18. TATAPAN PENUH KASIH

19 16 0
                                    

"Untuk pertama kalinya, aku tidak menyukai senyumanmu."

***

"Huuffttt" suara helaan nafas dengan hempasan tubuh berasal dari Starla, setelah acara yang begitu melelahkan ia baru diperbolehkan pulang pada pukul 18.30. Ia merentangkan tangannya, menyapu kasurnya dengan gerakan tangan yang naik turun masih dalam posisi tertidur, perlahan ia memejamkan matanya lalu sepenggal memori terlintas dipikirannya.

"SELAMAT KEPADA SMA 3 JAKARTA." Suara itu menggema seantaro Lapangan Pemuda, seorang pria kini dengan gagahnya berdiri dan memegang piala mengangkat tangannya tinggi-tinggi atas kebanggan yang ia raih.

"Kau sangat indah." Gumam Starla melihat hasil tangkapan gambar dari kameranya, lalu kembali mengambil beberapa foto kebersamaan tim kebanggaan mereka.

Sorak-sorak itu perlahan menghilang meninggalkan beberapa orang yang masih memberikan selamat pada tim pemenang. Starla kini duduk di tribun untuk mengistirahatkan dirinya setelah mengobrol dengan Tio dan Zidan beberapa kali sebelum ia memutuskan untuk memisahkan diri.

Senyumannya tak pernah luntur sedikitpun ketika melihat foto-foto yang ia hasilkan, begitu mengagumkan. Fokusnya seketika buyar ketika sebuah benda dingin menyentuh pipinya, dengan segera ia melihat siapa pelaku itu.

"Hei." Ujarnya gusar lalu dengan segera mematikan kameranya dan segera mengambil minuman dingin yang masih berada dekat di pipinya dari tangan Rakha.

Terdengar suara helaan nafas lega dari pria itu ketika ia duduk disamping Starla, "Selamat ya." Ucapnya mengulurkan tangan pada Rakha.

Rakha tersenyum miring melihat tangan yang mengulur padanya dengan segera ia menyambut tangan itu, "Makasih udah dukung gue." Ujarnya dengan senyum yang merekah.

"Gue dukung sekolah kita, bukan dukung lo doang." Dalih Starla meneguk minumannya.

Rakha menatap dengan senyum tak percaya lalu mendekatkan wajahnya sedikit lebih dekat pada gadis itu, "Gue perhatiin dari tadi kamera lo ngarah ke gue doang."

Starla menahan minumannya ditenggorokan ketika merasakn hembusan nafas pria itu menyapu lembut bulu-bulu kecil pada pipinya, ia menoleh perlahan menemukan wajah sempurna milik Rakha yang sudah tepat didepan matanya. "Ge-er." Dengan segera ia menghempaskan wajahnya kearah lain, tak sanggup mendapat jarak sedekat itu.

"Coba sini gue liat kamera lo." Rakha hendak mengambil kamera itu dengan segera Starla melindungi miliknya.

"Gak boleh, ntar juga lo liat hasilnya di web sekolah." Tolak Starla.

"Gue mau liat sekarang." Keukeh Rakha dengan posisi tangan yang masih berusaha meraih kamera milik gadis itu.

"Nggak boleh."

"Boleh." Rakha semakin menghampus jarak diantara mereka, tangannya kini sudah melingkar sempurna di sisi tubuh Starla, jika diperhatikan lebih teliti, posisi meeka seperti sedang berpelukan.

"Nggak." Masih dengan posisi duduknya hanya badan Starla yang semakin kebelakang untuk menjauhkan diri dari lingkar tangan Rakha yang masih berusaha untuk mendapatkan kameranya.

Keduanya sama-sama terkejut ketika badan Starla hampir jatuh untung saja Rakha bisa dengan sigap menangkap tubuh gadis itu, kini tangan Rakha benar-benar melingkar sempurna ditubuhnya. Terdiam, mereka saling menatap satu sama lain, Starla merasa bahwa nafasnya tak bisa keluar dengan jarak sedekat ini.

"Lo hampir jatuh." Suara lembut itu menyadarkan Starla dengan segera ia memperbaiki posisi duduknya begitupun dengan Rakha yang nampaknya kini sudah menyerah memperebutkan kamera itu dengan dirinya.

HAI TUAN (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang