Chapter 12 | Pilihan Sulit Untuk Anantya

62 18 3
                                    

Malam ini purnama bersinar indah. Athanasia bersama dengan putrinya, Anantya, juga Zenith akan menginap di Istana Capella, Kerajaan Melviano. Athanasia dapat melihat Zenith di balkon istana

"Athy, sepertinya aku tidak bisa menginap di sini malam ini. Aku harus segera kembali ke Kediaman Margaritha," kata Zenith.

"Kenapa?" Tanya Athanasia.

"Baru saja, ada yang menyerang kediaman Margaritha," kata Zenith.

"Mungkinkah itu dia?" Tanya Athanasia. Saat ini, kedua wanita itu berusaha untuk tidak menyebut nama Lucas. Mereka sepakat Anantya tidak boleh terlibat sedikitpun tentang hal ini.

"Bukan. Yang menyerang adalah pasukan Obelia," kata Zenith.

"Apa ayah memutuskan mengirim pasukan besar-besaran untuk menyerang Melviano setelah tidak berhasil berdiplomasi?" Kata Athanasia agak berbisik. Raut wajahnya jelas khawatir. Semua tahu, dibanding Kekaisaran Obelia yang begitu besar, Kerajaan Melviano sangatlah kecil. Jika perang terjadi akan sangat tidak seimbang.

"Tidak, tidak. Lyn dan Keith belum mengirim informasi apapun tentang serangan Obelia. Menurut perkiraanku, mungkin ayahmu memerintahkan untuk menangkapku karena ia berpikir akulah dalang dibalik penculikan Anantya dan serangan saat itu," kata Zenith.

"Bagaimanapun, aku harus melindungi orang-orang di Kediaman Margaritha," kata Zenith bersiap pergi.

"Zenith, tunggu. Aku akan ikut. Setidaknya mereka pasti akan mendengar perintahku," kata Athanasia.

"Kesetiaan Pasukan Obelia bukan padamu, tetapi pada ayahmu. Mereka akan mengikuti perintah ayahmu dan mungkin malah akan menyeret paksa dirimu dan Tya kembali ke istana," kata Zenith.

"Tapi, Zenith ... Ayah pasti akan mendengarkanku. Ayah mencintaiku. Seperti saat aku meminta melepaskan ayahmu, ayah mendengarkanku kan?" Kata Athanasia.

"Akan lain ceritanya jika Lucas yang berada dibalik ayahmu saat ini, Athy!" Kata Zenith.

Itu menyadarkan Athanasia. Mungkin itu benar. Ayahnya memang begitu mencintainya, tetapi dengan kondisi saat ini apakah Claude benar-benar bisa diajak bicara baik-baik.

"Hati-hati, Zenith," kata Athanasia.

Zenith mengangguk, "kamu juga, hati-hati. Jaga Tya dan kalau kamu kesulitan, jangan sungkan meminta bantuan pada Lyn dan Keith. Mereka ada di Istana Arcturus, okay?" Kata Zenith.

Athanasia hanya mengangguk, kemudian melambaikan tangan pada Zenith yang perlahan berteleportasi. Zenith yang sekarang rasanya sulit dibayangkan dulunya. Citra anak polos dan naif itu benar-benar tidak ada. Terlebih Zenith telah memotong pendek rambutnya.

"Mama, kenapa Bibi Zenith pergi?" Tanya Anantya.

"Hm ... Ayahnya dalam bahaya," jawab Athanasia.

"Kenapa dengan Kakek Anas?" Tanya Anantya lagi. Athanasia sedikit tertawa mendengarnya. Baik Claude ataupun Anastasius sama-sama lucu jika dipanggil kakek. Mereka awet muda.

"Tya kan tahu Kakek Anas sedang sakit dan belum pulih sepenuhnya," jawab Athanasia. Kebohongan kecil tidak masalah. Anantya tidak perlu tahu tentang Pasukan Obelia yang menyerang ataupun tentang mereka yang saat ini sedang dalam pelarian.

"Kapan kita pulang Mama?" Tanya Anantya.

"Memangnya kenapa? Istana ini tidak kalah nyama dari Istana Emerald kan?" Kata Athanasia.

"Tya rindu Papa. Kenapa Papa tidak datang bersama Mama menjemput Tya?" Tanya Anantya.

Athanasia terdiam sejenak. Mungkin setelah konflik ini dirinya harus menjelaskan pada putrinya bahwa sejak awal Lucas hanya terobsesi.pada seseorang di masa lali dan tidak alan pernah mencintai baik dirinya maupun putrinya.

JUSTICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang