Selamat ulang tahun SayaKlesia 🥳
Ntar Maminces suruh Lutfi beliin kue di toko mantannya ya🤤***
Cinta pertama memang membekas lama. Selain move on nya juga susah, cinta pertama lebih berpotensi besar juga untuk menyakiti. Beberapa orang mungkin menjadikan ayah lah sosok cinta pertama itu. Tapi bagi sebagian orang lainnya, ayah adalah luka pertama mereka.
Tidak semua orang beruntung dalam cinta pertamanya. Termasuk Lutfi Khair Shazad. Pria 27 tahun yang sudah bertunangan dengan wanita yang ia pilih sendiri. Tapi hatinya sama sekali belum lupa akan masa lalunya, cinta pertamanya.
Zafhirah, seorang gadis cantik yang pernah menjadi cinta pertama Lutfi 5 tahun silam. Hanya bertahan setahun, hubungan mereka bubar jalan karena Lutfi dituntut untuk menikahinya. Bukan oleh gadis itu, tapi oleh orangtua gadis itu.
Lutfi yang belum kepikiran untuk menikah tentu saja menolak. Baginya di usia 22 tahun menikah untuk seorang pria cukup muda. Lutfi masih kuliah saat itu dan ada tanggung jawab juga yang akan ia pikul.
Sebagai pewaris tunggal kerajaan bisnis keluarganya, Lutfi juga seleksi dalam memilih pasangan hidup. Tapi entah kenapa, setelah hubungannya dengan Zafhirah selesai, Lutfi malah semakin penasaran dengan gadis itu.
"Bapak masih perlu sesuatu?" tanya seorang gadis berkerudung dengan lembut.
Lutfi mengerjap dan menggeleng pelan. Ia menatap gadis itu dengan menelisik penampilannya. Aolani. Gadis yang Lutfi pilih untuk menjadi pendamping hidupnya. Gadis cantik yang sudah menjadi asisten pribadi Lutfi sejak 2 tahun lalu.
Aolani adalah asisten terlama yang bekerja dengan Lutfi. Semenjak menjabat sebagai CEO baru, Lutfi sudah terhitung 10 kali mengganti asisten. Aolani gadis yang ke-10 itu. Bukan karena Lutfi kurang ajar. Tapi gadis-gadis itu yang merendahkan diri untuk bisa Lutfi nikmati.
Tidak. Jangan salah paham dulu. Lutfi tidak sampai meniduri semuanya. Paling hanya 3 dari 10 orang itu yang pernah ia buat mendesah. Dan kini ia berakhir pada Aolani. Gadis yang membuat Lutfi berhenti menikmati keindahan lekuk tubuh seksi seperti sebelum-sebelumnya karena pakaian kerja gadis itu sungguh tertutup dan sopan. Tapi tidak menutupi kecantikannya.
"Nanti malam kamu ada acara?" tanya Lutfi saat Aolani selesai dengan pekerjaannya.
Posisi meja kerja mereka yang saling berhadapan di dalam ruangan Lutfi memudahkan pria itu untuk selalu mencuri lihat pada Aolani.
"Hm, gak ada, Pak. Kenapa?"
"Kita dinner," kata Lutfi yang diangguki saja oleh Aolani.
Aolani kembali mendekati meja kerja Lutfi bersamaan dengan pria itu yang beranjak untuk pergi. Aolani meletakkan sebuah map di meja Lutfi, lalu melangkah lagi kembali ke meja kerjanya. Lutfi sudah lebih dulu meninggalkan ruangan kerja. Aolani menyusul setengah jam setelah itu karena ia harus memeriksa beberapa berkas lagi.
Usai dengan pekerjaannya, Aolani keluar dan menyapa sekretaris Lutfi. Wanita berusia 40 tahun itu ramah dan selalu membantu pekerjaan Aolani selama bekerja di sini. Wanita itu sudah bekerja hampir 15 tahun di sini. Sejak dari ayah Lutfi menjabat sebagai CEO, sampai jabatan turun ke Lutfi, ia tidak tergantikan karena kinerjanya.
"Bu Neli belum selesai?" tanya Aolani.
"Sedikit lagi. Kamu duluan aja," suruh wanita itu.
Aolani berpamitan dan melangkah menuju lift. Ia menghela napas berulang kali guna menyingkirkan kegelisahan di hatinya. Perasaan ini sudah ia rasakan sejak siang tadi saat tak sengaja menatap Lutfi tengah mengobrol dengan salah satu karyawan di sini. Bagian Humas.
"Gak boleh mikir aneh-aneh, Ao. Kali aja itu cuma soal kerjaan," gumam Aolani pelan.
"Tapi mereka tatap-tatapan. Ketawa juga. Kayak teman akrab. Jangan-jangan..."
Aolani menggeleng mendengar sisi lain dirinya yang ikut mengompori. Lift terbuka, lalu Aolani melangkah di lobi. Aolani ingat kalau sore ini ia ada janji dengan sahabatnya untuk membeli kue ulang tahun.
Setelah memasuki mobil, Aolani menuju toko kue langganannya 2 tahun belakangan ini. Kue untuk ulang tahun keluarganya juga ia pesan di sini. Selain rasanya enak, pemilik toko kue juga ramah dan sudah akrab dengan Aolani.
***
Lutfi menggeliat pelan saat alarm ponselnya berbunyi. Ia membuka mata dan meraih benda pipih itu, lalu mematikan alarmnya. Lutfi melirik jam yang tertera di sana. Pukul 8 malam. Ia segera beranjak dari kasur untuk bersiap karena malam ini akan dinner dengan Aolani.
Semenjak bertunangan 2 bulan yang lalu, ini adalah kali pertama mereka makan malam berdua. Biasanya aka nada para orangtua yang menemani. Lutfi tidak tahu apakah nanti akan canggung atau bagaimana. Tapi yang ia ingat, Aolani selalu saja ada topik untuk mereka bahas jika sedang mengobrol. Itu di kantor, tidak tahu nanti.
Usai bersiap, Lutfi pamit ke ibunya yang tampak senang saat mengetahui sang putra akan dinner romantis dengan calon menantu. Wanita itu berharap Aolani benar-benar pelabuhan terakhir Lutfi. Ia ingin anaknya itu berubah menjadi lebih baik lagi.
Lutfi tiba di tempat yang ia pilih. Aolani sudah tiba lebih dulu sejak 5 menit yang lalu. Gadis itu sudah mengabari Lutfi dan menunggunya. Lutfi memasuki restoran mewah itu dengan langkah ringan. Sesekali ia menyusuri setiap sudut di mana pelanggan cukup ramai malam ini.
"Zaf?"
Lutfi menghentikan langkahnya saat melihat seseorang yang ia kenal. Ia menelan ludah ketika gadis itu mendekat dan memeluk lengannya. Wajahnya sedikit pucat dengan raut yang gelisah.
"Kamu kenapa?"
"Lutfi, kebetulan banget aku ketemu kamu di sini. Aku boleh minta tolong? Bawa aku keluar. Aku takut."
"Takut kenapa? Di sini ramai, Zaf."
"Gak. Aku ngerasa ada seseorang yang lagi ngikutin aku."
"Siapa?"
"Gak tahu. Aku lagi nunggu suamiku. Tapi aku takut banget."
"Suami kamu mana?"
"Masih di jalan. Kejebak macet."
Zafhirah, gadis yang menjadi cinta pertama Lutfi. Gadis yang sampai saat ini masih membayanginya meski gadis itu sudah menikah.
"Oke, ayo," Lutfi membawa Zafhirah keluar dari resto.
"Halo, Mas? Kita pindah tempat aja ya. Aku kayak diikutin orang di sini. Kamu nanti langsung ke tempat yang aku pilih aja."
Zafhirah menghubungi suaminya saat ia dan Lutfi sudah ada di parkiran. Wajahnya benar-benar terlihat ketakutan dan itu membuat Lutfi ingin melindunginya.
"Kamu bawa mobil?" tanya Lutfi yang diangguki oleh Zafhirah.
"Aku antar. Kamu kayaknya gak fokus."
"Gak usah. Aku ngerepotin."
"Gak papa. Lagian aku juga gak tenang lihat kamu ketakutan begini. Ayo," ajak Lutfi.
Zafhirah menuju ke mobilnya diikuti oleh Lutfi. Ia masuk di kursi penumpang dan Lutfi di kursi kemudi. Mobil meninggalkan area resto dan bergabung di jalan raya.
"Sorry banget, aku jadi ganggu kamu. Ada janji ya?"
Lutfi tersenyum dan menggeleng pelan. "Cuma teman. Bisa kapan-kapan," jawabnya.
Zafhirah mengangguk. Ia lega karena tidak mengganggu hal penting Lutfi malam ini.
"Anak kamu umur berapa sekarang?"
Zafhirah tersenyum sambil membayangkan anaknya, "masuk 3 tahun. Kamu kapan?"
Lutfi yang ditanyai seperti itu hanya tertawa saja. Ia bahkan melupakan ada Aolani yang tengah menunggu kedatangannya.
***
Mau bikin Aolani nyesek dulu yagesya🥲 Lutfi enak2 dulu. Ntar siksaannya nyusul🌚
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY NEW
Romance[MATURE 21+] Semua cerita hanyalah karangan penulis saja. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat atau kejadian, itu hanyalah ketidaksengajaan. Harap bijak dalam memilih bacaan sesuai usia. Follow dulu jika ingin mendapatkan notifikasi update. Start, 0...