Selesai rapat, Al segera menuju ruangannya. Rupanya Angga sudah menunggu di sana. Terlihat Angga menyerahkan beberapa dokumen yang berkaitan dengan Sal.
"Semua data yang Lo minta tentang Sal udah gue masukin di situ. Ternyata dia buka cafe nggak jauh dari sini," ucap Angga.
"Terus dia udah kenal lama sama Andin?" tanya Al penasaran.
"Gue rasa dia baru kenal sama Andin, dari rekaman CCTV yang gue cek tadi, ternyata semalam Andin sempat diikutin sama orang nggak di kenal. Jadi kemungkinan saat itu Sal nolongin dia."
Aldebaran mengerutkan dahinya. "Andin diikuti orang semalam?"
"Iyup."
Al menyandarkan tubuhnya dikursi, ia mulai menyadari jika keberadaan Andin di rumah papanya karena ia dalam bahaya. "Oke, Ngga, thanks buat informasinya. Lo boleh keluar," kata Al.
Angga lalu keluar ruangan Aldebaran dan kembali melanjutkan pekerjaannya. Al melihat Andin yang baru memasuki ruangannya. Ia lalu menghubungi sekretarisnya untuk menyuruh Andin menemuinya.
Tak lama, pintu ruangan Aldebaran diketuk. Andin masuk membawa map yang diminta Aldebaran. Meminta map tersebut adalah alasan Al agar bisa bicara dengan Andin di kantor.
"Ndin, apa bener semalam kamu sempat diikuti orang?" tanya Aldebaran.
"Mas Al tahu dari mana?"
"Nggak penting saya tahu dari mana, lain kali kalau Riza nggak bisa dihubungi kamu bisa telfon saya."
"Iya, Mas."
"Ingat, kamu sekarang tunangan saya. Jangan sembarangan dekat dengan laki-laki lain."
"Iya." Andin hanya mengiyakan tanpa berminat untuk berdebat.
"Oh, ya, gimana kondisi om Surya?"
"Hari ini papa udah diperbolehkan pulang, jadi pulang kerja nanti aku langsung ke rumah sakit."
"Yaudah, hari ini kamu pulang sama saya, sekalian nanti kita jemput om Surya."
"Kalau gitu..., aku udah bisa balik kerja lagi?"
"Yaudah, sana."
"Iya, iya..., yang lembut dikit gitu bisa 'kan," gerutu Andin.
Setelah Andin keluar dari ruangan Al, ternyata ada beberapa orang yang mengamati gerak-geriknya. Andin sebenarnya sempat mendengar gosip tentang dirinya akhir-akhir ini, tapi ia mencoba untuk tak terlalu memikirkannya. Selama gosip itu masih wajar dan tak melampaui batas, Andin akan tetap diam.
***
"Tau nggak, sih, tadi pagi gue liat bu Andin di ruangannya pak Al lama banget," ucap salah satu karyawan, panggil saja Nia.
"Mungkin aja emang bahas pekerjaan," sahut yang lain.
"Ih, nggak mungkin bahas pekerjaan pakek senyum-senyum ganjen gitu. Lagian juga udah sering dia keluar-masuk ruangannya pak Al. Padahal selama ini kan gapernah."
"Tapi bener juga, sih...."
"Eh, apa Andin emang godain pak Al, ya?"
Mirna yang sedang menyantap makanannya di meja yang tak jauh dari mereka pun tak tahan mendengarnya. Ia lalu menghampiri ketiga perempuan yang tengah asyik bergosip tentang sahabatnya.
"Ngomong apa kalian?" tanya Mirna.
Ketiga orang itu seketika diam. Mereka lalu pura-pura melanjutkan makan siang dengan sedikit canggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Feel Me at Ease
أدب الهواةAndini Kharisma Putri tak menyangka jika hidupnya akan berurusan dengan Aldebaran alfahri, laki-laki yang teramat menyebalkan dihidupnya. Bagi Andin, masuk ke dalam dunia Aldebaran adalah sebuah musibah. Hingga ia bertemu dengan Sal Pradipa, seseora...