga segera ia memasukan ponselnya dan memasang ekspresi seolah tidak terjadi apa-apa.

Sementara itu, Starla yang baru membuka matanya dibuat kaget karna posisi kepalanya yang berada di kepala Gavin, denga segera ia menjauh.

Starla melihat Gavin dengan panik dan tak percaya, apakah semalamam ia tertidur di pundak pria itu?

"Apa?" tanya sinis Gavin melihat tatapan terkejut dari Starla, awas aja jika gadis itu menyalahkan dirinya atas insiden ini.

"Se-sejak kapan gue tidur di pundak lo?" tanya Starla dengan ragu dan malu.

"Sejak lo tidur." Jawab Gavin penuh penekanan lalu berlagak memijit bahunya.

Starla yang mendengar jawaban itu hanya memasang wajah kaku sambil menggaruk-garuk kecil tengkuknya karna merasa tidak enak.

HAI TUAN (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang