39. JANUARI

6 4 0
                                    

"Pada akhirnya gue yang bakal menang"

***

Pagi harinya kedua gadis itu tengah berkemas untuk persiapan pulang. Inggit menghirup udara segar dipagi hari dan menghembuskannya dengan perlahan, ia merentangkan tangan melepas rasa kantuk yang masih bersemayam.

"2021, gue siap ngadepin apapun yang bakal terjadi!" tantangnya pada diri sendiri.

Starla hanya menggelengkan kepala melihat tingkah sahabatnya, bukan Inggit namanya jika tidak dramatis.

Gadis itu berdiri disamping Inggit memandangi lautan luas, menghela nafas pelan untuk membebaskan segala sesak di dadanya, "Gak kerasa udah ganti tahun aja."

"Cieee yang bulan ini ulang tahun." ucap Inggit mencolek dagu Starla bermaksud menggoda.

"Apaansih."

"Bentar lagi ada yang mau 18 tahun nih.'

Starla hanya terkekeh mendengar godaan dari Inggit.

"Oh iya." Starla menoleh kearah Inggit yang menggantung kalimatnya, "Gue baru sadar kalau tanggal lahir lo sama Rakha tu sama, sama-sama 8 januari."

Mendengar hal itu membuat Starla menghela nafas, "Iya gue tau."

"Lo gak ada niatan buat ngerayain berdua sama dia?"

Mendengar hal itu membuat Starla menatap Inggit dengan bingung, "Lo sekarang ngedukung gue?"

"Ck, bukan ngedukung. Anggap aja itu sebagai ucapan perpisahan untuk hati lo sebelum ngelepasin dia." Jelas gadis itu membuat Starla berfikir.

Inggit memegang bahu Starla, "Gue gak ngelarang lo untuk suka sama siapapun termasuk Rakha, tapi bukan berarti gue juga ngedukung lo sama dia. Secepatnya, tolong lo lupain dia."

***

Tawa riang kedua gadis itu mengiri perjalanan mereka di koridor menuju kelas, keduanya berangkat bersama karna semalam Starla menginap di rumah Inggit. Hingga keduanya sama-sama terdiam ketika melihat seorang pria yang sedang berdiri bersandar ditembok depan kelas mereka dengan tangan yang dimasukan ke dalam saku celana.

Inggit melihat Starla sejenak begitupun sebaliknya, tampaknya Starla mengerti tatapan apa yang dilayangkan Inggit pada dirinya, 'Ngapain Rakha ada disini?' Starla mengangkat bahunya tanda tak tau.

"Hai" sapa pria itu dengan senyum manisnya.

"Selamat tahun baru." Lanjut Rakha mengulurkan tangan pada Starla.

Starla membalas senyuman Rakha lalu menjabat tangan pria itu, "Selamat tahun baru juga."

"Lo gak mau ngucapin gue?" sindir Inggit pada sepupunya.

Pria itu terkekeh, "Selamat tahun baru ya." Ujarnya namun tidak mengulurkan tangan pada Inggit.

"Hmmm, kalau gitu gue masuk duluan." Pamit Inggit yang peka jika memang ada sesuatu yang mau disampaikan Rakha pada Starla.

Kini hanya ada mereka berdua, Starla berjalan dan duduk di bangku depan jendela kelasnya diikuti dengan Rakha yang duduk disampingnya.

"Gimana acara makan-makannya?" tanya Starla memulai perbincangan.

Rakha menunduk menyembunyikan kekehannya, "Seru, gue gak nyangka ternyata Yasmine cepet akrab sama nyokap gue."

Starla tak menanggapi apapun, ia hanya diam menyimak raut wajah Rakha yang berseri-seri ketika bercerita tentang hal itu.

"Oh iya, maaf gue gak bisa ngucapin natal, di dalam agama gue katanya lebih baik jangan." Lanjut Rakha.

Starla tersenyum lirih, "Iya gapapa, santai aja. Lagian lo gak punya kewajiban untuk ngucapin gue natal." Ujarnya diakhiri dengan kekehan.

Mendengar hal itu membuat Rakha juga ikut terkekeh, "Oh iya, nanti pulang sekolah lo mau kemana?"

Starla sejenak berfikir, "Kayanya gak kemana-kemana sih."

"Ya udah lo pulang sama gue ya, ada yang mau gue omongin soalnya. Byee" Ujar Rakha sekaligus berpamitan sebelum Starla menyetujui ajakannya.

"Ta-" Starla hanya bisa menghela nafas karna pria itu sudah menjauh dari pandangannya.

***

Jam pulang sekolahpun tiba, kini kedua gadis itu sedang mengemasi barang-barang mereka.

Inggit melirik Starla sejenak, "Lo jadi pulang bareng Rakha?"

"Iya." Jawab Starla seadanya.

Inggit lalu menoleh kaarah luar jendela dan tak sengaja melihat pria yang sedang berdiri didepan kelas mereka namun bukan Rakha, "Kak Gavin ngapain di depan kelas?"

"Hah? Gavin?"

"Tuu." Ujar Inggit menjawab pertanyaan Starla, menunjuk kea rah luar jendela menggunakan bibirnya.

"Nyari lo kali"

"Ngapain dia nyari gue?" tanya Inggit yang heran dengan pendapat Starla.

"Siapa tau dia disuruh sama kak Dion." Mendengar hal itu membuat Inggit berfikir sejenak, "Ngaco! Jelas-jelas dia nyari lo."

"Aneh banget, ngapain coba dia nyari gue?"

Inggit menghela nafas jengah dengan perdebatan mereka, ia lalu berdiri dan menarik tangan Starla, "Ayo kita buktiin." Ujarnya lalu mereka berdua keluar untuk menghampiri pria itu.

Inggit tersenyum ramah ketika sudah sampai tepat didepan pria itu, "Hai kak."

Sementara Starla memalingkan wajahnya, ia masih kesal karna kejadian natal kemarin.

"Lo nyari Starla kan?" lanjut gadis itu yang mendapat tatapan tak terima dari orang yang bersangkutan.

"Gak mungkin, lo nyari Inggit kan karna di suruh kak Dion?" elak Starla.

Gavin tak memperdulikan ucapan Starla, ia menatap kea rah Inggit, "Makasih ya nggit udah bawa Starla ke gue." Ujarnya dengan senyum tipis.

"Tuh kan bener kata gue." Bisik Inggit, "ya udah kalau gitu titip Starla ya kak, gue balik duluan." Pamit gadis itu lalu beralri sebelum tangan Starla berhasil menahannya.

"Ck." Decak Starla kesal, ia kini harus berhadapan dengan Gavin.

"Ngapain lo nyari gue?" ketus Starla.

Gavin menghela nafas melihat sikap Starla yang semakin cuek pada dirinya, "Lo harus bersikap baik sama calon suami lo."

Mendengar hal itu dengan segera Starla menutup mulut Gavin dengan tangannya lalu melihat sekelilingnya, "Lo apa-apaan sih! Kalau orang lain denger gimana?" ujarnya berbisik dan melotot ke arah Gavin.

Gavin hanya tersenyum miring ketika melihat ekspresi panik dari gadis itu, ia lalu memegang tangan Starla yang masih menutup mulutnya, "Ya udah yuk pulang."

"Eeeehhh." Starla menahan langkahnya ketika pria itu menyeretnya untuk pulang.

"Apa?"

"Siapa yang bilang gue setuju pulang sama lo? Gak! Gue gak mau pulang sama lo."

"Gue gak butuh persetujuan lo." Gavin kembali menarik tangan Starla namun beberapa detik kemudian gadis itu merasakan bahwa ada tangan lain yang menariknya dari arah yang berlawanan.

"Dia pulang sama gue." Suara itu sontak membuat keduanya menatap ke arah Rakha.

Gavin tersenyum meremehkan lalu menatap tajam ke arah Rakha. Starla yang melihat itu mulai panik, takut jika Gavin mengucapkan kalimat yang sama sekali tidak diinginkannya kepada Rakha.

"Gu-gue ada janji sama Rakha." Gugup Starla menyela tatapan sengit keduanya.

"Lo dengerkan? Dia lebih milih gue daripada lo." Rakha menatap penuh kemenangan kearah Gavin lalu menyeret Starla pergi dari tempat itu.

Gavin hanya bisa melihat punggung keduanya yang berjalan menjauh, ia lalu memasukan kedua tangannya ke saku celana, "Pada akhirnya gue yang bakal menang."

TBC

Jangan lupa vote, komen dan share ya😊

HAI TUAN (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang