49. MENATAP LANGIT

15 9 4
                                    

"Maaf karna aku ada di hidupmu."

***

"Lo punya impian gak?"

Starla menatap jauh ke arah langit biru membayangkan impiannya, ia lalu mengangguk, "Iya, suatu saat nanti gue berharap bisa punya studio foto sendiri."

"Enak ya punya impian."

Mendengar hal itu membuat Starla menatap heran ke arah Rakha yang masih memandang langit, "Bukankah semua orang punya impian?"

"Tapi gak semua orang bisa mewujudkan impian." Jawab Rakha.

Mendengar hal itu membuat Starla tersadar satu hal, "Nyokap lo masih keukeuh nyuruh lo untuk daftar polisi?"

"Gue gak tau kenapa, sedaridulu nyokap tu terobsesi banget gue jadi polisi, dia bahkan gak pernah nanya gue mau atau gak."

"Hidup lo adalah hak lo, lo berhak nentuin kemana arah hidup lo, termasuk juga impian lo, lo berhak untuk ngewujudinnya." gadis itu menatap Rakha.

"Emang impian lo apa?" lanjut Starla bertanya.

Lagi-lagi Rakha terkekeh menertawakan dirinya, "Gue bahkan gatau impian gue apa."

"Tapi gue iri sama lo."

"Iri kenapa?" ucapan Starla tadi berhasil membuat Rakha menatapnya.

"Lo bisa dicintai orang yang lo cintai, gak semua orang bisa dapetin hal itu loh." Senyum Starla menyombongkan Rakha.

"Maksud lo Yasmine? Gue udah putus sama dia." Rakha kembali menatap langit seolah malas membahas hal ini.

Starla yang mendengar hal itu tentu tidak kaget karna ia sudah tau sedari awal, "Kenapa? gara-gara gue ya?"

Mendengar hal itu sontak membuat Rakha duduk dengan tegap dan menatap Starla dengan serius, "Emang apa salahnya sih kalau gue temenan sama lo? Gue nyaman kok sama lo, gue bahagia ada di deket lo, lo gak pernah nyusahin gue, kenapa nyokap harus ngatur pertemanan gue sama lo? Dan kenapa Yasmine harus gak suka sama sahabat gue?"

Entah mengapa kalimat yang di lontarkan Rakha membuat Starla ingin menangis, "Yasmine itu pacar lo, wajar kalau dia cemburu lo deket sama cewe lain. Lo juga tau kan nyokap lo benci sama orang yang beda agama."

"Jadi lo juga mau ngejauh?"

"Bukan, gue gak bermaksud ngomong gitu."

Starla menghela nafas meredakan gejolak di hatinya, "Semua yang terjadi sekarang ngebuat gue sadar, seharusnya gue gak masuk ke dalam hidup lo."

Mendengar hal itu membuat Rakha mengepalkan tangannya, "Terserah lo." Ujarnya dengan nada dingin dan pergi meninggalkan Starla.

Melihat langkah Rakha yang meninggalkan dirinya membuat Starla tak dapat memnahan tangisnya, ia menenggelankan isakannya, "Maafin gue, maafin gue karna ada di hidup lo."

***

Sore hari seperti biasa, Rakha menumpahkan emosinya melalu bola basket yang ia mainkan. Beberapa kali Rakha melepmar bola basket itu ke arah ring namun sekalipun bola itu tidak tepat sasaran.

Teman-teman mainnya yang lainpun merasa heran melihat tingkah Rakha kali ini, tidak biasanya ia tidak bisa memasukan bola basket ke dalam ring mengingat bahwa diantara mereka semua Rakhalah yang paling jago bermain basket.

"Kenapa hari ini Rakha cupu banget ya?"

"Iya gak biasanya dia kaya gitu."

Rakha terus saja melayangkan bola basket ke dalam ring, mengabaikan langit yang sudah gelap hingga menyisakan ia seorang.

HAI TUAN (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang