51. AKU DISINI UNTUK MU

14 7 0
                                    

"Aku harus berdoa pada tuhanmu atau tuhanku?"

***

Setelah menyanggupi perjanjian dengan Sekar, gadis itu kini bebas menatap langitnya yang sedang tertidur pulas. Seminggu terakhir ini ia selalu pulang menuju rumah sakit agar bisa terus berada di samping Rakha berharap ketika pria itu bangun maka dirinyalah orang pertama yang pria itu lihat.

Tak sekalipun Starla melewatkan obrolan tentang kesehariannya, menceritakan semua yang terjadi pada Rakha walaupun ia tau pria itu tak bisa menanggapinya, baginya melihat dan berbincang dengan Rakha walaupun dalam kondisi seperti ini sudah lebih dari cukup untuknya.

Walapun dirinya kerap sekali bolak-balik rumah sakit dan tentunya bertemu dengan Sekar namun taka da satupun komunikasi yang terjalin di antara keduanya, Sekar selalu mengabaikan keberadaaan Starla. Gadis itu hanya bisa menghela nafas melepas rasa sesak melihat perilaku wanita itu.

"Gue lagi bete." Starla kini memulai ceritanya.

"Kamera gue rusak gara-gara gak sengaja jatuh." Ujarnya dengan nada sedih.

"Tapi gue udah minta tolong Zidan untuk perbaiki, semoga aja gak lama."

Gadis itu sejenak terkekeh, "Biasanya lo yang paling cerewet, tapi sekarang gue."

"Lo kapan sadarnya sih?" lirihnya.

Tak hanya tentang dirinya, Starla juga sesekali menceritakan Yasmine yang akhir-akhir ini sibuk dengan pentas pianonya dan belum sempat menjenguk Rakha ke rumah sakit, ia bahkan berjanji pada pria itu untuk membawakan Yasmine pada dirinya.

"Katanya Yasmine mau dateng sekarang, lo tunggu aja ya." Senyumnya menahan sakit.

Waktu yang Starla habiskan bersama Rakha seolah begitu singkat, gadis itu mengerjapkan matanya tersadar dari tidurnya. Ia mendapati dirinya yang masih berada di rumah sakit dan tersadar dirinya tertidur dikursi dengan kepala yang berada di kasur Rakha bahkan tangannya memegang erat tangan pria itu.

Starla mengambil ponselnya untuk memeriksa waktu dan hari sudah gelap. Ia merentangkan tangannya dan merenggangkan badannya yang terasa sakit akibat posisi tidur tadi.

Pintu kamar itu terbuka membuat Starla dengan sigap berdiri menyambut Sekar yang datang, ia tersenyum dan setengah membungkuk untuk memberi hormat namun hanya tatapan datar yang ia dapatkan.

"Mmm saya pamit pulang dulu tante." Pamit Starla dengan kaku lalu mengambil tasnya dan siap melangkah keluar. Namun langkahnya terhenti ketika suara mesin yang terhubung ke tubuh Rakha berbunyi nyaring.

Tiiitttt Tiiittt Tiiiittt

Starla yang melihat hal itu sontak terkejut ditambah lagi tubuh Rakha yang mengalami kejang-kejang membuant ia berlarian panik menuju luar ruangan memanggil dokter, "DOKTERRRR, DOKTEEERRR, TOLONG!"

Sementara Sekar yang di dalam sibuk memencet tombol untuk pemanggil dokter.

Dokter dan dua suster lainnya berlarian menuju ruangan membuat Sekar keluar dan membiarkan mereka menyelamatkan nyawa anaknya.

Dengan harap-harap cemas keduanya kini menatap pintu itu. Sekar menyadari satu hal, "Pulang!"

"Tapi tan saya-"

"Saya bilang pulang ya pulang!" Starla tersentak dengan bentakan Sekar, dengan berat hati ia menghela nafas lalu membungkukkan badan singkat dan pergi.

Suara adzan seolah menyambut Starla saat ia keluar dari rumah sakit, dari kejauhan ia melihat mushola rumah sakit yang mulai didatangi orang-orang.

Ia memandang dalam diam mushola itu, mendengarkan hingga adzan berakhir, "Tuhan, tolong selamatkan Rakha." Entah Tuhan siapa yang ia maksud.

***

Pagi harinya Starla tak pulang sama sekali, semalaman dirinya tak bisa tidur dan terus menunggu di rumah sakit. Ia melihat dari kejauhan Sekar yang baru saja keluar dari kamar Rakha dengan segera kakinya melangkah, "Bagaimana kabar Rakha tante?"

Sekar hanya menghela nafas jengah lalu pergi meninggalkan Starla yang menunggu jawaban.

Melihat hal yang sudah biasa itu membuat Starla hanya bisa menghiraukannya lalu berlari menuju kamar Rakha untuk memastikan keadaan pria itu. Nafasnya kini berhembus dengan lega melihat pria itu masih baik-baik saja walaupun belum membuka mata.

Perlahan langkahnya mendekat, "Bagaimana keadaan lo?" dengan lembut ia mengusap kepala Rakha.

Hari ini Starla memutuskan untuk tidak sekolah dan terus berada di samping Rakha, ia sudah menghubungi Inggit untuk memberitahu guru bahwa dirinya izin. Sebenarnya Inggit sudah lelah dengan sikap dirinya yang terlalu berlebihan pada Rakha namun Starla juga tak bisa berpura-pura untuk tidak khawatir.

Sedaritadi gadis itu tak sekalipun memalingkan pandangannya dari wajah pucat milik Rakha, tangannya terus saja menggenggam tangan kekar milik pria itu.

"Gue disini untuk lo, tolong bangun." Air matanya jatuh tanpa izin ketika sudah lelah berharap akan kesadaraan pria itu, ia takut sungguh takut bahwa dirinya tidak dapat melihat senyum manis dengan lesung pipi samar-samar itu lagi.

Sore kembali menjelajahi bumi, senja kini terpancar dari balik jendela kamar rumah sakit. Starla membuka tirai itu lalu duduk di samping ranjang Rakha dan menatap ke arah luar.

"Liat deh, senjanya bagus." Ujar gadis itu.

Ia tersenyum ketika mengingat sekilas memori indah mereka, "Waktu di pantai ilalang lo bilang mata gue indah, ayo bangun dan lihat mata gue lagi."

Bahkan dalam kondisi Rakha yang seperti ini, Starla tetap terpesona dengan pantulan sinar mentari yang menerangi wajah indah pria itu. Starla memegang tangan rakha dan menyingkirkan dengan pelan rambut-rambut yang menghalangi wajah pria itu.

Pandangannya teralihkan ketika mendengar suara pintu yang terbuka, "Iya tante maaf ya Yasmine baru sempet jenguk sekarang."

"Iya gapapa, kamu kan sibuk sekolah." Timpal Sekar.

Melihat Yasmine yang datang bersama Sekar seolah mampu menyadarkan Starla bahwa ia tidak pantas disini, dengan segera ia melepas genggaman tangannya dari tangan Rakha dan berdiri untuk siap-siap pergi.

"Eh lo masih disini?' tanya Yasmine yang seolah tidak tau.

"Iya, gue bentar lagi pulang kok." Ujar Starla berjalan menuju tasnya yang terletak di sofa.

Starla pamit tanpa suara.

Baru saja hendak menjauh dari pintu itu, suara Yasmine membat langkahnya tertahan, "Gue mau ngomong sama lo."

Kedua gadis itu kini terduduk didepan ruangan Rakha menatap lurus kea rah depan.

"Apapun yang terjadi, gue bakal buat Rakha balik sama gue." Ujar Yasmine membuka obrolan.

Starla hanya terdiam mendengarkan ucapan gadis di sebelahnya, "Gue udah denger semuanya dari tante Sekar, gue berharap besok lo gak jadi benalu di antara kita."

Starla menghela nafas, "Jaga dia baik-baik." Hanya itu yang ia ucapkan lalu bersiap untuk pulang.

"Yasmine, Rakha sadar!" sontak membuat Yasmine dan Starla terkejut ketika mendengar ucapan Sekar yang baru saja keluar dari ruangan. Dengan segera kedua gadis itu berlari masuk.

"Kamu sudah tidak punya hak lagi berada disini." Sekar menahan tangan Starla yang hendak masuk ke dalam ruangan.

"Tepati janjimu!" Ujar Sekar lalu masuk ke dalam ruangan.

Berakhirlah Starla yang kin hanya bisa menatap send uke arah pintu ruangan Rakha, berharap ada sedikit celah untuk melihat mata itu terbuka lagi, namun pintu itu memang sudah tertutup rapat.

TBC

Jangan lupa vote, komen, dan share yaaa

Ig: rshntds_18

HAI TUAN (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang