48. RAKHA DAN YASMINE

12 7 0
                                    

"Kalau dia lebih penting dari pada aku, untuk apa kita pacaran?"

***

"Assalamualaikum." Salam Rakha dengan suara pelan ketika membuka pintu rumahnya yang nampak sepi.

Pria itu tak menemukan siapapun di rumah, wajar saja karna ini masih jam kerja pasti ibunya sedang berada di kantor.

Setelah menunaikan sholat ashar, Rakha kini sedang bersiap-siap untuk bermain basket di lapangan komplek. Semenjak kenaikan kelas, kelas 12 dilarang melakukan kegiatan apapun yang berhubungan dengan organisasi dan mulai saat itu Rakha jadi sering bermain di lapangan kompleknya.

Bagi Rakha, basket adalah kegiatan yang tidak akan bisa ia lepaskan dari kehidupannya. Bola basket adalah benda yang sangat berharga untuk dirinya. Selain bisa melakukan kegiatan yang menyehatkan, gerak yang ia ciptakan dalam permainan ini mampu membuat dirinya melupakan segala gundah di dalam hatinya. Bagi Rakha, bermain bola basket bukan hanya sekedar kegiatan untuk mengisi waktu luang namun juga obat untuk dirinya.

Keringat disekujur tubuh Rakha menandakan bahwa pria itu ssangat bersenang-senang dengan bola basketnya, beberapa pemain dari kompleknya pun sama.

"Gue balik dulu ya." Ujar salah satu teman kompleknya yang berambut plontos karna baru saja mengikuti ospek.

"Oke." Ujar Rakha dan yang lainnya dengan posisi terduduk untuk mengatur nafas mereka.

"Gue juga deh, takut ntar mak gue marah." Ujar salah satunya lagi karna hari mulai gelap.

Beberapa dari mereka perlahan meninggalkan lapangan dan kini hanya sisa Rakha seorang. Pria itu memandang jauh bola basket yang bergelinding lalu menghela nafas seblum bangkit mengambil bola itu dan bergegas untuk pulang.

Sesampainya dirumah, Rakha sudah melihat mobil yang terparkir disamping motornya yang berarti Sekar sudah pulang kantor.

"Assalamualaikum." Salam Rakha dengan singak lalu bergegas menuju kamarnya. Namun langkah itu terhenti ketika Sekar menyauti dirinya, "Waalaikumssalam, jangan menghabiskan waktu untuk main basket, kamu sudah kelas 12, persiapkan dirimu untuk kelulusan."

Rakha hanya menghela nafas berat tanpa berniat meliaht atau menjawab mamanya, "Dan jauhi gadis beda agama itu." Mendengar hal itu sontak membuat Rakha menoleh.

"Maksud mama Starla?"

"Mama gak peduli siapa namanya, yang mama mau kamu jauhin dia!" tegas Sekar lalu masuk ke kamar meninggalkan Rakha yang sedang menahan emosi.

"Ck!" pria itu berdecak kesal lalu berjalan dengan gusar menuju kamarnya.

Ia tau mamanya tidak suka jika dirinya berteman dengan yang beda agama, ia juga sudah dapat menebak siapa yang memberi tau mamanya tentang Starla.

Belum reda amarah Rakha, pria itu lagi-lagi menghembuskan nafas kasar ketika mendapati selembar kertas yang bertulisan 'Penerimaan Tamtama Polri' dengan kesal tangannya melempar kertas itu kesembarang arah.

Pagi harinya, sepanjang perjalanan Rakha hanya terdiam membiarkan suasana hening menyelimuti antara dirinya dan juga kekasihnya.

"Kamu kenapa dari tadi diem?" tanya Yasmine yang mulai merasa heran. Bahkan ketika muncul pertanyaan dari gadisnya, Rakha masih tetap membisu. Bahkan ketika mereka telah sampai hingga keduanya turun dari motor, Rakha masih tetap terdiam.

Yasmine yang merasa geram dengan tingkah Rakha lantas menahan tangan pria itu agar tak pergi meninggalkannya, "Jelasin dulu! Kamu kenapa?"

Pria itu meghela nafas kasar lalu memandang ke arah lain untuk beberapa detik dan kembali menatap Yasmine, "Kamu gak merasa bersalah?"

HAI TUAN (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang