2. OBJEK

64 39 40
                                    

"Apakah benar itu sebuah senyuman? Oh itu sangat manis tuan."

***

   Malam hari menyelimuti sang bumi, Starla kini sedang memandang langit-langit kamarnya setelah beberapa tugas telah ia selesaikan. pikirannya sejenak beristirahat sambil memejamkan mata, namun beberapa detik kemudian ia terkejut dengan bayangan yang ada di dalam kepalanya.

"Gak! Gak boleh, gue gak boleh mikirin dia."

Ternyata otaknya kini dipenuhi oleh kejadian tadi siang, gadis itu terduduk sambil memegang kepalanya."Nggak, nggak boleh, apa-apan niiii" hatinya tak karuan.

Starla berjalan menuju cermin, melihat pantulan dirinya "Inget Star, lo gak boleh suka sama siapapun, lo harus move on tanpa jatuh cinta lagi! Lo bukan tipe orang yang gampang jatuh cinta!" tegasnya pada diri sendiri.

Ia kembali menatap langit-langit kamarnya menghembuskan nafas perlahan sambil memejamkan mata, "AKKHHH SIAL KENAPA GUE BEGINI SIIIIIIHHH" frustasinya memukul dan menendang udara ketika pria itu kembali muncul mengulang kejadian manis tadi.

Pagi harinya Starla kini sudah berada didalam bus untuk menuju ke sekolah, kali ini ia agak sedikit terlambar karna semalaman penuh gadis itu tak bisa tidur, fikirannya terus saja terganggu. Sedaritadi ia juga jengah dengan nada deringnya yang terus saja berbunyi memunculkan nama Inggit di ponselnya.

Starla berlari kencang ketika melihat pintu gerbang yang hampir ditutup oleh satpam sekolah."PAK KEMAL TUNGGUUUUU" teriak gadis itu berlarian.

"Aduh" saat hendak memasuki pintu gerbang yang sudah setengah tertutup itu, ia justru bertabrakan membuat dirinya terhimpit oleh gerbang.

"Eh sorry sorry" suara itu membuat Starla lantas menoleh memastikan siapa yang berbicara, benar saja dugaanya, ia tertegun sejenak lalu dengan cepat berlari memasuki lingkungan sekolah.

"Napa dia sih yang gue temuin" kesal Starla.

Keberuntungan masih memihak kepadanya karna guru yang mengajar belum masuk ruangan, "Syukurlah" ujarnya.

Plak

Satu pukulan mendarat di bahu Starla, "Dari mana aja lo?"

Plak

"Gue telfonin dari tadi gak diangkat-angkat."

Plak

"Sengaja lo buat gue khawatir hah?"

"Udah-udah-udah amppuuuunn" Starla menahan tangan Inggit yang hendak kembali memukul, sudah bisa dipastikan bahwa bahunya kini merah.

"Tadi gue telat bangun gara-gara semaleman gak bisa tidur, yaaaa emang sengaja sih gue gak angkat telfon lo karna ribet tau gak, gue lagi di bus" jelas Starla.

"Tumben lo gak bisa tidur, lo mikirin apa?"

"Jangan bilang lo mikirin...."

"Nggak, gue gak mikirin apa-apa, yaaaa karna tugas menumpuk jadinya gue minum kopi dan alhasil gak bisa tidur deh" tentu saja Starla berbohong.

"Awas aja lo mikirin dia" ancam Inggit.

"Iyaaaa Inggit cantik." Inggit hanya tersenyum lebar, ia sadar bahwa dirinya sangat cerewet apalagi ketika menyangkut tentang Starla tapi ini semua ia lakukan karna ia saying dengan sahabatnya.

Jam berlalu, kini menunjukan pukul 10.00 waktunya istirahat.

"Lo mau pesen apa?" tanya Inggit, mereka sudah berada di kantin.

"Apa ya? Bakso aja deh" jawab Starla yang sudah menentukan pilihannya.

"Yeuuu sok-sok mikir ujung-ujungnya tetep sama, bakso. Lama-lama muka lo kaya bakso."

HAI TUAN (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang